TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Haji 2025

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Jemaah Haji Indonesia Dimanjakan Dengan Makanan Nusantara

Reporter: Farhan
Editor: AY
Rabu, 07 Mei 2025 | 10:16 WIB
Dapur masakan Indonesia di Pangeran Nayef Bin Abdulaziz. Foto : Ist
Dapur masakan Indonesia di Pangeran Nayef Bin Abdulaziz. Foto : Ist

ARAB SAUDI - Jemaah haji Indonesia dimanjakan dengan menu makanan nusantara. Meskipun sedang jauh dari Tanah Air, mereka merasa seperti berada di Indonesia.

 

Menu yang disediakan antara lain rendang, ayam rica rica, tuna sambel hijau, sambal terong, nasi kuning, nasi uduk, dan orek tempe. Jemaah haji pun senang dengan menu-menu ini.

 

"Hari ini makan daging. Bumbunya pas. Porsinya pas," jelas Kamarudin (43 tahun), jemaah haji asal Makassar, Sulawesi Selatan, saat ditemui Media Center Haji (MCH).

 

Kamarudin juga senang karena ada banyak buah yang diterima. "Buahnya dikasih di luar kotak nasi. Setiap hari ada buahnya. Cukup buat saya," ucapnya.

 

Jemaah haji lainnya, Urifah (40 tahun), merasa makanan yang diterima sesuai lidahnya sebagai orang Indonesia. "Enak, enak banget. Ada sambal terong. Hari ini ada nasi kuning. Jadi sama kayak di Indonesia," ujar jemaah haji asal Surabaya ini.

 

Cuma, dia usul, agar ada sayur asem juga. "Itu akan lebih enak. Ditambah sambal terinya," ucap Urifah. "Setuju", sahut jemaah lain di sekitarnya.

 

Dari segi porsi, dia menilai, ukuran nasi, lauk, dan buah yang diberikan untuk jemaah sudah cukup. Walau kadang untuk jemaah perempuan, porsinya agak kelebihan.

 

Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama (Kemenag) sekaligus Ketua Petugas Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Muchlis Muhammad Hanafi menerangkan, makanan untuk jemaah haji Indonesia menggunakan bumbu khas nusantara. Bumbunya tersebut didatangkan langsung dari Indonesia. "Kita datangkan dari Indonesia," jelas Muchlis, saat berbincang dengan Rakyat Merdeka, di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz, Madinah, Arab Saudi, Selasa (6/5/2025).

 

Doktor lulusan Universitas Al-Azhar Mesir menerangkan, jumlah bumbu yang didatangkan dari Indonesia ke Saudi meningkat dari tahun ke tahun. "Tahun lalu 78 ton, sementara tahun ini 475 ton dari total kebutuhan 611 ton bumbu," terang Muchlis.

 

Untuk jenis menu yang disajikan, disusun oleh layanan konsumsi dengan konsultan dari Politeknik Pariwisata (Poltekpar) NHI Bandung. Kedua institusi itu menyusun menu, variasi, dan gramasinya. 

 

Di situ mereka yang menyusun standar gizi dan tidak membosankan. Jadi, dibuat dua minggu sekali baru ketemu menu yang sama," terangnya.

 

Pada Minggu malam (4/5/2025) pukul 23.00 waktu Saudi, Media Center Haji (MCH) berkesempatan mengunjungi dapur dapur Uhud Taibah for Catering, yang menyediakan makanan untuk jemaah haji Indonesia. Dapur ini terletak di Jalan Pangeran Nayef Bin Abdulaziz. 

 

Dalam kunjungan, mula-mula MCH diajak ke dapur kering tempat tim meracik ulang bumbu siap pakai dari Indonesia. Lalu masuk ke hot room, ruang memasak utama dengan panci-panci raksasa. Selanjutnya ke gudang penyimpanan bumbu khas Indonesia. Mulai bumbu gepuk hingga cabe hijau. Sementara, daging disimpan di cold room bersuhu rendah, dan buah-buahan di ruang sejuk khusus. Dari segi kebersihan, terlihat lantai bersih, alat masak rapi, dan tidak ada bahan tercecer.

 

Chef Muhammad Suhendi, koki utama Uhud Taibah for Catering, menjelaskan bahwa 90 persen bumbu yang digunakan berasal dari Indonesia. “Pemerintah bantu kirim bumbu siap pakai langsung dari Tanah Air. Rasanya tetap Indonesia, dan lebih ringan dari bumbu Arab,” jelas koki asal Cisarua, Bogor ini.

 

Suhendi mengungkapkan, daftar menu disusun petugas haji Indonesia dan dijalankan secara rotasi. “Tiap Jumat kita siapkan nasi Arab dengan ayam panggang dan kurma. Tapi tetap dominan menu nusantara seperti nasi uduk, orek tempe, dan sambal-sambalan,” ujarnya.

 

Sementara itu, tenaga ahli pengawas konsumsi haji dari Poltekpar NHI Bandung, Dadang Suratman, menerangkan soal proses distribusi makanan. Kata dia, distribusi dikawal ketat.

 

“Masak dimulai malam hari. Pagi pukul 6 sudah sampai hotel. Semua harus dijaga pada suhu 80 derajat agar tetap hangat,” jelasnya.

 

Sebelum makanan sampai ke hotel, sampel harus lebih dulu diuji di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). “KKHI dan tim kesehatan akan cek apakah makanan layak konsumsi. Kalau tidak layak, ditahan,” jelas Dadang.

 

Dadang lalu mengimbau jemaah mematuhi batas waktu konsumsi. “Makan pagi harus habis sebelum pukul 9 pagi, makan siang sebelum pukul 4 sore, dan makan malam maksimal jam 9 malam. Lewat itu, harus dibuang demi keamanan,” tegasnya.

 

Dengan sistem yang ketat namun penuh cita rasa Tanah Air ini, Pemerintah berharap jemaah bisa beribadah dengan tenang. “Jauh dari rumah tapi tetap makan rasa Indonesia. Itu yang kami usahakan setiap hari,” jelas Chef Suhendi.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit