Cari Hari Baik Untuk Capreskan Prabowo
Gerindra, Tolong Berpikir 1.000 Kali
JAKARTA - Partai Gerindra membantah semua penilaian banyak kalangan yang menyebut Prabowo Subianto akan jadi king maker di Pilpres 2024. Bagi Gerindra, pencapresan Prabowo itu sudah final, tinggal menunggu hari baiknya saja untuk dideklarasikan.
Kendati punya semangat tinggi mencapreskan kembali Prabowo, Gerindra diminta berpikir 1.000 kali. Jangan terlalu emosi. Harus dipikir matang peluang menangnya, karena saat ini usia Prabowo sudah sepuh, serta 3 kali kalah dalam pilpres. Terakhir, tren hasil survei Menteri Pertahanan itu, mandek.
Saat ini, memang elektabilitas Prabowo cukup menjanjikan untuk kembali maju sebagai capres.
Dalam survei berbagai lembaga, Prabowo nongkrong di papan atas, bersaing ketat dengan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI, Anies Baswedan.
Namun, dibanding 2 pesaingnya itu, usia Prabowo berbeda jauh. Di tahun 2024, Prabowo memasuki usia 73 tahun.
Tentunya tenaga dan semangat Prabowo, tidak seenergik saat dirinya maju di 3 Pilpres sebelumnya. Tak heran, kalau sekarang Prabowo tidak terlalu menggebu-gebu urusan Pilpres.
Bahkan, usai bertemu dengan Ketum Partai NasDem, Surya Paloh, Rabu (1/5), mantan menantu Presiden RI ke-2, Soeharto itu, memberi sinyal menarik soal pilpres.
Di depan Paloh, Prabowo bilang, untuk maju capres dari Gerindra, tidak harus dirinya. Pernyataan itu, ditafsirkan banyak kalangan sebagai sinyal Prabowo bakal jadi king maker di 2024.
Namun, Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani membantahnya. Dia memastikan, di 2024, Prabowo akan tampil sebagai player, bukan king maker. Prabowo maju sebagai capres merupakan aspirasi yang muncul dari seluruh kader Gerindra.
"Anggapan yang mengatakan bahwa Pak Prabowo dalam Pilpres 2024 memilih menjadi king maker dan kemungkinan tidak akan maju adalah anggapan yang keliru," kata Muzani dalam keterangannya, di Jakarta, kemarin.
Wakil Ketua MPR ini menegaskan, semboyan Gerindra untuk 2024 tetap sama dengan beberapa pemilu sebelumnya.
“Prabowo presiden, Gerindra menang,” tegas Muzani.
Muzani menambahkan, dorongan agar Prabowo maju sebagai capres bukan berasal dari pengurus pusat Gerindra saja. Namun, suara itu merupakan aspirasi yang muncul dari para kader dan pengurus Gerindra di desa, kecamatan, kota, provinsi, hingga para anggota DPR dari Fraksi Gerindra.
Saat ini, lanju dia, partainya sedang mencari hari baik dan tempat yang pas untuk menggelar deklarasi. Kalau momentumnya sudah tepat, maka Gerindra akan secara resmi mengumumkan Prabowo Capres 2024.
"Kami sedang mencari waktu yang tepat, tempat yang pas untuk kapan Prabowo Subianto kita deklarasikan sebagai calon presiden yang diusung oleh Partai Gerindra," katanya.
Kira-kira kapan waktu deklarasinya?
"Dalam bulan-bulan ke depan, kami akan segera mendeklarasikan," ungkapnya.
Terkait ucapan Prabowo yang membuka kesempatan orang lain maju sebagai capres, kata Muzani, itu bukan dalam konteks sebagai king maker. Pernyataan bosnya itu, sebagai sikap Prabowo yang menjunjung tinggi demokrasi dengan memberikan kesempatan bagi tokoh lain maju sebagai capres.
“Silakan kalau partai lain ingin mengusung capres, Pak Prabowo tidak akan menghalangi. Selama yang maju jadi capres itu memenuhi persyaratan sesuai undang-undang,” tegasnya.
Namun, rencana Gerindra untuk kembali memajukan Prabowo sebagai capres, mendapat kritikan dari partai lain. Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat, Syarief Hasan menyarankan, sebaiknya Gerindra berpikir ulang tentang rencananya itu.
Meskipun saat ini elektabilitas Prabowo bagus, kata Syarief, trennya bakal menurun menjelang 2024.
Wakil Ketua MPR ini berharap, di Pilpres 2024, tokoh yang akan bertarung adalah figur-figur baru, bukan tokoh lama yang sudah beberapa kali kalah dalam pilpres. Menurutnya, masyarakat menginginkan perubahan.
Mengacu pada riset sejumlah lembaga survei, elektabilitas Prabowo memang masih tertinggi. Namun, dalam survei teranyar, elektabilitas eks Pangkostrad itu cenderung stagnan.
Berbeda dengan elektabilitas yang dimiliki Ganjar dan Anies yang cenderung mengalami kenaikan. Bahkan di beberap survei, Ganjar sudah berhasil menggeser Prabowo dari posisi puncak.
Pakar komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing menegaskan, survei tinggi yang didapat Prabowo saat ini tidak bisa dijadikan acuan mutlak. Menurutnya, banyak faktor yang harus dipertimbangkan Gerindra untuk kembali mendorong Prabowo nyapres.
Menurutnya, sampe saat ini dinamika politik di Indonesia masih sangat cair dan anomali. Sehingga masih sulit diprediksi. Karena itu, Gerindra perlu berpikir 1.000 kali, apakah kembali menjagokan Prabowo, atau mengajukan figur baru.
"Masih sangat cair. Hanya sebagian kecil pemilih loyal dari total pemilih suara. Sebanyak 95 persen itu swing voter, pemilih mengambang. Pemilih loyal paling 5 persen," pungkasnya.
Pengamat Politik dari Universitas Airlangga, Prof Kacung Marijan menilai, elektabilitas Prabowo stagnan. Beda dengan Anies dan Ganjar yang terus merangsak naik.
"Kalau tren ini berlanjut, bisa-bisa Pak Prabowo kalah. Kalau tetap nyapres, namanya nekat," terang kacung (rm.id)
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 23 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu