Serangan AS Ke Iran Diprediksi Harga Minyak Dunia Terancam Meroket

JAKARTA - Serangan Amerika Serikat (AS) ke fasilitas nuklir Iran diprediksi akan membuat harga minyak dunia meroket. Jika harga minyak meroket, akan mengganggu postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Semoga APBN tetap aman.
Keterlibatan militer AS di perang Iran vs Israel membuat pelaku pasar wait and see dan harap-harap cemas. Serangan ini membuat Iran meradang, dan mempertimbangkan menutup Selat Hormuz yang merupakan jalur utama perdagangan minyak dunia.
"Saya pikir ketidakpastian akan menyelimuti pasar. Ini akan meningkatkan ketidakpastian dan volatilitas, terutama harga minyak," kata Kepala Investasi di Potomac River Capital, Mark Spindel dikutip dari The Straits Times, Minggu (22/6/2025).
Selain itu, ketegangan baru ini akan menyebabkan risiko terhadap kenaikan inflasi. Kenaikan inflasi dapat meredam kepercayaan konsumen dan mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga jangka pendek.
Sejak Israel memulai serangan ke Iran, harga minyak mentah Brent acuan global naik 18 persen, yakni 79,04 dolar AS per barel pada 19 Juni 2025. Jika situasi makin parah, bukan tidak mungkin harga minyak meroket hingga 130 dolar AS per barel.
Senada dikatakan, Kepala Investasi Cresset Capital, Jack Ablin. "Ini akan berdampak pada harga energi dan berpotensi pada inflasi," urai Jack.
Lalu, apa dampaknya ke Indonesia? Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet menyebut, lonjakan harga minyak memberikan tekanan ke APBN. Indonesia, sebagai pengimpor minyak akan terkena getahnya karena bengkaknya anggaran subsidi energi.
Jika harga minyak dunia jauh melampaui asumsi APBN, pemerintah bisa menghadapi pelebaran defisit atau harus melakukan revisi anggaran. “Ini menjadi tantangan serius, semoga APBN kuat,” harap Yusuf kepada tangselpos.id, Minggu (22/6/2025).
Selain subsidi energi, dampak berikutnya adalah nilai tukar rupiah. Ketegangan ini bisa memicu pelarian modal dari pasar negara berkembang ke aset yang dianggap aman seperti dolar AS. "Saat permintaan dolar naik, dan investor akan menarik dana dari Indonesia," kata Yusuf.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memprediksi, harga minyak bisa tembus 100 dolar AS per barel. Bahkan bisa meroket hingga 130 dolar AS per barel jika Iran menutup Selat Hormuz.
Pasalnya, asumsi harga minyak Indonesia (ICP) dalam APBN 2025 hanya sebesar 82 dolar AS per barel. Hitungan Josua, setiap kenaikan 1 dolar AS di atas asumsi APBN, beban negara bertambah Rp 10 triliun. Sedangkan, tambahan penerimaan negara dari sektor migas hanya Rp 3 triliun.
"Artinya, untuk setiap 1 dolar kenaikan harga minyak, defisit anggaran melebar Rp 7 triliun. Jika harga menyentuh 130 dolar AS, total pelebaran defisit bisa mencapai lebih dari Rp 330 triliun dari baseline," ulas Josua kepada tangselpos.id Minggu (22/6/2025).
Dia berpesan, Pemerintah menyiapkan instrumen fiskal, termasuk kemungkinan revisi APBN, peningkatan pembiayaan defisit, atau pemotongan belanja lain yang bersifat tidak prioritas.
"Dengan subsidi energi juga bisa membengkak dan mempersempit ruang fiskal untuk program pembangunan lain," beber Josua.
Ekonom senior dari Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin menyarankan, pemerintah segera menunda proyek yang tidak penting dan boros anggaran untuk menjaga APBN di tengah melonjaknya harga minyak.
Selain itu, inflasi juga akan meningkat yang berdampak pada perlambatan ekonomi global, termasuk Indonesia. Target tumbuh 5,2-5,3 persen tahun ini makin sulit diwujudkan," ulas Wijayanto.
Wakil Ketua Komisi XII DPR, Dony Maryadi Oekon meminta, Pemerintah lebih waspada menghadapi meningkatnya eskalasi di Timur Tengah. Ia menjelaskan, kenaikan harga minyak secara keseluruhan akan berdampak pada APBN. Sebab, kebutuhan migas dalam negeri yang sangat tinggi masih dipenuhi impor.
TangselCity | 1 hari yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 6 jam yang lalu