Jadi Kendaraan Dinas Para Menteri, Tepatkah Mobil Maung Menjadi Mobil Nasional?
TB Hasanuddin: Kebanggaan Hasil Karya Anak Bangsa
JAKARTA - Rencana menjadikan mobil Maung buatan PT Pindad sebagai mobil nasional memunculkan perbincangan baru di publik. Banyak yang memandang langkah ini bisa menjadi kebanggaan industri dalam negeri, tetapi sebagian menilai masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan sebelum layak disebut mobil nasional.
Diketahui, Presiden Prabowo Subianto berkelakar, menterinya segera beralih menggunakan mobil Maung. Hal itu disampaikan Prabowo saat memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (20/10/2025). “Dan sebentar lagi saudara-saudara harus pakai Maung semua. Saya enggak mau tahu,” ujar Prabowo disambut tawa dan tepuk tangan peserta sidang.
Namun, di balik candanya, terselip pesan serius soal pentingnya memperkuat kemandirian industri nasional. Prabowo menegaskan, mobil para menteri dari merek luar negeri hanya boleh digunakan saat libur. “Yang mobil-mobil bagus pakai kalau libur saja. Ya pada saat saya enggak panggil, kau bolehlah kau pakai mobil itu,” katanya.
Anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin menilai, ide menjadikan Maung sebagai mobil nasional patut diapresiasi, namun tidak bisa dilakukan tergesa-gesa. Menurut dia, gagasan Prabowo ini bagus, tapi perlu hitung-hitungan yang matang. “Mobil nasional bukan hanya soal bisa memproduksi, tapi juga soal kemampuan menopang ekosistem industrinya,” ujar Hasanuddin, Senin (27/10/2025).
Wakil Ketua Komisi I DPR Dave Laksono turut mendukung rencana Pemerintah tersebut. Namun, dia memberikan catatan, bahwa kesiapan teknologi, riset, dan daya saing produk mesti diperhitungkan. “Jangan sampai Maung hanya jadi simbol tanpa diikuti kesiapan produksi massal dan sistem purna jual yang jelas,” ujar Dave, Senin (27/10/2025).
Untuk mengetahui pandangan TB Hasanuddin mengenai rencana mobil Maung menjadi mobil nasional, berikut wawancaranya.
Bagaimana Anda melihat keinginan Presiden Prabowo untuk menjadikan mobil Maung produksi PT Pindad sebagai mobil nasional?
Saya kira sangat bagus. Dalam sejarah otomotif kita, Indonesia belum pernah punya mobil nasional. Dulu ada Timor, tapi itu dari Korea.
Bimantara juga dari Hyundai. Pak Habibie sempat merencanakan mobil Maleo, tapi tidak jadi. Terakhir Esemka, tapi sekarang juga tidak ada. Jadi, saya berharap Presiden bisa mewujudkan mobil Maung sebagai mobil nasional.
Apakah komponen dalam negerinya sudah mencukupi?
Ya walaupun mungkin kandungannya belum 100 persen dalam negeri, itu tidak masalah. Tidak ada satu pun produk otomotif di dunia ini yang sepenuhnya buatan dalam negeri. Yang penting, Maung harus menjadi karya anak bangsa yang membanggakan Indonesia. Apalagi Maung punya keunggulan ganda, bisa dipakai untuk versi sipil maupun versi militer. Saya pernah naik, untuk kelas jeep, cukup bagus.
Kalau dilihat dari sisi pertahanan dan kemandirian industri ke depan, berarti mobil Maung ini penting untuk Indonesia?
Ya, tentu penting. Kita berharap nanti harganya bisa bersaing. Kalau ada produk Indonesia sekelas jeep dan harganya kompetitif dibanding mobil luar, itu akan jadi keunggulan tersendiri. Mungkin ke depan kelas jeep ini bisa dikembangkan menjadi angkutan sedang, misalnya dengan mengganti bagian belakangnya. Dengan sedikit modifikasi sesuai kapasitas mesinnya, saya kira potensinya besar. Kita patut bangga dan berdoa agar program ini berhasil.
Bagaimana dengan rantai pasok dan komponen purna jualnya?
Kalau nanti Maung diproduksi massal, tentu harus ada konsep besar, termasuk marketing dan jaringan purna jualnya. Penjualan spare part juga harus disiapkan, terutama di daerah-daerah. Saya kira Pindad cukup mampu membuat sebagian besar komponen itu sendiri, karena mereka punya divisi otomotif yang bisa menangani.
Apakah peluang kerja sama dengan swasta terbuka, termasuk dengan pihak luar negeri?
Kemungkinan itu selalu terbuka. Produk dengan teknologi tinggi, apalagi kelas berat, memang sulit dikerjakan sendiri. Bahkan pesawat Boeing pun tidak sepenuhnya dibuat sendiri. Jadi, kolaborasi dengan swasta dalam negeri maupun pihak asing sangat mungkin dilakukan, selama tujuannya untuk memperkuat industri nasional.
Bagaimana dengan pembiayaan proyek ini, terutama target tiga tahun yang disampaikan Presiden?
Untuk pembiayaan kendaraan yang dipakai militer, itu berasal dari anggaran pertahanan. Tidak ada masalah karena sudah termasuk dalam program pengadaan kendaraan tempur. Sementara untuk versi sipil, saya kira perlu melibatkan pihak swasta. Jadi proses produksi dan penjualannya harus dikelola bersama, agar tidak membebani negara dan bisa menjangkau pasar lebih luas.
Terakhir, apa pesan Anda terkait rencana ini?
Yang penting kita dukung bersama. Ini kebanggaan kita, punya kendaraan nasional yang benar-benar karya anak bangsa. Mudah-mudahan sukses dan bisa menjadi kebanggaan Indonesia.
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu





