Pemerintah Berhasil Balikkan Arah Ekonomi: Dari Ngerem Jadi Ngegas
JAKARTA – Pemerintah mulai berhasil mengubah arah ekonomi nasional. Setelah sempat melambat di awal tahun, berbagai indikator kini menunjukkan pergerakan ekonomi yang kembali menguat.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menjelaskan, pertumbuhan ekonomi kuartal III-2025 mencapai 5,04 persen, ditopang oleh permintaan domestik, ekspor, investasi yang tetap solid, dan belanja pemerintah yang melonjak.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga tetap menjadi tulang punggung PDB dengan pertumbuhan 4,89 persen. Sementara investasi atau PMTB tumbuh 5,04 persen, mencerminkan meningkatnya kepercayaan pelaku usaha.
Ekspor juga naik signifikan 9,91 persen, sementara impor tumbuh lebih rendah sehingga memberi dorongan tambahan lewat net ekspor.
Belanja pemerintah menjadi faktor kunci lain yang mengangkat ekonomi. Konsumsi pemerintah yang sebelumnya sempat melemah — -1,37 persen di kuartal I dan -0,33 persen di kuartal II — kini melonjak menjadi 5,49 persen di kuartal III.
Purbaya memastikan dorongan fiskal ini akan terus digenjot hingga akhir tahun. Bahkan ia optimistis pertumbuhan ekonomi di kuartal IV dapat mencapai 5,6–5,7 persen.
Untuk menjaga momentum, pemerintah menggelontorkan beberapa stimulus tambahan pada Oktober–Desember 2025, mulai dari program BLT, diskon tiket transportasi saat Nataru senilai sekitar Rp180 miliar, hingga percepatan program magang bagi lulusan baru dengan anggaran Rp1,6 triliun.
Menurutnya, perubahan arah ekonomi juga dipengaruhi oleh ekspektasi positif. Sejak awal menjabat, ia berupaya membangun keyakinan pelaku usaha dan masyarakat bahwa ekonomi dapat tumbuh lebih cepat. Itu diwujudkan melalui berbagai kebijakan, termasuk injeksi Rp200 triliun ke Himbara, yang dinilai berhasil mendorong penyaluran kredit, peningkatan penjualan ritel, dan meningkatnya aktivitas pasar.
Perbaikan ini juga diakui Direktur NEXT Indonesia, Herry Gunawan. Ia menilai rebound ekonomi terlihat jelas dari melonjaknya konsumsi pemerintah di kuartal III. Menurut Herry, ketika belanja pemerintah melemah di awal tahun, perekonomian terasa lesu. Sebaliknya ketika pemerintah “menginjak gas”, aktivitas ekonomi langsung bergerak lebih cepat.
Herry menambahkan, dampak belanja pemerintah akan lebih besar bila diarahkan ke sektor produktif seperti infrastruktur. Realokasi anggaran yang tak terserap juga dinilai penting agar dana tidak mengendap dan dapat mendorong proyek strategis yang menghasilkan efek berganda.
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu



