Masih Lebih Efisien Ketimbang Ditunda
Proyek Kereta Cepat Harus Terus Berjalan
JAKARTA - Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) harus terus berjalan mesti biaya investasinya membengkak. Sebab, langkah itu masih lebih efisien daripada menunda pembangunannya.
Proyek KCJB diperkirakan mengalami pembengkakan biaya atau cost overrun hingga Rp 1,176 miliar dolar Amerika Serikat (AS), setara Rp 16,8 triliun.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, PT Kereta Api Indonesia (Persero) menjadi salah satu BUMN (Badan Usaha Milik Negara), yang mengajukan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk tahun 2023 sebesar Rp 4,1 triliun.
“PMN itu untuk menyelesaikan proyek KCJB. Tapi sebaiknya harus tahu dulu di mana masalah penyebab cost overrun,” saran Tauhid kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Group), kemarin.
Menurutnya, proyek kereta cepat tersebut harus terus berjalan. Jangan mengabulkan aspirasi agar proyek itu ditunda dulu. Apalagi, proyek hampir rampung.
Dia menilai, saat ini yang paling memungkinkan untuk dilakukan Pemerintah maupun konsorsium, adalah mengambil langkah untuk meminimalisir penambahan utang akibat terjadinya pembengkakan biaya.
“Sebagian pembiayaan ini kan dalam bentuk utang. Utang korporasi bunganya besar. Jadi, harus ada upaya lain yang dilakukan, tidak hanya efisiensi,” sambungnya.
Menteri BUMN Erick Thohir meyakinkan, meski ada cost overrun, namun nilai proyek kereta cepat terhitung masih lebih murah dibangun saat ini.
“Kalau dihitung total tetap masih lebih murah jika dibangun hari ini. Karena harga baja naiknya luar biasa. Yang lain (harga material pembangunan) juga naik,” ujar Erick di Jakarta, Rabu (19/10).
Erick tidak merinci nominal atau pinjaman yang diperlukan untuk menutupi nilai pembengkakan biaya proyek KCJB.
Mantan bos Inter Milan ini bilang, Pemerintah Indonesia dan China akan bersama-sama memenuhi cost structure tersebut.
“Pembangunan kereta cepat sudah berjalan, (harus) dimaksimalkan. Toh, bagaimana kita bisa menghemat BBM (Bahan Bakar Minyak), Jakarta Bandung itu berjam-jam, sekarang hanya 36 menit,” katanya.
Sebagai informasi, 25 persen dari total cost overrun yang terjadi pada proyek KCJB berasal dari konsorsium Indonesia. Yakni PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan konsorsium China Railway International Co. Ltd.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartiko Wirjoatmodjo menyampaikan, kebutuhan suntikan modal negara untuk menambal biaya proyek KCJB nilainya mencapai Rp 3,2 triliun, melalui skema PMN 2022.
PMN itu, kata dia, nantinya dikucurkan dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) 2022, untuk PT KAI selaku lead consortium BUMN pada proyek KCJB.
Kebutuhan PMN dari Pemerintah mungkin sekitar Rp 3,2 triliun,” kata pria yang akrab disapa Tiko, di Jakarta, Rabu (28/9).
Di sela-sela acara State Owned Enterprise (SOE) International Conference di Bali, Selasa (18/10), Tiko menyampaikan bahwa kereta cepat ini akan diluncurkan Juni 2023.
Nantinya, stasiun kereta cepat Halim akan terintegrasi dengan moda transportasi lain. Seperti LRT Jabodebek (Light Rail Transit Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), KRL Jabodetabek, hingga MRT (Mass Rapid Transit) Jakarta.
Titik temu antara transportasi publik itu, ada di Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM), di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat.
“Orang dari Dukuh Atas ke Halim 15 menit naik LRT. Sampai sana, pindah platform ke Kereta Cepat ke Bandung, totalnya 1 jam 10 menit lah,” bebernya.
Direktur Utama KAI, Didiek Hartantyo mengatakan, pihaknya bersama KCIC dan seluruh stakeholder akan berupaya sebaik mungkin agar pembangunan KCJB berjalan dengan lancar.
“Saat ini progress pembangunan KCJB secara keseluruhan mencapai 88,8 persen. Diharapkan operasionalnya dapat dilakukan pada Juni 2023,” kata Didiek melalui siaran pers, Jumat (15/10).
Ia menilai, hadirnya kereta cepat ini tidak hanya menjadi alternatif transportasi baru yang menghubungkan kedua wilayah, tetapi meningkatkan perekonomian di wilayah yang dilalui.
Dalam setiap prosesnya, kata dia, perseroan akan selalu bersikap transparan terhadap seluruh aspek dalam pembangunan KCJB agar sesuai ketentuan yang berlaku.
Selain itu, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Komite Kereta Cepat Jakarta Bandung, agar operasional dapat dilaksanakan tepat waktu.
Untuk kesiapan sarana, saat ini sudah tiba di Depo Tegalluar sebanyak tiga rangkaian yaitu dua rangkaian Electric Multiple Unit dan satu rangkaian Comprehensive Inspection Train. Total keseluruhan mencapai 12 rangkaian ditargetkan akan tiba di Indonesia pada Maret 2023.
Sedangkan untuk kesiapan prasarana, saat ini sedang dikerjakan pemasangan rel kereta api dari arah Bandung menuju Jakarta. Serta penyelesaian pemasangan girder box atau gelagar hingga pembangunan subgrade.
Termasuk Overhead Catenary System (OCS) atau peralatan listrik aliran atas, juga sudah mulai terpasang.
Tak hanya itu, pihaknya juga tengah menyelesaikan LRT Jabodebek yang nantinya akan terkoneksi dengan KCJB di kawasan Halim Perdanakusuma. Selanjutnya, LRT Jabodebek akan terintegrasi dengan berbagai moda transportasi lainnya, seperti Commuter Line dan bus.
Selain itu, KAI juga sedang menyiapkan KA Feeder beserta ruang tunggunya yang akan berhenti di Stasiun Padalarang, Cimahi, dan Bandung.
“Layanan ini disediakan untuk memudahkan pelanggan Kereta Api Cepat yang ingin melanjutkan perjalanan ke wilayah Cimahi, maupun pusat Kota Bandung,” tukasnya.
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pendidikan | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 16 jam yang lalu
TangselCity | 18 jam yang lalu
TangselCity | 19 jam yang lalu