Hati-hati Soal Pangan
CIPUTAT - Menipisnya cadangan pangan di negara-negara Afrika dan Amerika Latin setelah pecah perang Rusia-Ukraina, diperkirakan akan merembet ke negara-negara Eropa dan sebagian Asia. Terutama negara yang tidak memiliki cadangan pangan cukup besar.
Krisis pangan kali ini bukan krisis biasa. Krisis sekarang ini terjadi akibat tersumbatnya pasokan pangan dari negara produsen, terutama Rusia ke negara-negara konsumen.
Krisis bisa bertambah parah apabila produksi gandum dan beras awal tahun 2023 merosot. Terutama akibat perubahan cuaca dan serangan penyakit tanaman.
Untuk itu, kita berharap, pemerintah secepatnya menghitung lagi secara cermat berapa stok pangan yang ada. Kalau cadangan yang ada dinilai sudah tidak aman atau menipis, maka secepatnya harus ditambah.
Upaya menambah stok beras di Bulog, bisa dilakukan dengan membeli gabah dan beras dari petani atau penggilingan padi dengan harga yang wajar. Kalau gabah atau beras milik petani habis, baru impor. Artinya, impor hanya dilakukan apabila stok beras nasional menipis.
Untuk menghilangkan kecurigaan adanya permainan dalam impor beras, maka ke depan, kalau terpaksa harus impor, sepenuhnya harus dilakukan negara. Artinya, impor sama sekali tidak melibatkan swasta. Termasuk proses pengapalan dan pengangkutannya dilakukan negara.
Beras itu komoditi super strategis. Tak boleh ada yang mencari keuntungan dari impor beras.
Institusi pemerintah yang menangani produksi beras juga mesti menghitung kembali berapa sebenarnya produksi beras hingga kuartal I tahun 2023. Kalau produksi menurun katakan menurun. Ayo bicara apa adanya. Soal pangan, harus hati-hati.
Supaya aman, stok beras yang ada di tangan pemerintah harus di atas 1,2 juta ton. Untuk mengantisipasi kemungkian terjadinya krisis pangan dunia, maka stok pangan tahun 2023 sebaiknya dinaikkan 20 hingga 30 persen dari kondisi normal. Artinya, lebih aman, stok beras dinaikkan hingga 1,5 juta ton.
Kita tentu tidak ingin Indonesia mengalami kekurangan cadangan beras saat dunia mengalami krisis pangan.
Sekali lagi, kalau memang terjadi kekurangan cadangan beras, maka sebisa mungkin mesti dipenuhi dari produksi gabah dan beras dalam negeri.
Tapi kalau cadangan beras yang ada di lapangan menipis, baru dilakukan impor. Dengan catatan, negara yang melakukan impor. Bukan konglomerat atau pedagang beras.
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 7 jam yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
Olahraga | 8 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Olahraga | 20 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu