Pengamat: Gabung Golkar, Ridwan Kamil Bisa Naik Kelas
JAKARTA - Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai, bergabungnya Ridwan Kamil ke Golkar sebagai suatu bentuk simbiosis mutualisme. Atau relasi saling menguntungkan.
Di satu sisi, kata Agung, Golkar butuh sosok untuk mengungkit elektabilitas di Jawa Barat dan nasional secara keseluruhan. Dalam konteks ini, Ridwan Kamil yang memiliki basis massa jelas, diyakini dapat membawa coattail effect. Terlebih saat ini, Jawa Barat masih menjadi lumbung suara terbanyak.
Di sisi lain, secara personal, Ridwan Kamil butuh kendaraan politik. Agar peluang untuk berlaga sebagai capres/cawapres tetap terbuka. Begitu juga terhadap skenario lain sebagai menteri. Mengingat Golkar adalah partai yang selalu mampu beradaptasi dengan rezim siapa pun rezimnya
"Minimal, di periode 2024-2029, Ridwan Kamil bisa naik kelas jadi menteri, apa pun konsekuensi yang dibangun Golkar. Kalah atau menang Pilpres," ujar Agung kepada RM.id (Tangsel Pos Group) Rabu (18/1).
Kalaupun tertarik untuk maju kembali sebagai Gubernur Jabar periode 2024-2029, Agung meyakini, Ridwan Kamil masih punya peluang. Begitu juga, kalau mau maju Pilgub DKI.
Di titik inilah, pilihan Ridwan Kamil ke Golkar menjadi rasional. Karena baik RK secara personal maupun Golkar secara institusional, memiliki visi yang sama saat bicara dalam spektrum kekuasaan di republik ini," pungkas Agung.
Ridwan Kamil resmi bergabung sebagai kader Partai Golkar, dengan posisi sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Penggalangan Pemilih dan co-chair Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu).
"Saya sebenarnya tidak meminta. Terserah Pak Airlangga. Tapi, Pak Airlangga berbaik hati menempatkan saya di posisi Wakil Ketua Umum di (bidang) Penggalangan Pemilih dan cochair Bappilu, Badan Pemenangan Pemilu," kata Ridwan Kamil di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Rabu (18/1).
Kepala daerah yang memiliki 19,7 juta follower Instagram itu mengungkap tiga alasan, yang membuatnya merasa klop dengan Partai Golkar.
Pertama, Golkar adalah partai tengah yang Pancasilais dan terbuka. Kedua, Golkar memiliki sejarah panjang sebagai institusi yang sangat terhormat. Ketiga, mantan Wali Kota Bandung ini merasa punya hubungan yang baik dengan Ketrua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
"Hubungan politik itu tidak selalu matematis. Bisa juga humanis. Kami sering berdiskusi urusan ekonomi, dalam kapasitas beliau di kabinet. Juga hal-hal personal. Waktu saya kena musibah, beliau hadir lebih dari sekali, menyampaikan simpati. Bagi saya, itu kemanusiawian, kehumanisan Pak Airlangga. Itu sangat saya apresiasi," beber politisi kelahiran Bandung 4 Oktober 1971. rm.id
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 22 jam yang lalu