Kemacetan Di DKI Serasa Di Neraka
JAKARTA - Kemacetan di Ibu Kota kembali serasa seperti di neraka. Kondisi lalu lintas belakangan ini sama dengan kemacetan sebelum pandemi Covid-19.
Lalu lintas bak neraka adalah satire yang banyak disampaikan publik dan warganet saat mengeluhkan kemacetan sebelum Covid. Memburuknya kondisi lalu lintas di DKIdiketahui dari data TomTom Traffic Index, situs pemantau lalu lintas kota besar dunia. Kemacetan di Jakarta yakni mencapai angka 65 persen. Kondisi ini sudah sama seperti sebelum Covid.
Untuk mengatasi kemacetan, Penjabat Gubernur DKIJakarta Heru Budi Hartono meminta, PTTransjakarta menambah armada bus untuk mempersingkat waktu tunggu dan mengurangi penumpukan penumpang. Hal ini diharapkan dapat menarik minat masyarakat beralih ke transportasi umum.
“Nanti, saya akan undang jajaran Transjakarta untuk menambah bus,” kata Heru, di Jakarta Utara, Selasa (31/1).
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Latif Usman menilai, kemacetan saat ini lebih buruk dari sebelum pandemi Covid-19. Sebab pada 2019, indeks kemacetan Jakarta di angka 53 persen.
“Kalau sudah di angka 50 persen sudah sangat mengkhawatirkan. Berarti Jakarta itu sudah tidak nyaman,” kata Latif usai rapat bersama Komisi B DPRD DKIJakarta.
Dia mengungkapkan, indeks kemacetan di Jakarta pada 2020 sekitar 36 persen. Dan, pada 2021 menurun 34 persen. Jakarta berada di ranking 46. Kondisi itu terjadi karena mobilitas masyarakat dibatasi. Namun, pada kuartal pertama tahun 2022, indeks kemacetan di Jakarta meningkat, mendekati 50 persen.
“Tahun 2023 ini, saya perkiraan sudah di atas 50 persen,” ujar Latif.
Akibat kemacetan yang semakin parah, lanjut Latif, diperkirakan pengendara mengalami kerugian sekitar 30 menit dalam perjalanannya. Dan, kerugian negara mencapai lebih dari Rp 70 triliun akibat kemacetan di Jakarta pada kuartal pertama dan kedua tahun 2022. Oleh sebab itu, kondisi ini menjadi perhatian Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya beserta stakeholder terkait.
Dia menyebut, selama 2022 tercatat sudah ada 22 juta pergerakan kendaraan dengan asumsi jumlah penduduk 10,7 juta orang.
Pengamat transportasi Azas Tigor Nainggolan menilai, kemacetan semakin parah karena selama lima tahun pembangunan sistem layanan transportasi publik massal mengalami stagnasi.
“Tiga tahun sebelum pandemi dan dua tahun selama pandemi tidak ada kebijakan signifikan terkait pengembangan layanan Transjakarta,” kritikAzas.
Sebaliknya, kata dia, terjadi pengurangan armada Transjakarta yang beroperasi selama penerapan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Azas mendukung rencana penambahan armada bus Transjakarta. Penambahan armada penting untuk mengurangi penumpukan penumpang di halte dan kepadatan di dalam bus Transjakarta.
Azas meminta, jalur Transjakarta disterilkan. Sebab, akibat banyak kendaraan pribadi menerobos jalur khusus, Transjakarta ikut kena macet. Kondisi ini membuat banyak pengguna Transjakarta akhirnya kembali menggunakan kendaraan pribadi.
“Penambahan armada saja tidak cukup. Jalur Transjakarta harus diseterilkan agar pengguna nyaman,” katanya.
Menurut dia, menambah armada Transjakarta merupakan pilihan mudah. Karena, sudah ada 600 unit armada Transjakarta yang bagus tapi belum dioperasikan karena pandemi.
Untuk sterilisasi jalur Transjakarta, dia menyarankan Transjakarta menggandeng aparat kepolisian untuk memperkuat petugas penjaga jalur Transjakarta.
Dijelaskan Azas, dalam menerapkan lalu lintas harus diberlakukan hirarki pemakaian jalan. Pejalan kaki menempati hirarki teratas, lalu kendaraan non motor, kemudian transportasi publik dan terakhir kendaraan bermotor pribadi.
Itu artinya, petugas harus menjaga jalur Transjakarta lebih dibandingkan menjaga jalur reguler jalan raya. Petugas harus membuat jalur transportasi umum Transjakarta lebih lancar dibanding jalur reguler kendaraan bermotor pribadi.
“Berarti menjaga jalur Transjakarta adalah prioritas utama,” tandasnya.
Minimnya armada dan belum sterilnya jalur Transjakarta kerap dikeluhkan penumpang. Mereka mencurahkan hal itu di akun media sosial (medsos) PTTransjakarta atau Pemprov DKIJakarta.
“Dua poin utama yang harus jadi prioritas: jalur busway harus steril dan armada busway diperbanyak. Jika dua poin ini tidak bisa diterapkan, maka sudah pasti jarak tunggu busway akan lama dan akan terus terjadi penumpukkan penumpang,” tulis @robbie_1609.
“Armadanya tetap harus terus bertambah ya, biar nggak membludak di jam-jam sibuk,” kata @aditian.nugraha. “Tambahin armada Tije nya biar enak, nggak lama buat nunggu, sekalinya dpt penuh juga,” pinta @siyogii_.
“Bus nomor 12 sedikit sekali armadanya. Nunggu sangat lama, selalu penuh, mohon ditindaklanjuti,” usul @yosefadella. “Untuk armada bus S21 arah Ciputat diperbanyak lagi. Agak lama nunggunya,” harap @adriansyah5614.
“5 tahun Transjakarta begitu-begitu saja. Jalurnya nggak steril, kurang armada, cuma haltenya saja yang sebagian dibagusin, tapi toh hanya buat selfie-selfiean,” ucap @Budi.
“Satpol PP dikerahkan di perempatan jalan dan U-turn saat jam sibuk, karena pengendara sering pada saling serobot akhirnya mengunci, jumlah Polantas juga terbatas. Semoga bisa membantu sedikit mengurai kemacetan,” saran @BagasWaras. rm.id
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 21 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 23 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 14 jam yang lalu
TangselCity | 13 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu