TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

RSU Tangsel Ingatkan Bahaya Narkoba dan Pentingnya Kesehatan Jiwa

Laporan: Redaksi
Selasa, 28 Juni 2022 | 21:25 WIB
pemateri webinar "Narkoba dan Kesehatan Jiwa" yang dihelat oleh RSU Kota Tangsel. (Ist)
pemateri webinar "Narkoba dan Kesehatan Jiwa" yang dihelat oleh RSU Kota Tangsel. (Ist)

PAMULANG, Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mengingatkan masyarakat tentang bahaya dan ancaman narkoba bagi manusia. Sebab zat ini dapat memberikan dampak buruk, baik bagi kesehatan fisik ataupun juga bagi kondisi kejiwaan seseorang. 

Hal itu semua dikupas secara tuntas dalam webinar yang digelar oleh Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangsel bertajuk “Narkoba dan kesehatan jiwa”, pada Senin (27/6/2022).

Ruang seminar dan diskusi melalui jaringan digital ini, menghadirkan ketiga narasumber yang sangat berkompeten di bidangnya, yakni ketiga dokter spesialis kejiwaan RSU Kota Tangsel, dr. Rudy Wijono, Sp.KJ, dr. Azizah Az Zahra, Sp.KJ, M.Kes dan dr. Agus Sofyan Syawaludin, Sp.KJ.

Dalam kesempatan itu, Dokter Spesialis Kejiwaan RSU Tangsel, dr Rudy Wijono, Sp.KJ memaparkan materi dengan tema pengaruh kesehatan mental pada gangguan penyalahgunaan napza, atau narkotika. 

Ia memaparkan bahwa berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2017,sekitar 3,5 juta orang menyalahgunakan Napza (penyalahgunaan zat psikoaktif dan alkohol). 

"Berdasarkan Undang-Undang No.35 Tahun 2009, definisi narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis, maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran; hilang rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan," terang Rudy saat memaparkan materinya tersebut. 

Ia menerangkan bahwa penggunaan narkotika, dapat menimbulkan efek bagi para penggunanya. Pengaruh buruk biasanya juga akan dijumpai oleh pengguna. 

"Mulai dari gangguan daya ingat menjadi pelupa, gangguan perasaan mudah marah, mudah putus asa, menurunnya kemampuan otak untuk menerima, memilah dan mengolah informasi. Tidak dapat bertindak rasional, gangguan persepsi, gangguan motivasi, gangguan kendali diri, termasuk tidak mampu membedakan yang baik dan tidak baik,” paparnya.

Sementara itu pemateri kedua, dokter Azizah membahas tentang Psikoterapi Mindfulnes Pada Pasien Gangguan Penyalahgunaan Napza. 

Menurut dia, ada delapan sesi yang bisa dilakukan pada pasien gangguan penyalahgunaan Napza. Yakni, pilot otomatis (automatic pilot), hidup di dalam kepala kita (living in our heads), mengumpulkan pikiran yang tersebar (gathering the scattered mind), mengenali aversi (recognizing aversion), mengizinkan dan membiarkan (allowing and letting be), melihat pikiran sebagai pikiran (thoughts as thoughts), kebaikan dalam tindakan (kindness in action), serta mempertahankan dan memperluas pembelajaran baru (maintaining and extending new learning).

"Psikoterapi MBCT Mindfulness bertujuan meningkatkan kesehatan fisik, kesadaran tubuh (body awarness), mengurangi rasa nyeri kronis, kesehatan mental, membiasakan diri memiliki positive mindset untuk hidup sepenuhnya di masa sekarang, tidak menghakimi (non-judge-mental), dan menerima (acceptance), kesejahteraan (well-being), dan belajar mengenali emosi yang sedang dialami dan melepaskan segala bentuk keterikatan, resiliensi emosi, dan regulasi atensi," jelas Azizah. 

Sementara itu dalam pemaparan materinya, dokter Agus menjelaskan mengenai peran religiusitas terhadap pencegahan penggunaan Napza. 

Adiksi narkoba atau Napza, kata Agus, terbukti akan menimbulkan sederet kerugian, baik bagi penggunanya itu sendiri, keluarga, bahkan negara.

"Karenanya, agama merupakan faktor protektif terhadap pencegahan penggunaan atau penyalahgunaan narkoba atau Napza," ungkap Agus. 

Ia memaparkan dimensi komitmen beragama, di antaranya  keyakinan, ritual, penghayatan, pengetahuan, dan konsekuensial merupakan variabel yang harus dimiliki oleh individu yang memanfaatkan agama, baik dalam proses pencegahan maupun rehabilitasi adiksi ataupun candu terhadap narkotika. 

"Intensi merupakan faktor penting dalam hubungannya dengan komitmen beragama pada proses rehabilitasi adiksi narkoba/Napza. Dan aktivasi perilaku dari religiusitas secara biologi memengaruhi α-wave dan area Prefrontal Cortex di otak," pungkasnya. (ADV).

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo