Berikan Paket Bantuan Kemanusiaan
Arab Saudi Guyur Ukraina Rp 6,1 T
ARAB SAUDI - Untuk pertama kalinya sejak 30 tahun menjalin hubungan diplomatik, Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al-Saudi mengunjungi Ukraina. Dalam kunjungan itu, ia menggelontorkan paket bantuan 400 juta dolar AS atau sekitar Rp 6,1 triliun.
Menlu Arab Saudi bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kiev pada Minggu (26/2). Bantuan itu adalah implementasi dari janji Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) yang berbicara di telepon dengan Zelensky pada Oktober 2022.
Zelensky berharap, pertemuan itu akan memberikan dorongan baru untuk mengintensifkan dialog saling menguntungkan kedua negara.
“Terima kasih telah mendukung perdamaian di Ukraina, kedaulatan kami dan juga integritas teritorial. Pertemuan itu sangat penting bagi Ukraina,” kata Zelensky dikutip CNN.
Arab Saudi memilih netral terkait konflik Rusia dan Ukraina. Tahun lalu, Kerajaan tersebut memediasi pertukaran tahanan. Ketika itu, dua warga Amerika Serikat (AS) dan lima warga Inggris dibebaskan dari tahanan Rusia.
Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak mengungkapkan, pertemuan Menlu Saudi dengan Presiden telah sukses.
"Arab Saudi telah memberikan bantuan untuk Ukraina,” tulisnya di akun Telegram.
“Kantor Kepresidenan telah menandatangani dua dokumen untuk merealisasikan paket bantuan kepada Ukraina sebesar 400 juta dolar AS,” tambahnya.
Paket dana itu, lanjut Yermak, ada dua. Bantuan sebesar 100 juta dolar AS (Rp 1,5 triliun) untuk kemanusiaan. Dan bantuan 300 juta dolar AS (Rp 4,5 triliun) untuk produk minyak.
Kantor berita Arab Saudi, SPA mengatakan, penandatanganan kesepakatan bantuan itu mencerminkan dukungan Kerajaan terhadap Ukraina dalam menghadapi tantangan sosial dan ekonomi.
“Kerajaan Saudi bekerja sama dengan Ukraina mengurangi dampak ekonomi dari konflik di Ukraina. Kerajaan akan melanjutkan upayanya untuk berkontribusi dalam meringankan dampak kemanusiaan dari konflik tersebut,” kata Pangeran Faisal.
Dia menambahkan, Saudi sedang mendiskusikan peluang untuk melanjutkan kerja sama investasi dengan Ukraina. Kedua pihak juga membahas beberapa isu regional dan internasional dan perkembangan yang menjadi perhatian bersama.
Setelah setahun perang, ekonomi Ukraina mulai stabil. Wakil Direktur Operasional Novus, Oleksiy Panasenko, mengenang, ketika Rusia menginvasi Ukraina setahun lalu, rak-rak jaringan supermarket Novus di Kiev dengan cepat kosong, karena rantai pasokannya dari dalam dan luar negeri terhenti. Produk segar menjadi langka dan panic buying menyebar ke seluruh negeri.
Namun, supermarket Novus berhasil beradaptasi. Panasenko mengatakan, 52 dari 82 toko Novus sudah dilengkapi generator.
“Pada hari kedua (perang), sudah terjadi pertempuran di pinggiran Kiev. Pada Februari dan Maret, toko kami menjadi lebih dari sekadar tempat untuk membeli makanan. Ini menjadi tempat bertemu, berkomunikasi, yang disebut pulau stabilitas,” ujar Panasenko.
Bank sentral Ukraina memperkirakan, Produk Domestik Bruto (PDB) akan tumbuh sebesar 0,3 persen tahun ini. Sementara Kementerian Ekonomi memperkirakan pertumbuhan 3,2 persen.
Pada musim panas lalu, pejabat Ukraina yakin, perekonomian negaranya akan meningkat. Khususnya setelah ada kesepakatan ekspor biji-bijian yang ditengahi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Perjanjian tersebut menyelamatkan pertanian Ukraina, yang menyumbang sekitar 12 persen dari PDB dan sekitar 40 persen dari keseluruhan ekspor sebelum perang. Pada pertengahan Februari, ekspor biji-bijian Ukraina Februari 2022 hingga Februari 2023, turun 29,3 persen year on year menjadi 29,7 juta ton.
Dilansir Reuters, kemarin, Kepala Penelitian di lembaga investasi ICU, Vitaly Vavrishchuk menjelaskan, peningkatan besar-besaran dalam pengeluaran militer, termasuk gaji tentara, juga memberikan dorongan bagi perekonomian.
Ukraina menghabiskan 40,6 miliar dolar AS untuk sektor pertahanan pada 2022 atau setara dengan sekitar sepertiga dari hasil ekonominya. Menurut Dewan Keamanan Nasional, pengeluaran itu sekitar lima kali lebih tinggi dari anggaran pertahanan sebelum perang.
Puluhan miliar dolar bantuan asing telah mengalir ke Ukraina untuk membantu menutup defisit anggaran maupun mempersenjatai pasukan Ukraina. Namun, terlepas dari hal-hal positifnya, ekonomi Ukraina jauh tertinggal dibanding sebelum perang. rm.id
Lifestyle | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu