Punya Skybridge, Halte Transjakarta Makin Kece
JAKARTA - Empat halte Transjakarta, sudah selesai direvitalisasi. Salah satunya, Halte Djuanda, di Gambir, Jakarta Pusat. Tak hanya makin kece, fasilitas itu kini dilengkapi skybridge (jembatan penyeberangan) untuk memudahkan mobilitas penumpang.
Halte Juanda kini dominan berkelir putih. Interior dan eksterior tampak mewah. Halte kini terintegrasi dengan Stasiun Juanda. Penumpang Commuter Line atau Kereta Rel Listrik (KRL) yang hendak meneruskan perjalanan dengan Transjakarta bisa melewati skybridge. Begitu juga sebaliknya.
Untuk menuju Halte, penumpang KRL bisa melalui gate selatan. Di sini, terdapat tangga turun dan keluar sebelah kiri. Kemudian, bagian kanan terdapat skybridge menuju Halte Juanda. Setelah melintasi skybridge, terdapat dua tangga exit di kiri dan kanan (dapat digunakan warga untuk menyeberang dari Stasiun Juanda menuju Masjid Istiqlal atau sebaliknya) penumpang langsung menemui pintu masuk Halte Transjakarta.
Di depan mesin tap in-tap out, tersedia vending machine kartu uang elektronik. Karena pintu masuk berada di lantai atas, penumpang harus turun. Bisa melalui tangga manual, eskalator atau lift. Sampai di lantai bawah, tempat naik-turun bus Transjakarta, penumpang melewati taman kecil dan toilet serta mushola.
Jika dibandingkan dengan halte sebelumnya, halte saat ini jauh lebih besar. Dapat menampung lebih banyak penumpang yang hendak menunggu bus Transjakarta. Di area tersebut, ada petugas berkeliling menggunakan megaphone memberi instruksi dan arahan titik tunggu bus sesuai rute.
Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT Transjakarta Apriastini Bakti Bugiansri mengatakan, per Sabtu (4/3) selain Halte Juanda, Transjakarta juga kembali mengoperasikan Halte MH Thamrin, Halte Dukuh Atas 1 dan Halte Jati Padang.
"Keempat halte tersebut merupakan bagian dari 46 halte revitalisasi yang rampung secara bertahap dan mulai bisa digunakan untuk melayani pelanggan,” kata Apri dalam keterangannya.
Apri bilang, dengan berakhirnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mendorong masyarakat mulai kembali beraktivitas di luar rumah. Sehingga perluasan kapasitas halte dinilai sangat penting dan mendesak. Total ada 72 halte yang akan direvitalisasi dan ditargetkan selesai akhir 2023.
“Kembali beroperasinya Halte Juanda sebagai halte yang terintegrasi dengan Stasiun KRL Juanda, akan memudahkan mobilitas pelanggan,” ujarnya.
Halte Juanda, Halte M.H Thamrin dan Halte Dukuh Atas 1 juga menjadi halte andalan akibat penutupan Halte Harmoni yang terdampak pembangunan MRT fase 2 kontrak proyek CP202.
“Beberapa rute transit yang sebelumnya di Halte Harmoni, dipindahkan ke tiga halte baru tersebut,” jelasnya.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta Dwi Rio Sambodo menyambut baik revitalisasi Halte Transjakarta. Terlebih yang terintegrasi dengan moda transportasi lain. Dia bahkan mendorong program ini dipercepat.
“Kemarin Pak Pj Gubernur bisa mengeksekusi akselerasi sodetan dan normalisasi Ciliwung, kenapa tidak juga dieksekusi di bidang transportasi,” kata Rio kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Group) kemarin.
Dengan integrasi, lanjut Rio, transportasi massal menjadi lebih aman, nyaman dan cepat. Sehingga dapat menarik minat masyarakat untuk beralih ke transportasi massal. Selain itu, untuk membuat nyaman penumpang, revitalisasi halte menjadi penting.
Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta ini menyebut, pihaknya juga akan mendukung semua rencana revitalisasi halte, baik dari segi kebijakan maupun anggaran.
“Sepanjang itu untuk kepentingan publik, kenapa tidak. Semua akan dikerahkan untuk menunjang, menopang dan menyokong itu,” ucap Rio.
Namun dia mengingatkan, revitalisasi harus menyesuaikan dan mempertimbangkan dengan konsepsi yang sudah ada dalam tim pembangunan gedung.
Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio mengingatkan, angkutan umum tidak pernah berhenti berkembang dan harus berinovasi. Karena itu, Transjakarta harus terus berkembang.
Agus bilang, Transjakarta memiliki banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan. Salah satunya, pembenahan prasarana seperti halte.
“Halte itu harus proporsional, aman dan nyaman. Bukan keindahannya saja,” ujarnya.
Menurut dia, halte tidak perlu ikonik, canggih dan sebagainya.
“Yang terpenting dari halte, bandara atau pelabuhan adalah fungsinya,” tegasnya.
Saat ini yang harus dilakukan Transjakarta, lanjutnya, adalah pengadaan armada yang dapat menampung penumpang. Serta akselerasi integrasi dengan moda transportasi lain.
Agus menilai, pelayanan Transjakarta saat ini sudah cukup optimal. rm.id
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 9 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Galeri | 19 jam yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu