Negara Lain Sudah Melambung
Awas, Harga Si Manis Melonjak Di Tanah Air
JAKARTA - Harga gula di Tanah Air rawan melonjak seiring terus melambungnya harga gula Internasional. Untuk mengantisipasinya, Badan Pangan Nasional (Bapanas)/National Food Agency (NFA) telah mengambil sejumlah kebijakan mendasar.
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional I Gusti Ketut Astawa mengatakan, Pemerintah merespons cepat perkembangan harga gula internasional.
Mitigasi dan antisipasi langsung dilakukan sejalan dengan upaya penguatan ekosistem gula nasional yang saat ini terus didorong.bapanas
“Kenaikan harga gula internasional itu memang nyata, disebabkan berbagai faktor. Mulai dari perubahan peruntukan tebu menjadi etanol di Brazil, hingga menurunnya produksi di India dan Thailand,” ujar Ketut dalam keterangannya di Jakarta, kemarin.
Berdasarkan data situs Tradingeconomics, Kamis (25/5), harga perdagangan gula internasional bergerak di 25,22 sen dolar Amerika Serikat (AS) per pon. Setelah sempat cetak rekor di 26,99 sen dolar AS pada 27 April lalu, rekor level tertinggi dalam 11 tahun.
Sementara di situs web Informasi Pangan Jakarta, harga gula pasir per Jumat (26/5) Rp 14.059 per kilogram (kg). Naik tinggi dari harga normal di kisaran Rp 12.500 per kg.
Tradingeconomics juga menyebut lonjakan harga gula disebabkan turunnya pasokan gula global. Ini juga terjadi akibat aksi organisasi gula internasional yang merevisi surplus pasokan global tahun 2022/2023 sebanyak 850 ribu ton dari sebelumnya dipatok 4,15 juta ton.
Ketatnya pasokan menyusul revisi produksi oleh Eropa, China, Thailand dan India karena produksi di bawah ekspektasi. Sementara, konsumsi diprediksi naik 233 ribu ton.
Kondisi ini, lanjut dia, mengakibatkan pasokan secara global turun dan harga gula dunia menjadi naik.
Ini turut berdampak kepada harga berbagai aspek yang berkaitan dengan gula di dalam negeri.
Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, Ketut mengatakan, Pemerintah telah melakukan sejumlah langkah. Paling mendasar, memastikan perhitungan Neraca Gula Nasional sesuai dengan angka produksi dan kebutuhan/konsumsi di lapangan.
Kemudian, penguatan koordinasi melalui pertemuan secara rutin dengan Kementerian/Lembaga (K/L) dan seluruh stakeholder pergulaan nasional.
Mitigasi selanjutnya, dengan percepatan review dan penyesuaian Harga Acuan Pembelian/Penjualan (HAP) gula konsumsi.
“Dua hal yang paling mendasar adalah memastikan kesiapan dan akurasi Neraca Gula Nasional dan melakukan koordinasi dengan teman-teman stakeholder gula nasional,” ujarnya.
Saat ini, Bapanas sedang melakukan koordinasi dengan K/L terkait serta BUMN (Badan Usaha Milik Negara), BUMD (Badan Usaha Milik Daerah), Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Gabungan Pengusaha Tebu Indonesia (Gapgindo), Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPPMI), Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APPSI), hingga Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia (APRINDO).
Sebelumnya, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menilai, kondisi harga gula dunia yang naik akibat pasokan yang berkurang, bisa menjadi peluang untuk Indonesia.
“Ini jadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi gula nasional secara bertahap. Sehingga Indonesia bisa kembali menjadi salah satu produsen gula yang diperhitungkan,” kata Arief.
Bapanas juga mendorong pembenahan tata kelola industri gula nasional dari sisi on farm dan off farm.
Arief menegaskan, prioritas Pemerintah saat ini adalah menjaga keseimbangan harga gula nasional baik di tingkat petani, pelaku industri, pedagang maupun konsumen.
“Ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo yang meminta agar harga komoditas pangan dipastikan stabil, sehingga petani, pedagang dan konsumen bisa mendapatkan benefit yang wajar,” tegas Arief. (RMmid)
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu