Mau Hentikan Perang Rusia-Ukraina
Prabowo Siap Kirim Pasukan Perdamaian
JAKARTA - Indonesia meminta gencatan senjata Rusia-Ukraina segera dilakukan. Imbauan tersebut dilontarkan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto saat menjadi panelis pada pembahasan Resolving Regional Tensions dalam Pertemuan Shangri-La Dialogue, di Singapura, kemarin.
“Indonesia siap mengirimkan pasukan perdamaian guna mendukung diakhirinya perang yang sudah menyebabkan kerusakan luar biasa dan banyak korban rakyat sipil,” tegas Prabowo.
Menurut Ketua Umum Partai Gerindra ini, perang yang sudah berlangsung lebih dari setahun ini berdampak kepada kehidupan di seluruh dunia.
Padahal, tantangan yang dihadapi dunia semakin berat. Salah satunya, terus bermutasinya virus Corona alias Covid-19.
Untuk mencegah semakin memburuknya keadaan termasuk kerusakan yang lebih masif di Ukraina dan Rusia, Prabowo mengusulkan adanya deklarasi yang dihasilkan dari Pertemuan Shangri-La Dialogue.
Pertama, harus kita lakukan adalah meminta pihak Ukraina dan Rusia menerapkan gencatan senjata,” sarannya.
Langkah kedua, dia meminta kedua belah pihak mundur 15 kilometer dari titik gencatan senjata sekarang.
Ketiga, meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membentuk pasukan penjaga perdamaian dan menempatkan di wilayah demiliterisasi sekarang.
Cara penyelesaian dengan membuat demiliterisasi bukan pertama dilakukan. Menurut Prabowo, PBB pernah melakukan itu dalam perang di Korea, kemudian di Vietnam dan juga Afrika.
“Kemudian PBB menggelar referendum kepada masyarakat yang tinggal di wilayah demiliterisasi,” ucap Prabowo.
Dirinya berharap, usulan penghentian perang ini disetujui semua negara.
“Saya memutuskan Indonesia akan menjadi negara pertama yang ikut menjadi pasukan penjaga perdamaian,” ucapnya.
Perwakilan Tinggi dan Wakil Presiden Komisi Eropa Josep Borrell Fontelles, yang menjadi panelis bersama Prabowo mengungkapkan, biaya yang harus ditanggung Uni Eropa untuk perang di Ukraina sangat tinggi.
Borrell mengungkapkan, bantuan militer yang diberikan Uni Eropa kepada Ukraina sekitar 40 miliar dolar AS. Kalau ditambah dengan latihan untuk pasukan Ukraina, nilai bantuan yang diberikan bisa mencapai 60 miliar dolar AS.
“Tapi kalau dihitung dengan biaya hidup karena inflasi yang tinggi, nilai bantuan yang dikeluarkan bisa mencapai 700 miliar,” ungkap Borrell.
Borrell sepakat, perdamaian di Ukraina sangatlah penting dan mendesak. Hanya saja belum ada solusi mencapai perdamaian itu.
“Ukraina bukanlah anggota Uni Eropa, hanya teman. Tapi, Uni Eropa merasa harus membantu karena tidak ingin agresi yang dilakukan Rusia terus terjadi. Uni Eropa tidak mau Ukraina kemudian menjadi seperti Krimea,” paparnya. (RM.id)
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 19 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu