TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Kompak Standarisasi Pendukung EV

Pemilik Kendaraan Listrik Makin Mudah Cas Baterai

Laporan: AY
Jumat, 16 Juni 2023 | 11:34 WIB
Darmawan Prasodjo Direktur Ytama PLN. Foto : Ist
Darmawan Prasodjo Direktur Ytama PLN. Foto : Ist

JAKARTA - Indonesia Battery Corporation (IBC) dan lima produsen motor listrik (molis) sepakat melakukan standardisasi infrastruktur pendukung Electric Vehicle (EV). Langkah ini akan memudahkan pemilik kendaraan listrik mengisi atau cas baterai.

PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN melalui Indo­nesia Battery Corporation (IBC) bekerja sama dengan lima produs­en motor listrik (molis), menghadirkan sistem Battery Asset Management Services (BAMS). Yaitu platform ekosistem molis yang mencakup penyediaan baterai, swap station (stasiun penggantian) dan charging stations (stasiun pengisian). Serta aplikasi yang dapat digunakan oleh berbagai merek motor listrik, termasuk motor listrik konversi.

Pengamat transportasi dari Masyarat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno mengapresiasi upaya standarisasi infrastruktur kendaraan listrik.

Djoko melihat, sejumlah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) secara berkelanjutan terus membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Mulai dari pemberian subsidi, kemudahan pembiayaan, lalu sekarang ada standardisasi in­frastruktur pendukung.

“Semua dilakukan tidak hanya oleh BUMN, tetapi juga swasta karena memang membangun ekosistem kendaraan listrik perlu dukungan banyak pihak,” ujar Djoko kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Grup) kemarin.

Ia menuturkan, belum banyak orang yang beralih dari kendaraan konvensional atau berbahan bakar minyak (BBM) ke listrik sehingga memang diperlukan inovasi-inovasi berkelanjutan.

“Sekarang ini yang banyak penggunanya adalah sepeda listrik, mereka mulai masuk ke jalan raya. Ini harus diperhati­kan, karena mempertimbangkan faktor keselamatan,” imbaunya.

Untuk terus meningkatkan volume kendaraan listrik, menurut Djoko, baiknya difokuskan dulu pada transportasi umum karena mengangkut lebih banyak orang. Dan secara bertahap, transpor­tasi umum bertenaga listrik dioperasikan di kota-kota besar di seluruh Indonesia.

Sebelumnya, IBC menandatangani kerja sama dengan produsen motor listrik Gesits, Volta, ALVA, VIAR dan United. Selain itu, dengan Bengkel Konversi Bintang Racing Team dan Spora EV untuk melakukan penyeragaman standardisasi baterai dan infrastruktur pendukung lainnya. Penandatanganan kerja sama dilakukan di Kantor Ke­menterian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Senin (12/6).

Direktur Utama IBC Toto Nugroho menjelaskan, tantangan dalam akselerasi adopsi motor listrik di Indonesia saat ini adalah platform baterai yang berbeda setiap merek.

Karena itu pihaknya menghadirkan satu platform yang sama, yaitu BAMS, guna memudahkan masyarakat yang memiliki ken­daraan listrik.

“Pengguna berbagai merek motor listrik dan konversi di Indonesia, dapat menggunakan ekosistem yang sama, lewat BAMS,” ujarnya.

Di kesempatan yang sama, Direktur Utama PLN Dar­mawan Prasodjo menuturkan, sebagai salah satu pemegang saham IBC, pihaknya meya­kini penyeragaman infrastruktur pendukung ini kian memudah­kan pemilik kendaraan listrik melakukan pengisian daya.

Dijelaskannya, semua merek baterai memiliki spesifikasi berbeda. Tetapi kini dengan standarisasi, infrastruktur yang tadinya terfragmentasi menjadi terkonsolidasi.

“Dengan terciptanya satu stan­dar baru, maka masyarakat tak perlu ragu lagi memiliki motor listrik,” katanya.

Sejak 2019 hingga saat ini, perseroan terus mengembangkan infrastruktur kendaraan listrik. Mulai dari Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SP­KLU), Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) hingga platform digital, seperti Electric Vehicle Digital System (EVDS).

Baca juga : Menperin Ajak Daihatsu Kembangkan Ekosistem Kendaraan Listrik Di ASEAN

“Secara nasional, PLN memi­liki lebih dari 1.000 unit SPB­KLU, 6.700 unit SPLU dan 616 unit SPKLU yang tersebar di seluruh tanah air,” kata Darmo, sapaan Darmawan.

Pihaknya juga akan terus me­nambah infrastruktur pengisian dan penukaran baterai, dengan menggandeng mitra melalui skema franchise.

Terpisah, Direktur Proyek dan Operasi Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) Norman Ginting, turut menyoroti pentingnya kebutuhan standarisasi battery pack.

“Khususnya untuk kendaraan bermotor listrik roda dua agar lebih mudah melakukan penu­karan baterai,” ujar Norman di Jakarta, Selasa (13/6).

Sebagai subholding PT Per­tamina (Persero), pihaknya juga memiliki partisipasi dalam IBC, sehingga bisa masuk ke dalam rantai nilai ekosistem baterai dan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).

Saat ini Pertamina memiliki jaringan suplai dan distribusi yang sangat luas di Indonesia. Hal ini menjadi modal awal perseroan dalam melakukan transisi pem­bangunan infrastruktur battery swapping maupun charging.

“Dengan luasnya jaringan yang kami miliki, pengguna kendaraan listrik mudah mengisi ulang daya kendaraannya,” katanya.

Sejauh ini pihaknya turut mengembangkan electric vehicle (EV) Ecosystem di Indonesia, dengan mengembangkan Battery Swapping Station atau Charging Station dan Hydrogen Fuel Sta­tion untuk Fuel Cell EV.

“Ada berbagai inisiatif dan pi­lot project, yang telah dan akan kami jalankan dalam membangun ekosistem KBLBB, dari hulu hingga hilir,” jelasnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo