Ini Capaian 11 Intervensi Kemenkes Atasi Stunting, 2 Lampaui Target
SERPONG - Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terbaru terkait upaya penanggulangan stunting, menunjukkan bahwa dari 11 jenis intervensi spesifik yang telah dilaksanakan, ada 2 di antaranya yang berhasil melampaui target nasional yang ditetapkan.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Dr Maria Endang Sumiwi. Dia bilang, intervensi spesifik ini didasarkan pada target penurunan tingkat stunting yang harus tercapai pada tahun 2024.
Secara positif, angka kejadian stunting di Indonesia telah mengalami penurunan, yaitu dari 24,4 persen pada tahun 2021 menjadi 21,6 persen pada tahun 2022.
Namun, target yang ingin dicapai pada tahun 2024 adalah 14 persen. Untuk itu, Kemenkes akan secara rutin merilis data capaian pelaksanaan intervensi spesifik setiap triwulan.
"Itu tidak lama lagi, setiap triwulan kita akan melihat gap nya dan kita lihat setiap triwulan itu kita lakukan percepatan-percepatan upaya penurunan stunting," kata Direktur Jenderal Maria dalam sesi virtual pada Kamis (22/6).
Adapun 11 jenis intervensi spesifik yang dirancang meliputi skrining anemia, konsumsi tablet tambah darah (TTD) bagi remaja putri, pemeriksaan kehamilan (ANC), konsumsi tablet tambah darah bagi ibu hamil, dan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dengan kurang energi kronik (KEK).
Selain itu juga pemantauan pertumbuhan balita, ASI eksklusif, pemberian MPASI kaya protein hewani bagi bayi dan balita, tata laksana gizi balita, peningkatan cakupan dan perluasan imunisasi, serta edukasi untuk remaja ibu hamil dan keluarga termasuk pemicu perilaku bebas buang air besar sembarangan (BABS).
Hasil evaluasi triwulan pertama menunjukkan bahwa dari 11 intervensi spesifik tersebut, hanya 2 di antaranya yang sudah mencapai bahkan melampaui target nasional.
Salah satunya adalah konsumsi TTD oleh remaja putri, yang berhasil mencapai 57,7 persen dari target 12,5 persen pada triwulan pertama. Sedangkan konsumsi TTD oleh ibu hamil mencapai 66 persen dari target 20 persen pada triwulan yang sama.
Kemenkes mendorong pemerintah daerah untuk lebih giat melaksanakan 11 intervensi spesifik tersebut, terutama pada remaja putri, ibu hamil, dan balita.
Dalam hal ini, terdapat 5 provinsi yang memiliki jumlah kasus stunting terbanyak pada tahun 2021, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, dan Sumatera Utara, yang juga menyumbumbang 51 persen dari total kasus stunting di seluruh Indonesia.
Jika kelima provinsi ini berhasil mengurangi tingkat stunting, maka secara nasional akan terjadi penurunan yang signifikan.
"Kami mohon perhatian khusus kepada 5 provinsi terbanyak kasus stunting, untuk bisa mengejar capaian-capaian dari 11 intervensi spesifik. Kami mohon bisa dikejar untuk capaian-capaian indikator tersebut," tambahnya.
Secara rinci, dari 11 intervensi spesifik tersebut, beberapa di antaranya telah mencapai capaian yang positif. Namun, terdapat pula beberapa provinsi yang masih perlu meningkatkan upaya mereka.
Berikut adalah beberapa hasil evaluasi dari setiap intervensi:
1. Skrining anemia: Saat ini belum ada provinsi yang mencapai target 70 persen pada kuartal 1 2023.
2. Konsumsi TTD oleh remaja putri: Sebanyak 36 dari 38 provinsi telah melampaui target 12,5 persen pada kuartal 1 2023, dengan rata-rata capaian sebesar 57 persen. Dua provinsi yang masih perlu mengejar target adalah Papua Tengah dan Papua Pegunungan.
3. Pemeriksaan kehamilan (ANC): Target capaian adalah 20 persen, namun hanya Banten dan DKI Jakarta yang telah mencapainya dengan masing-masing capaian 20,45 persen dan 20,13 persen. Intervensi ANC ini dilakukan minimal 6 kali di fasilitas kesehatan.
4. Konsumsi TTD oleh ibu hamil: Sebanyak 37 provinsi, kecuali Papua Barat Daya, telah mencapai target 20 persen pada kuartal 1 2023. Di Papua Barat Daya, capaian baru mencapai 16,89 persen.
5. Pemberian makanan tambahan (PMT) bagi ibu hamil dengan KEK: Ada 18 provinsi yang telah melampaui target 87,5 persen pada Kuartal 1 2023. Penting untuk diketahui bahwa PMT bagi ibu hamil dengan KEK sangat penting dalam mencegah kelahiran bayi dengan berat badan rendah (BBLR).
Maria menekankan pentingnya perbaikan dan peningkatan upaya bagi provinsi-provinsi yang belum mencapai target. Dia mengajak para pemimpin daerah untuk segera mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.
"Saya harap nanti kalau ada kesulitan-kesulitan, terutama kabupaten-kabupaten yang belum mencapai target, dapat dikomunikasikan dengan TPPS (Tim Percepatan Penurunan Stunting) baik di kabupaten maupun provinsi, dan jika dibutuhkan dari pusat juga bisa disampaikan kepada kami," tutupnya.
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 4 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Galeri | 14 jam yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu