Nggak Undang Demokrat Ke GBK
Pertemuan Mega-SBY Baru Sekadar Mimpi
JAKARTA - Puncak peringatan Bulan Bung Karno di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, kemarin digelar tanpa kehadiran Partai Demokrat. Ternyata, PDIP memang tidak mengundang Demokrat ke acara tersebut. Kalau begini, wacana pertemuan Megawati Soekarno Putri-Susilo Bambang Yudhoyono baru sekadar mimpi.
Selain Demokrat, dua partai lain dari Koalisi Perubahan: PKS-NasDem, juga tidak hadir. Namun, absennya Demokrat di acara tersebut, paling banyak jadi sorotan. Mengingat sebelumnya, PDIP-Demokrat sempat mesra hingga muncul wacana keduanya akan rujuk dengan bertemunya Mega-SBY.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto blak-blakan ngejelasin alasannya tidak hadirnya Demokrat di GBK. Kata Hasto, PDIP memang sengaja tidak mengundang Demokrat. Alasannya, posisi Demokrat berbeda dengan PDIP dalam urusan Pilpres 2024.
Hasto berdalih, PDIP tak ingin melanggar etika partai yang telah dibangun Demokrat bersama PKS-NasDem di Koalisi Perubahan yang telah memutuskan untuk mengusung Anies Baswedan sebagai capres.
"Saya telah komunikasi dengan Mas Teuku Riefky (Sekjen Demokrat) terkait acara ini. Karena ini adalah konsolidasi partai dan kemudian kita intens komunikasi dengan teman-teman Partai Demokrat," kata Hasto saat meninjau dapur umum Baguna PDIP di GBK, Senayan, Jakarta, kemarin.
Kendati demikian, Hasto memastikan hubungan PDIP dengan Demokrat masih baik. Doktor Pertahanan dari Universitas Pertahanan ini bilang, komunikasi PDIP dan Demokrat berjalan lancar.
Kedua partai tetap akan melanjutkan poin-poin penting dalam pertemuan antara Ketua DPP PDIP Puan Maharani dan Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), pekan lalu.
"Yang penting kita komunikasi secara intens dan setelah ini, kita lanjutkan apa yang sudah dilakukan antara Mbak Puan Maharani dan Mas AHY," jelas Hasto.
Apa tanggapan Demokrat? Wasekjen Demokrat Jansen Sitindaon tidak masalah partainya tidak diundang ke GBK. Jansen sepakat dengan pernyataan Hasto yang menyinggung soal etika politik.
Jansen menegaskan, hingga kini Demokrat berada di poros koalisi lain bersama NasDem-PKS. Sedangkan acara di GBK itu, merupakan konsolidasi PDIP menyambut Pemilu 2024.
Kita tahu, Mas Ganjar selaku bakal capres PDIP hadir. Jadi sudah tepatlah kami tidak diundang dan hadir di acara ini kan," jawab Jansen.
Senada dengan Hasto, Jansen bilang, komunikasi antara Puan-AHY akan terus berlanjut. Sebab, konsolidasi pencapresan dengan komunikasi politik antar-partai merupakan dua hal yang berbeda.
"Politik kan tidak melulu bicara yang sifatnya praktis saja. Ada juga di dalamnya soal kebangsaan, negara, dan banyak hal lainnya. Jadi biarlah komunikasi yang sekarang ini sudah terbuka antara Mbak Puan dan Mas AHY terus mengalir," tambahnya.
Politisi asal Sumatera Utara itu lantas mengucapkan selamat merayakan Bulan Bung Karno kepada seluruh kader Banteng. "Sukses dan lancar seluruh penyelenggaraan acaranya. Salam Pancasila untuk teman-teman semua," papar dia.
Seperti diketahui, hubungan PDIP dengan Demokrat yang selama belasan tahun renggang, belakangan mulai akrab. Kedekatan itu ditandai dengan pertemuan Ketua DPP PDIP Puan Maharani dengan AHY di di Restoran Hutan Kota by Plataran di kawasan GBK Jakarta, Minggu (28/6) pagi.
Pasca pertemuan itu, harapan agar PDIP-Demokrat rujuk disuarakan banyak kalangan. Bahkan, pasca pertemuan itu, SBY lewat akun Twitter, @SBYudhoyono, berkicau tentang mimpinya naik kereta bareng Presiden Jokowi dan Mega.
"Saya bermimpi, di suatu hari Pak Jokowi datang ke rumah saya di Cikeas untuk kemudian bersama-sama menjemput Ibu Megawati di kediamannya," tulis SBY beberapa waktu lalu.
Cuitan soal mimpi SBY itu, langsung viral. Berbagai pihak menafsirkan kalau cuitan SBY itu sebagai harapan untuk terjadinya rekonsiliasi PDIP dengan Demokrat. Apalagi, cuitan SBY itu dibuat pasca Puan-AHY bertemu.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengaku, pesimis kalau PDIP-Demokrat bakal rujuk dan membentuk Koalisi yang baru. Apalagi, dalam pembentukan koalisi itu, ada pra syarat yang diajukan.
"Misalnya kalau Demokrat ngotot AHY cawapres maka berat itu peluang (rujuk)," sebut Toto, sapaan akrab Yunarto Wijaya saat ditemui di GBK, kemarin.
Berbeda jika rujuk dalam konteks membangun komunikasi kembali untuk menjawab stigma, Demokrat dan PDIP adalah musuh abadi. "Ini sangat mungkin terjadi apabila peran itu diambil oleh generasi kedua dari Mega dan SBY, yaitu Puan dengan AHY. Walaupun itu juga harus melalui simbolisasi pertemuan Mega dan SBY," pungkas Toto.
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 5 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Olahraga | 9 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu