Temuan Kasus HIV/AIDS di Banten Capai 157.000
SERANG–Temuan kasus terinfeksi HIV/AIDS di Provinsi Banten, periode semester pertama tahun 2023 mencapai 157.000 dari target sebanyak 162.000 temuan kasus sepanjang tahun ini. Banyaknya jumlah temuan kasus itu, menunjukkan keberhasilan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten dalam mendeteksi terinfeksi HIV/AIDS.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti mengatakan, temuan 157 ribu terinfeksi HIV/AIDS di Provinsi Banten itu menunjukkan keberhasilan. Sebab dengan cara itu, maka penderita akan bisa dengan cepat ditangani dan diobati agar penyakitnya tidak menular kepada orang lain.
“Jadi sudah 99 persen penemuan terinfeksi HIV/AIDS di Banten,” kata Ati, Minggu (2/7/2023).
Meski Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten telah menemukan 99 persen kasus, dari estimasi jumlah kasus yang ada di Provinsi Banten. Namun menurut Ati, screening untuk menemukan penderita HIV/AIDS masih harus terus dilakukan.
Sebab dia percaya, kasus HIV/AIDS ini seperti fenomena gunung es yang terlihat sedikit di permukaan, padahal di bawahnya sangatlah banyak. “Tapi masih terus mencari, karena ini seperti fenomena gunung es,” tandasnya.
Yang mengkhawatirkan dari kasus HIV/AIDS ini menurut Ati, adalah adanya penularan dari suami ke istri. Sehingga, ketika mereka hamil sangat rentan penyakit itu bisa menular ke bayi, ketika mereka melahirkan maupun saat menyusui.
Fenomena semacam ini menurutnya, terjadi karena para suami sering “jajan” di luar tanpa sepengetahuan istrinya. “Sehingga, ketika suami pulang ke rumah dan menggauli istrinya, dia menularkan penyakit yang dia dapatkan dari aktivitas seksual beresiko, dengan “jajan” di luar tersebut,” ujarnya.
Ati menyebutkan, adanya fenomena banyaknya suami yang “jajan” di luar, disebabkan karena perubahan gaya hidup saat ini. Dari yang sebelumnya masyarakat tradisional, yang menjunjung tinggi norma dan nilai agama, ke masyarakat metropolis yang sudah tidak lagi mengindahkan norma etika dan agama.
Sehingga, masyarakat dengan bebas melakukan apa pun yang dia mau, tanpa mempertimbangkan norma etika dan nilai yang diajarkan oleh agama.
“Pola hidup dan gaya hidup, sekarang yang sudah berbeda. Tidak mengenal batas norma dan agama,” ujarnya.
Karena itu, untuk mengatasi HIV/AIDS ini menurut cara yang harus dilakukan adalah, dengan segera menemukan para penderita HIV/AIDS. Karena dengan cara itu, maka bisa memperkecil penularan HIV/AIDS kepada orang lain.
“Cepat ditemukan, cepat diputuskan mata rantai penularannya. Supaya cepat diobati, dan disembuhkan. Sehingga, memperkecil risiko kecacatan dan kematian,” ujarnya lagi.
Upaya mendeteksi penyakit HIV/AIDS kepada ibu rumah tangga, tambahnya lagi, dilakukan ketika para ibu memeriksakan kandungan. Pada saat itu, selain diperiksa penyakit hepatitis, ibu hamil juga diperiksa penyakit HIV/AIDS dan sipilis atau raja singa.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, penularan HIV/AIDS banyak dilakukan oleh ibu rumah tangga. Penularan oleh ibu rumah tangga di Indonesia, mencapai 35 persen. (BNN)
TangselCity | 12 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 16 jam yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu