TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Nggak Ada Partai Yang Dominan, Pemilu 2024 Bakal Seru Dan Semarak

Laporan: AY
Sabtu, 22 Juli 2023 | 10:56 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Pemilu 2024 bakal berjalan seru dan dinamis. Tidak ada partai yang dominan. Mayoritas calon pemilih juga akan mudah memindahkan pilihan terhadap parpol yang akan dicoblosnya.

Hal ini membuat pesta de­mokrasi mendatang menjadi dinamis. Partai lama, nonparlemen, hingga partai baru sama-sama memiliki peluang untuk menang.

“Berasarkan tren party-ID (identifikasi partai), pemilih itu mudah ke lain hati. Secara teori, swing voters sangat banyak. Partai baru bisa bersaing,” ujar Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan di Webinar Nasional Moya Institute, yang digelar secara daring, kemarin.

Di acara bertajuk “Tantangan dan Peluang Parpol Baru dan Non-Parlementer pada Pemilu 2024” itu Djayadi mengung­kapkan, partai baru bisa bersaing juga karena tingginya angka pengguna internet. Pemilih mile­nial, dengan rentang usia 17-40 tahun kuantitasnya mencapai lebih dari 52 persen.

Menurutnya, ada enam cara untuk parpol meraih kemenangandi Pemilu. Pertama, memiliki tokoh nasional partai yang dapat memayungi semua dapil se­cara nasional. Misalnya, di PDI Perjuangan (PDIP) ada sosok Megawati Soekarnoputri, dan di Partai Demokrat ada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Kedua, brand atau citra partai. “Misalnya Perindo, itu lagunya (mars) sering diputar dan dihapal anak-anak. Ini upaya meningkat­kan pengenalan terhadap partai,” ucapnya.

Ketiga, mesin partai. Apakah pengurus dan kader partai ini bergerak secara terstruktur, sistematis, dan massif (TSM) atau tidak. Di sini, diperlukan koordi­nasi antar calon legislatif (caleg). Misalnya, untuk memenangkan satu kursi diperlukan dua sam­pai tiga caleg bergerak secara koordinatif.

Keempat, wajib memiliki peta persaingan antar partai. Kelima, memiliki kandidat di tingkat dapil dan lokal. “Pileg itu kompetisi lokal, ditentukan oleh dapil. Terakhir, partai harus memiliki kemampuan memahami dan mendalami karakteristik pemilih,” pungkasnya.

Senada disampaikan pemerha­ti isu strategis dan global, Prof. Imron Cotan. Dalam analisanya, saat ini terjadi penguatan peran tokoh lokal di kancah nasional. Contohnya, keberadaan man­tan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi sebagai Ketua Harian Partai Persatuan Indonesia (Perindo). TGB, juga masuk bursa Cawapres Ganjar Pranowo.

TGB menjadi tokoh nasional dari lokal bukan by design tetapi karena kualitas pribadi beliau,” ujar Imron.

Mantan Duta Besar (Dubes) Australia dan China untuk Indonesia ini menyimpulkan, Pileg 2024 merupakan pertarungan di tingkat daerah atau lokal. Dia berharap, dari kontestasi itu muncul tokoh lokal seperti TGB.

Jadi, tokoh nasional yang tercipta nanti, tidak hanya berasal dari Pulau Jawa saja. “Ini tahapan menuju itu. Diskusi kita sangat memberikan inspi­rasi. Regenerasi politisi kita itu penting,”tutupnya.

Sedangkan Ketua Harian Partai Perindo, TGB Muhammad Zainul Majdi optimis, partainyakali ini bisa menempatkan wakilnya di Senayan dengan menembus ambang batas parlemen sebesar empat persen. “Perindo di 1,5 tahun terakhir ini elektabilitas terus meningkat. Saya optimis parpol baru tetap punya masa depan di perpolitikan kita,” ujar TGB.

TGB mengamini, Pemilu 2024 yang digelar serentak antara Pileg dan Pilpres berdampak kepada partai nonparlemen dan partai baru yang dirasa sulit menem­patkan wakilnya di ajang Pilpres karena aturan main Presidential Threshold sebesar 20 persen.

Karenanya, strategi Perindo, mengambil langkah dengan memberikan dukungan kepada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang merupakan kader PDI Perjuangan (PDIP) sebagai Capres 2024. “Keputusan ini melalui banyak pertimbangan, termasuk rekam jejak,” katanya.

Sementara Sekretaris Jenderal Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Mahfuz Sidik juga optimis partainya bisa masuk ke Senayan. Baginya, Gelora adalah mobil baru dengansupir lama. Kebanyakan elit­nya adalah eks politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). “Jadi kita sudah tahu ‘jalan tikusnya’,” kelakar Mahfuz.

Politisi jebolan Universitas Indonesia (UI) ini mengamini partai anyar memiliki tantangan lebih besar di kontestasi Pemilu perdananya. Terlebih karena Pileg dan Pilpres digelar seren­tak pada 14 Februari 2024. Pileg, kalah panggung dengan Pilpres.

“Bagi partai baru, sosialisasi partai lebih besar kepentingan­nya dari pada kebutuhan sosialisasi Capres. Jangan sampai, sukses mendukung Capres tapi partainya gagal. Ibaratnya, kita dorong mobil mogok, begi­tu mobilnya jalan, ditinggal,” ujarnya.  

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo