Puncak Kemarau Diramal Agustus-September
Waspada, Hawa Panas Ancam Serangan Stroke
JAKARTA - Warga Ibu Kota dan sekitarnya harus mewaspadai ancaman gangguan kesehatan di puncak musim kemarau yang diramal terjadi pada Agustus-September. Sebab, suhu panas berlebihan berpotensi menyebabkan banyak penyakit. Salah satunya, serangan heat stroke.
Prediksi puncak El Nino tersebut disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Selain ancaman kesehatan, puncak kemarau berpotensi mengurangi ketersediaan air dan menghambat produktivitas pangan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengingatkan warga agar bersiap hadapi puncak El Nino.
“Saya mengajak warga Jakarta menghemat penggunaan air sesuai kebutuhan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Provinsi DKI Jakarta Isnawa Adji, Sabtu (22/7).
Isnawa meminta, warga Jakarta untuk mengurangi intensitas aktivitas luar ruangan, terutama saat rentang waktu sekitar pukul 11.00 WIB hingga 15.00 WIB. Selain itu, Isnawa mengimbau warga agar banyak minum air untuk menjaga kesehatan.
Menurut Isnawa, selama terjadi fenomena El Nino ada beberapa penyakit yang perlu diwaspadai. Di antaranya mual, muntah, pusing, diare, batuk, pilek dan Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA).
Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Ngabila Salama mengamini peralihan cuaca ekstrem (pancaroba) akibat fenomena El Nino dapat mengancam kesehatan. “Tubuh akan lebih mudah capek, stress dan dampak lainnya,” ungkapnya.
Dia mengingatkan, kemarau yang berkepanjangan juga dapat menyebabkan heat stroke, yakni cedera panas yang dapat menyebabkan kematian.
Dia mengimbau warga untuk mengantisipasi kejadian tersebut.
Hindari aktivitas outdoor atau di bawah sinar matahari langsung pukul 10.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB,” imbaunya.
Jika terpaksa beraktivitas di luar ruangan, lanjut Ngabila, upayakan memakai topi yang agak lebar atau payung. Lalu, usahakan pakai pakaian yang cerah agar memantulkan cahaya. Pakaian itu juga harus ringan dan nyaman.
“Jangan lupa pakai SPF (Sun Protection Factor) atau sunscreen dan bawa air putih yang cukup,” imbau Ngabila.
Ngabila menekankan, minum air putih penting untuk menghindari dehidrasi. Dianjurkannya, minum air putih sedikitnya 3 liter per hari.
“Jangan sering minum minuman seperti kopi dan teh justru akan membuat sering buang air kecil yang dapat menimbulkan dehidrasi,” terangnya.
Selain itu, Ngabila mengimbau warga untuk menggunakan masker saat di luar ruangan. Karena, memakai masker dapat menjaga kelembaban saluran pernafasan agar tidak kering atau mudah teriritasi yang akan menyebabkan gejala batuk dan tenggorokan kering.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan, dampak fenomena El Nino tidak terjadi seragam di seluruh Indonesia. Kondisi ini disebabkan wilayah Indonesia dipengaruhi oleh dua samudera dan memiliki topografi yang bergunung-gunung di sepanjang khatulistiwa.
“Kami mengimbau masyarakat untuk terus menjaga lingkungan, mengatur tata kelola air dengan bijak dan beradaptasi dengan pola tanah,” kata Dwikorita saat rapat terbatas membahas tentang antisipasi dampak fenomena El Nino yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada Selasa (18/7).
Selain itu, dia meminta, masyarakat untuk terus memantau perkembangan informasi cuaca dan iklim yang dapat diakses melalui BMKG.
Dia juga mengimbau, masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan fenomena El Nino.
“Dengan kesadaran dan kerja sama yang baik, diharapkan dampak dari fenomena El Nino dapat diminimalisir sehingga stabilitas pangan dan ketersediaan air tetap terjaga dengan baik,” tandasnya.
Artikel ini tayang di Rakyat Merdeka Cetak edisi Senin 24/7/2023 dengan judul Puncak Kemarau Diramal Agustus-September, Waspada, Hawa Panas Ancam Serangan Stroke
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 jam yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu