Klaim PPUAD, Tak Ramah Disabilitas
Kualitas Pemilu 2024 Mundur
JAKARTA - Pemilu 2024 kali ini mengalami kemunduran bagi kelompok disabilitas. Sebab, dalam segala langkahnya, lembaga penyelenggara pemilu kurang mengapresiasi kelompok marjinal ini.
Sekretaris Advokasi Pusat Pemilihan Umum Akses Disabilitas (PPUAD), Mahretta Maha mengatakan, Pemilu 2024 mengalami kemunduran bagi kelompok disabilitas. Sebab, dalam segala langkahnya, lembaga penyelenggara pemilu kurang mengapresiasi kelompok marjinal ini.
“Betul hawa panas (pemilu 2019), tapi pendekatan teman-teman KPU Bawaslu ke disabilitas lebih diapresiasi. Sekarang merasa left behind,” ujar Mahretta, kemarin.
Mahretta tahu penyelenggara pemilu sudah melakukan beberapa kegiatan dan sosial yang melibatkan kaum disabilitas. Namun hal itu, katanya, tidak berjalan maksimal. Kata dia, kegiatan dan sosialisasi itu tak menghasilkan apa-apa. Hanya berakhir dengan kelompok disabilitas yang tak mengerti ihwal kepemiluan.
“Ketika kami tanya teman disabilitas mereka nggak paham. Nggak tahu mau pemilu. Untuk jadwal pilkada saja mereka nggak tahu,” ungkapnya.
Mahretta meminta supaya adanya pelibatan organisasi penyandang disabilitas dalam setiap penyelenggaraan sosialisasi pemilu. Kata dia, masing-masing penyandang disabilitas memiliki ragam dan hambatan tersendiri. Karena itu, sangat tidak tepat bila penyelenggara pemilu tak melibatkan organisasi disabilitas, dalam melakukan sosialisasi.
Tidak ada juru bahasa isyarat hanya gambar, sama aja bohong. Sebaiknya materi sosialisasi itu diberikan dalam bentuk sesuai,, video, audio, atau TTS (teks to speech), sehingga teman-teman tunanetra bisa baca,” tegasnya. Selain itu, kata Mahretta, penyelenggara pemilu diminta memuat informasi dan materi yang berkaitan dengan pemilih penyandang disabilitas dalam setiap sosialisasi pemilu. Dia mendorong KPU untuk membentuk relawan yang inklusif di seluruh wilayah di Indonesia.
Relawan tersebut, kata dia, merupakan perwakilan dari kelompok rentan seperti kelompok perempuan, penyandang disabilitas, pemilih pemula dan kelompok marginal lainnya. Relawan demokrasi ini akan mensosialisasikan pemilu dan demokrasi kepada kelompok masyarakat yang diwakilinya.
“Agar mereka dapat memahami arti demokrasi dan pentingnya mengikuti pemilu,” ujarnya.
Sebelumnya, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) telah melakukan deklarasi pemilu ramah disabilitas. Anggota Bawaslu, Lolly Suhenty menjelaskan, ada empat tujuan dari lahirnya deklarasi itu.
Pertama, berkolaborasi untuk pencegahan, pengawasan, dan menindaklanjuti segala pelanggaran yang terjadi pada hak-hak politik disabilitas pada Pemilu Serentak Tahun 2024 secara inklusif.
“Kemudian berkomitmen mendukung pemilu yang aman, tertib, damai, berintegritas, tanpa hoaks, ujaran kebencian, politisasi SARA, dan politik uang,” ujar Lolly.
Ketiga, meningkatkan kesadaran dan pemahaman yang benar dan sama tentang kesetaraan penyandang disabilitas dan ragamnya di sektor kepemiluan
Terakhir, meningkatkan pengawasan partisipatif hak-hak politik penyandang disabilitas dalam Pemilu 2024 secara inklusif.
Lolly menambahkan, pemilu ramah akses disabilitas adalah konsep yang menekankan pentingnya untuk menyediakan aksesibilitas yang memadai bagi individu dengan disabilitas dalam proses pemilihan umum. “Tujuan utamanya, untuk memastikan bahwa semua warga negara, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik atau mental, dapat berpartisipasi sepenuhnya dalam pemilihan politik.
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Olahraga | 9 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 6 jam yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu