Cerita Soal Kelaparan Papua Risma Mewek
JAKARTA - Menteri Sosial Tri Rismaharini yang sudah lama jarang mewek di depan publik, kembali nangis lagi. Peristiwa itu terjadi saat Risma menceritakan soal kasus kelaparan yang terjadi di Papua.
Kemarin, Kementerian Sosial yang dipimpin Risma menggelar konferensi pers untuk menjelaskan update bantuan bagi korban bencana kekeringan dan cuaca dingin ekstrem di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah. Ada dua narasumber yang memberikan keterangan dalam konferensi pers tersebut. Yakni, Risma dan Pelaksana Tugas Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam, Kemensos Adrianus Alla.
Adrianus mendapat kesempatan pertama menceritakan soal pengalamannya saat turun langsung menyalurkan bantuan dari Kemensos ke warga di Bumi Cendrawasih itu. Dia menyampaikan, ada beberapa kendala yang ditemui tim Kemensos. Salah satunya adalah lokasi pemukiman warga yang ada di daerah perbukitan. Ditambah lagi cuaca yang tidak menentu dan membuat pesawat tidak bisa terjun langsung ke lokasi.
Dengan pertimbangan keselamatan, akhirnya bantuan hanya bisa dikirim ke Lapangan Terbang Sinak. Hal itu membuat masyarakat dari Distrik Agandugume, harus datang sendiri ke lokasi untuk mengambilnya. Walaupun mereka harus berjalan kaki selama dua hari satu malam ke Sinak, sebab rutenya tidak bisa dilewati kendaraan.
Setelah Adrianus, Risma lantas menambahkan pernyataan dan menyambung jawaban berdasarkan pengalamannya saat ikut memberikan bantuan di Papua Tengah. Ia menceritakan betapa baik dan sopannya masyarakat Papua yang ditemui. Anak-anak tersebut tidak akan meminta jika tidak diberi, maupun merebut makanan anak lain, meski mereka kelaparan.
“(Aku tanya), ‘Eh kamu sudah dapat belum?’. (Dia jawab) ‘Belum mama’. Kalau nggak dikasih dia nggak minta. Jadi orang Papua itu baik-baik,” ungkap Risma.
Tiba-tiba, suara Risma terhenti. Risma nampak langsung menunduk dan meneteskan air mata. Wajah dan hidungnya pun terlihat memerah. Risma yang mengenakan kerudung hitam dan kemeja putih itu, menangis untuk beberapa saat. Ruangan pun seketika hening, hingga akhirnya Risma mengambil beberapa lembar tisu untuk menyeka air matanya.
Setelah bisa mengendalikan emosinya, Risma mulai melanjutkan pembicaraannya dan memastikan stok pangan untuk warga terdampak kelaparan cukup untuk dua minggu.
Risma menuturkan, bantuan untuk warga terdampak dikirim secara bertahap sejak Minggu (23/7) sampai Senin (31/7). “Jadi (pengiriman) bantuan dilanjut hari Kamis (24/7), Jumat, Sabtu, sehingga kita bisa selesaikan hari Senin (31/7/2023). Hari minggu tidak terbang, tidak ada aktivitas karena itu hari ibadah,” jelas Risma.
Sebagai informasi, bantuan yang diberikan sebanyak 25,15 ton, meliputi bantuan dari Kemensos, bantuan dari TNI, dan bantuan dari PT Freeport. Jenis bantuan dari Kemensos meliputi makanan siap saji 4.000 paket, makanan anak 4.000 paket, lauk pauk siap saji 2.000 paket, dan tenda gulung 500 lembar.
Lalu, sarden 25 dus, kornet 32 dus, abon sapi 15 dus, biskuit 18 dus, pakaian anak (TK, SD dan SMP) 3.000 stel, pakaian dewasa 4.000 stel, celana dewasa 4.000 lembar, dan selimut 4.000 lembar. Adapun bantuan dari Panglima TNI berupa beras 50 karung masing-masing 40 kg, sembako 600 paket, dan mie instan 200 dus. Bantuan dari PT Freeport meliputi sarden 100 dus, dan biskuit 100 dus.
Meskipun sudah banyak bantuan dikirim ke Papua, Risma menyebut stok itu tidak cukup bila ternyata bencana berlangsung lebih lama. Untuk itu, Risma berencana membangun lumbung pangan di Papua Tengah. Lumbung pangan ini untuk memudahkan warga setempat menjangkau bantuan bila terjadi bencana.
Nantinya, lanjut Risma, lumbung-lumbung sosial itu akan diisi umbi-umbian hingga membuat peternakan babi yang dibantu oleh masyarakat sekitar. “Kita tidak ingin ada yang meninggal lagi,” jelas eks Wali Kota Surabaya ini.
Di tempat terpisah, Menko Polhukam Mahfud MD memastikan Pemerintah telah menyiapkan bantuan tambahan bagi korban kelaparan di Papua Tengah. Mahfud mengatakan, Kemensos, TNI-Polri, hingga BNPB tengah menyiapkan seluruh bantuan yang diperlukan.
Namun, dia menjelaskan, ada kendala dalam distribusi bantuan. Utamanya masalah transportasi dan cuaca. Sebab, tidak mungkin pesawat dari Jakarta terbang langsung ke lokasi yang hanya bisa dilalui pesawat kecil.
“Cuacanya itu kadang kala berubah secara mendadak, sementara pesawat yang bisa masuk ke sana pesawat kecil, karena landasannya hanya 600 meter,” kata Mahfud, lewat kanal YouTube Kemenko Polhukam, kemarin.
Terkait keamanan, Mahfud menjamin distribusi bantuan tidak akan terganggu oleh ancaman dari teroris Papua. Menurutnya, TNI-Polri dan Pemda Papua sudah menjalin kesepakatan dengan tokoh-tokoh warga setempat, agar semua bantuan bisa sampai dengan aman.
“Jadi gangguan dari pengacau keamanan itu tidak ada,” jelas Mahfud.
Di dunia maya, tangisan Risma soal kelaparan yang terjadi di Papua, rame dikometari warganet. “Bukan tangisan yang dibutuhkan di Papua, tapi perhatian yang tinggi dari Mensos,” sindir @Denay77601297. “Ya gimana nggak kelaparan, dananya dikorupsi. Dari Lukas Enembe yang merasa raja di Papua korupsi sampai ratusan miliar, ditambah lagi Bupati (Mamberamo Tengah),” balas @Amal81gmailcom1.
Akun @TonnySiahaan menilai wajar Risma sampai menceritakan kondisi Papua yang kelaparan. “Kita memang harus ikut sedih dan menangis atas kondisi saudara-saudara di papua sana.. Betapa berat kehidupan mereka sehari-hari,” cuitnya. “Orang bilang Tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Terus yang salah siapa ?” timpal @1503Supardi.
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu