Desa Kadubadak, Pandeglang Dilanda Kekeringan

PANDEGLANG - Sebanyak 80 Kepala Keluarga (KK) dari dua Kampung, yakni Kampung Cijolang dan Kampung Lemahsari, Desa Kadubadak, Kecamatan Angsana, Kabupaten Pandeglang, tengah dilanda bencana kekeringan yang berdampak sulitnya mendapatkan air bersih. Krisis air bersih yang terjadi itu, karena sumber mata air dari sumur bor maupun air permukaan mengering karena kemarau atau tidak ada hujan selama satu bulan.
Salah seorang warga Kecamatan Angsana, Wahyudin mengungkapkan, dalam beberapa hari terakhir air sumur di rumahnya mulai berkurang. Kondisi itu keluhnya, membuat aktivitas harian jadi sedikit terganggu. “Air sumur sekarang keluarnya sedikit, biasanya penuh terus. Ini mungkin karena udah lama nggak hujan,” kata Wahyudin saat dihubungi wartawan, Senin (28/7/2025).
Dia menjelaskan, biasanya air sumur di rumahnya bisa digunakan untuk mandi, mencuci, dan kebutuhan masak. Namun kini, ia harus lebih menghemat air karena khawatir sumur mengering total. “Sekarang mandinya harus gantian, nyucinya juga kadang numpang ke tetangga yang airnya masih lumayan,” tandasnya.
Terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBDPK) Pandeglang, Riza Ahmad Kurniawan mengatakan, pihaknya telah mengidentifikasi sejumlah wilayah yang berpotensi terdampak kekeringan. Saat ini, pihaknya tengah memproses penetapan status siaga kekeringan.
“Kami dari BPBD sudah mulai mengantisipasi. Apalagi sudah ada satu desa yang mengalami kekeringan. Antisipasinya sedang kami proses, termasuk kemungkinan penetapan status siaga kekeringan,” katanya.
Riza menjelaskan, berdasarkan peta risiko bencana kekeringan, hampir separuh dari total 35 kecamatan di Pandeglang masuk dalam zona rawan. Bahkan pada tahun 2024 lalu, tercatat 20 kecamatan terdampak kekeringan. “Kalau lihat dari data, ada sekitar 20 kecamatan yang masuk zona rawan kekeringan, itu sudah terjadi juga tahun lalu,” ungkapnya.
Adapun 20 kecamatan yang masuk daftar rawan kekeringan berdasarkan peta risiko BPBDPK yakni, Kecamatan Picung, Sindangresmi, Panimbang, Sobang, Patia, Sukaresmi, Cibaliung, Sumur, Cibitung, Cigeulis, Angsana, Cimanggu, Cikeusik, Menes, Munjul, Kaduhejo, Cadasari, Banjar, Mekarjaya, Cisata, dan Kecamatan Labuan.
Meski belum menetapkan status darurat, BPBDPK terus berkoordinasi dengan BMKG dan instansi terkait untuk mengkaji situasi terkini di lapangan. “Penentuan status tidak bisa sepihak, harus melalui kajian bersama, termasuk dengan BMKG. Saat ini prosesnya sedang berjalan,” katanya.
Lebih lanjut, untuk mengantisipasi kekeringan itu pihaknya sudah mempersiapkan sarana dan prasarana untuk memberikan layanan air bersih ke wilayah terdampak apabila kekeringan terjadi. “Kita sudah ada tiga mobil tangki yang standby, jumlah air yang dikirim nanti menyesuaikan dengan kebutuhan di lapangan dan berdasarkan surat permohonan dari wilayah terdampak,” katanya.
Riza menuturkan, pengiriman air akan dilakukan setelah tim BPBDPK melakukan asesmen kondisi di lapangan untuk memastikan titik dan volume distribusi yang dibutuhkan. “Semua kecamatan di Pandeglang potensinya besar. Sesuai peta risiko yang kami miliki,” tandasnya.(*)
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 10 jam yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 5 jam yang lalu