Produksi Gabah Dalam Negeri Merosot
Bulog Kebut Impor Beras

JAKARTA - Langkah Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) mempercepat realisasi impor beras sudah tepat. Sebab, produksi gabah di dalam negeri telah menunjukkan penurunan akibat terdampak kemarau panjang.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hasran mengatakan, bila berkaca dari pengalaman tahun 2022, impor untuk konsumsi dan stabilisasi harga beras memang biasanya dilakukan di akhir tahun. Tepatnya, kata dia, saat musim panen telah usai dan saat cadangan beras Pemerintah di gudang Bulog sudah menipis.
Tapi untuk tahun ini, papar Hasran, El-nino (kemarau panjang) sudah diprediksi bakal mengurangi hasil panen Indonesia. Cadangan Beras Pemerintah (CBP) tidak akan cukup hingga akhir tahun.
“Dalam situasi seperti ini, wajar saja, bahkan malah sudah seharusnya impor dilakukan lebih cepat. Tidak perlu menunggu hingga akhir tahun,” ucap Hasran kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Grup), kemarin.
Karena itu, ia menyambut baik rencana Bulog yang akan melakukan percepatan impor beras tersebut.
Dia menjelaskan, beras impor di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu untuk keperluan bahan baku industri dan untuk keperluan konsumsi.
Sejauh ini yang masih diperbolehkan impor adalah untuk keperluan industri. Sedangkan untuk keperluan konsumsi, hanya bisa dilakukan oleh Bulog.
“Dan itu pun perlu mendapatkan persetujuan dari rapat koordinasi lintas kementerian,” katanya.
Di kesempatan berbeda, Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto menjelaskan, dengan mulai turunnya produksi gabah atau beras dalam negeri pada semester II dibandingkan semester I, maka potensi penyerapan dalam negeri di semester II akan lebih rendah dari enam bulan pertama tahun ini.
Untuk itu, upaya pemenuhan kebutuhan stok CBP memang harus segera dipenuhi dari sumber lain yaitu importasi beras sesuai yang sudah diputuskan Pemerintah.
Mokhamad bilang, sesuai penugasan yang diberikan oleh Pemerintah, Bulog harus melakukan penyerapan gabah atau beras dalam negeri secara maksimal.
“Dan percepatan realisasi importasi beras,” kata Mokhamad melalui siaran pers, Jumat (11/8).
Ia menegaskan, pihaknya telah melakukan upaya mitigasi dengan menyerap gabah atau beras hasil petani dalam negeri sebanyak-banyaknya.
Realisasi penyerapan sampai 10 Agustus 2023 sudah mencapai 780 ribu ton.
Di samping itu, pihaknya melakukan percepatan realisasi impor, sesuai penugasan yang diberikan Pemerintah.
Selain memaksimalkan penyerapan produksi dalam negeri, pihaknya juga berkoordinasi secara intens dengan negara pengimpor untuk percepatan kedatangan beras impor ini ke Indonesia.
“Saat ini sudah terealisasi sebanyak 1,6 juta ton,” tuturnya.
Ia menambahkan, pihaknya terus memaksimalkan seluruh instrumen sebagai langkah antisipasi menghadapi El Nino. Serta untuk menjamin ketersediaan dan keterjangkauan pangan dengan melibatkan kelompok tani, penggilingan tradisional dan para stakeholder lainnya.
Pihaknya juga terus berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah (Pemda) guna menjaga pemerataan ketersediaan stok.
“Menyikapi dampak El Nino ini, masyarakat jangan khawatir. Stok beras yang dikuasai Bulog saat ini mencapai 1,33 juta ton,” katanya.
Di samping itu, proses penyerapan produksi dalam negeri juga masih terus dilakukan dan masih ada sisa kontrak. Sisa kuota impor beras akan terus diupayakan bisa didatangkan lebih cepat ke Indonesia.
“Bulog terus menjamin kebutuhan pangan, khususnya beras akan terus tersedia, terutama dalam kondisi rawan seperti saat ini,” sambungnya.
Ia meyakini, kebijakan Pemerintah untuk mengimpor beras melalui Perum Bulog akan semakin memperkuat stok cadangan beras Pemerintah.
“Hal ini dipastikan, memberikan dampak untuk menjaga stabilisasi harga beras dan menyikapi dampak El Nino,” pungkasnya.
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Olahraga | 17 jam yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Olahraga | 16 jam yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu