Mega Ngaku Masih Mesra Sama Jokowi
JAKARTA - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri membantah hubungannya dengan Presiden Jokowi sedang tidak baik-baik saja. Mega ngaku, sampai saat ini dirinya masih mesra dengan Jokowi.
Hal itu disampaikan Mega dalam acara 'Sosialisasi Buku Teks Utama Pendidikan Pancasila Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Pada Satuan Pendidikan Pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka', di The Tribrata Darmawangsa, Jakarta Selatan, kemarin.
Ketua Dewan Pengarah Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) itu menegaskan, isu yang menyebut hubungannya dengan Jokowi mulai tidak serasi hanya produk politik. Tujuannya, tak lain untuk memecah belah dirinya dengan Jokowi.
“Sekarang lagi rame-rame gitu, woah kayaknya antara Pak Jokowi dengan Bu Mega sudah tidak apa dibilangnya itu, tidak serasi lagi. Pinter aja orang yang ngomong,” ujar Mega.
Putri proklamator Soekarno ini menekankan, dirinya sudah memberi tahu Jokowi soal gosip yang terkait keretakan hubungan mereka berdua. Hal itu disampaikan di Istana Kepresidenan, saat keduanya bertemu dalam perayaan Hari Ulang Tahun Indonesia pada 17 Agustus 2023.
Ia menyebutkan, dalam kesempatan itu, tidak ada kecanggungan antara keduanya. Sebab, Mega menekankan bahwa dirinya adalah sosok senior dan mentor bagi Jokowi sehingga obrolan keduanya berlangsung akrab.
“Aku bilang ke Pak Jokowi, 'Eh Pak, Bapak tuh dibilang udah nggak ini loh, nggak belain saya, iyalah Bapak udah ke sono sini loh', gitu aja saya kalau manggil dia, saya lebih tua loh. Saya panggil situ adik karena saya senior, saya mentor, gitu," tuturnya.
Kemudian Mega juga menyampaikan, di dalam aturan PDIP menyatakan Jokowi sebagai petugas partai. Namun, dirinya sempat di-bully ketika menyebut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, sebagai petugas partai.
Padahal, lanjut Mega, dirinya sama dengan Jokowi karena merupakan petugas partai. Sehingga panggilan petugas partai itu, kata Mega, hanya ditujukan ke kader PDIP, bukan ke anggota partai lain.
“Kok saya ngomong Pak Presiden Jokowi itu petugas partai, itu waduh (disebut) pembulian. Lah orang aturannya partai saya,” pungkas Mega.
Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira menjelaskan, isu soal keretakan hubungan antara Jokowi dengan Mega hanyalah kabar miring yang berusaha menciptakan konflik di internal partai. Sebab, menurutnya, sebagai kader PDIP, Presiden Jokowi tentu punya langkah politik yang searah dengan kebijakan partai untuk mendukung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024.
“(Semua) Sudah dijawab langsung oleh Ibu Megawati,” singkatnya, saat dikonfirmasi, semalam.
Hal senada juga disampaikan Ketua DPP PDIP Eriko Sotarduga. Dia menegaskan, hubungan kedua tokoh itu masih sama, tetap baik layaknya keluarga. Komunikasi keduanya masih berjalan.
"Kalau terkadang ada perbedaan pandangan, itu wajar sebagai manusia. Tapi keduanya tetap rukun dan saling support," ungkap Eriko.
Seperti diketahui, belakangan ini muncul kabar bahwa Jokowi dan Mega sedang tidak harmonis. Jokowi terlalu dekat dengan Prabowo dan tidak mendukung Ganjar yang telah diusung PDIP.
Tidak harmonisnya hubungan keduanya makin kencang usai Partai Golkar dan PAN deklarasi mendukung Prabowo Subianto. Jokowi dituding jadi dalang Golkar dan PAN berkoalisi dengan Gerindra, bukan dengan PDIP.
Namun, isu tersebut terbantah langsung saat Jokowi mengundang Mega ke Istana Negara, Selasa (15/8). Mega diajak Jokowi untuk menghadiri pengukuhan 76 pelajar menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Tahun 2023.
Dalam kesempatan itu, Mega yang ikut hadir diperkenalkan Jokowi dengan beberapa anggota Paskibraka. Keduanya pun terlihat akrab dan kerap memamerkan senyum saat berbincang.
Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin menilai, hubungan antara Mega dan Jokowi mungkin baik-baik saja dari segi personal. “Tapi bisa jadi ada perbedaan pandangan dari segi kepentingan politik,” ulas Ujang, kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Grup), semalam.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini menjelaskan, kedudukan Jokowi di dalam PDIP hanya sebatas petugas partai yang tidak punya ‘kunci’ untuk menentukan arah politik. Hal ini, membuat Jokowi mendekati partai lain, seperti Golkar dan Gerindra. Agar yang bersangkutan bisa punya peran dalam menentukan kebijakan politik yang dibuat ke depannya.
“Jokowi berusaha mengendalikan Golkar dan bergabung dengan Gerindra. Jadi saya lihat ada dua sisi, emosional dan politik. Kalau sudah beda kepentingan, artinya bisa saja beda dukungan. Namanya juga politik,” pungkasnya
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu