Koalisi Pengusung Capres-Cawapres Rebutan Ceruk Pemilih Partai Islam
Saleh Partaonan Daulay: Kami Juga Bisa Masuk Ke Situ
JAKARTA - Survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA memprediksi, bakal Calon Presiden (Capres) dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Anies Baswedan, bakal meraup suara mayoritas dari pemilih partai berhaluan Islam.
Hal itu disampaikan dalam paparan survei bertajuk hasil temuan dan analisis survei nasional Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA terkait Ormas Islam, Partai Islam, dan Capres pada September 2023.
"Anies paling unggul pada pemilih partai Islam. Sementara Prabowo dan Ganjar bersaing di pemilih partai Islam," kata peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa, saat memaparkan hasil survei di kantor LSI Denny JA, Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (19/9), seperti dikutip dari kanal YouTube LSI Denny JA.
Menurut Ardian, perolehan suara partai Islam untuk Pemilu 2024 berdasarkan survei pada Agustus 2023, diprediksi berada pada angka 18,2 persen.
Rincian prediksi perolehan suara itu, yakni 6,6 persen diraih Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), 5,6 persen untuk Partai Keadilan Sejahtera (PKS), 4 persen diraih Partai Amanat Nasional (PAN), dan 2 persen untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Dari prediksi keseluruhan suara partai Islam pada Pilpres 2024, sebanyak 37,1 persen responden memilih Anies.
Sedangkan suara responden partai Islam yang diprediksi mengalir kepada bakal capres dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), Prabowo Subianto, sebesar 28,3 persen.
Kemudian, prediksi suara responden dari partai Islam yang mengalir kepada bakal Capres Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo sekitar 28,1 persen. Sementara 6,5 persen responden sisanya tidak menjawab.
Dalam survei itu, jika Prabowo dan Ganjar berhadapan (head to head) dengan Anies, maka Anies akan tetap unggul suara secara telak di kalangan partai Islam. Dia menuturkan, skema head to head dengan Ganjar, Anies unggul telak 15,3 persen. "Sedangkan dengan Prabowo, Anies juga unggul 6,8 persen," ujar Ardian.
Akan tetapi, suara Anies diprediksi anjlok di kalangan pemilih partai nasionalis. Dari survei yang dilakukan LSI, elektabilitas Anies di kalangan partai nasionalis hanya 15,1 persen.
Sedangkan Prabowo dan Ganjar diprediksi akan bersaing ketat memperebutkan suara dari kalangan partai nasionalis.
Metodologi survei ini adalah multistage random sampling. Responden dipilih secara acak. Margin of error survei ini sekitar 2,9 persen. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka, menggunakan kuisioner.
Survei ini melibatkan 56,9 persen responden yang terafiliasi NU, dan 5,7 persen responden yang merasa terafiliasi Muhammadiyah.
Juga, melibatkan responden yang merasa terafiliasi ormas Islam lain 3 persen, non-ormas Islam 33,8 persen. Sedangkan yang tidak tahu atau tidak menjawab sebagai bagian dari ormas Islam 0,6 persen.
Berikut wawancara dengan Ketua DPP PAN, Saleh Partaonan Daulay mengenai hal ini.
Berdasarkan survei LSI Denny JA, Anies Baswedan mendulang suara massa partai Islam. Bagaimana tanggapan Anda?
Kami merasa itu tidak perlu dikhawatirkan. Karena, sudah sering sekali dalam Pemilu yang diselenggarakan selama ini, aspek itu tidak begitu menonjol dalam perolehan suara.
Kalau pun ada yang membawa isu-isu agama ke permukaan, Insya Allah tidak akan berdampak luas di tengah-tengah masyarakat. Jadi, saya rasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Di Koalisi Indonesia Maju, bagaimana kekuatan suara basis massa Islam?
Kami di timnya Prabowo, tentu orang-orang yang memiliki jaringan yang cukup luas di berbagai segmentasi kehidupan sosial kemasyarakatan. Kami juga punya jaringan yang luas ke organisasi masyarakat (Ormas) Islam, tokoh-tokoh Islam, tokoh-tokoh pemuda dan seterusnya.
Faktanya, di Koalisi Indonesia Maju juga banyak tokoh Islam. Banyak dari kalangan ustadz, kyai yang duduk sebagai anggota DPR. Berarti, segmentasi kami tetap ada melalui jaringan Islam ini.
Apakah Anda yakin bahwa pemilih dari kalangan massa Islam juga akan memilih Prabowo?
Saya kira itu tidak hanya dominan dimiliki oleh pendukungnya Anies Baswedan, tetapi kami juga bisa masuk ke situ.
Isu yang kami bawa, sebenarnya lebih pada isu progresivitas perkembangan pembangunan Indonesia. Nilai-nilai kemajuan yang bisa kita peroleh pada masa mendatang. Jadi, tidak melalui isu khusus, seperti isu agama. Politik itu harus mewadahi semua kepentingan kelompok, suku, masyarakat dan lainnya.
Bukankah politik identitas selalu menjadi isu saat Pemilu?
Mudah-mudahan dengan adanya isu progresivitas itu, tidak akan membuat basis pendukung kami berkurang. Apalagi, pada Pemilu yang lalu, tokoh-tokoh Islam banyak yang berpihak kepada Prabowo Subianto. Segmentasi Islam politik itu, dari dulu di Indonesia jauh lebih sedikit dibandingkan dengan nasionalis relijius.
Pemilih nasionalis relijius, masih lebih besar ya?
Yang murni Islamis jumlahnya lebih sedikit. Yang di nasionalis relijius, banyak juga tokoh Islamnya. Oleh karena itu, ceruk pemilih di nasionalis relijius masih terbuka lebar. Selain itu, sekarang ini kan pemilih kita berdasarkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang kalangan anak muda ada 60 persen jumlahnya.
Anak muda ini, isu-isu yang dibangun bukan isu agama. Mereka lebih senang berbicara isu tenaga kerja, pendidikan, kesehatan, lingkungan dan isu-isu yang berpihak kepada mereka. Kadang-kadang, ini hanya anak muda yang mengerti. Kami konsen hal begini, bagaimana pengembangan anak-anak muda.
Nasional | 7 jam yang lalu
Pos Tangerang | 18 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 6 jam yang lalu