Dituding Penjahat Perang Oleh Erdogan, Israel Tarik Diplomat Dari Turki

TURKI - Tudingan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terhadap Israel, yang disebutnya berperilaku seperti penjahat perang, sigap ditanggapi negara berbendera Bintang Daud warna biru. Tanpa ba bi bu, Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen langsung menarik diplomatnya darı Turki.
"Terkait pernyataan serius Turki, saya telah menarik perwakilan diplomatik di negara tersebut. Kami akan melakukan evaluasi ulang hubungan Israel dan Turki," ujar Cohen via X, Sabtu (28/10/2023).
Setelahnya, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu membantah mentah-mentah tudingan Israel.
Dia bahkan mengklaim Israel, sebagai negara yang memiliki tentara paling bermoral di dunia.
“Jangan menuduh kami penjahat perang. Munafik, jika Anda menuduh tentara kami telah melakukan kejahatan perang. Kami adalah tentara paling bermoral di dunia,” kata Netanyahu, seperti dilansir BBC, Minggu (29/10/2023).
Sekadar latar, pernyataan Erdogan yang menyebut kelakuan Israel mirip penjahat perang disampaikan via X pada Sabtu (28/10/2023).
Eskalasi terbaru disebutnya telah menargetkan warga sipil yang tidak bersalah. Erdogan bilang, aksi Israel memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza. Israel seperti hendak memusnahkan orang Palestina.
"Israel harus segera menghentikan kegilaan ini, dan mengakhiri serangannya," cuit Erdogan.
Cuitan ini disampaikan Erdogan, setelah ia berpidato di hadapan ribuan demonstran, dalam rapat umum pro Palestina di Istanbul.
"Israel telah secara terbuka melakukan kejahatan perang selama 22 hari, tetapi para pemimpin Barat tidak dapat meminta Israel untuk melakukan gencatan senjata. Apalagi, bereaksi," ujar Erdogan.
"Setiap negara tentu memiliki hak untuk membela diri. Tetapi, di mana keadilan dalam kasus ini? Tidak ada keadilan. Yang ada, hanya pembantaian kejam di Gaza," tandasnya.
Israel kini telah memperluas serangannya di Jalur Gaza, tiga minggu setelah Hamas meluncurkan serangannya di Israel selatan, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang dan menyandera 229 orang.
Sejak itu, Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan, lebih dari 7.500 orang Palestina telah terbunuh saat Israel melakukan serangan balasan.
Kedua negara memiliki tensi hubungan tinggi, setelah Turki yang merupakan sekutu dekat, memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel pada tahun 2010. Tak lama setelah 10 aktivis Turki pro-Palestina tewas dalam bentrokan dengan komando Israel.
Kala itu, para aktivis menaiki kapal milik Turki, yang mencoba memecahkan blokade maritim Israel di Jalur Gaza.
Hubungan Israel-Turki sempat pulih pada tahun 2016. Namun, dua tahun setelahnya, kedua negara saling mengusir diplomat top satu sama lain, dalam perselisihan atas pembunuhan Israel terhadap warga Palestina, di tengah aksi protes yang berlangsung di perbatasan Gaza-Israel.
Tak seperti negara-negara lain seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris, Turki tidak menganggap Hamas sebagai organisasi teroris.
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 11 jam yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu