TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Banyak Guru Stres Berat, Jokowi Colek Nadiem

Oleh: Farhan
Minggu, 26 November 2023 | 11:14 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Presiden Jokowi mencolek Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim agar hati-hati dalam mengubah kurikulum pendidikan. Sebab, perubahan kurikulum berpengaruh pada mental guru. Banyak guru stress berat, salah satunya karena perubahan kurikulum. 

Pernyataan itu disampaikan Jokowi dalam peringatan Hari Guru Nasional (HGN) ke-78 dan PGRI di Kelapa Gading, Jakarta, Sabtu (25/11). Acara tersebut turut dihadiri Nadiem Makarim, Menko PMK Muhadjir Effendy, Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.

Dalam sambutannya, Presiden menyampaikan hasil riset sebuah lembaga internasional RAND Corporation tahun 2022. Dalam riset tersebut dijelaskan, bahwa tingkat stress guru lebih tinggi dari pekerjaan lain. 

"Saya kaget juga setelah membaca bahwa tingkat stress guru itu lebih tinggi dari pekerjaan yang lain," kata Jokowi.

Dalam hasil riset tersebut, ada tiga faktor yang menyebabkan guru stres. Yakni tingkah laku murid, perubahan kurikulum, dan perkembangan teknologi. Sementara sejak Nadiem menakhodai Mendikbud Ristek, diketahui telah terjadi perubahan kurikulum yang diberi nama Merdeka Belajar. 

Jokowi lantas Jokowi mencolek Nadiem agar berhati-hati terkait perubahan kurikulum. "Hati-hati Pak Mendikbud soal ini," ujar Jokowi. 

Kendati demikian, Jokowi tak menampik, kurikulum memang harus berubah. Para guru, kata dia,  juga harus beradaptasi, khususnya dalam mengikuti perkembangan teknologi.

"Kurikulum memang harus berubah karena setiap saat perubahan itu selalu ada. Apalagi sekarang ini dengan disrupsi teknologi yang begitu cepatnya," ungkap Jokowi.

Selain itu, eks Gubernur DKI Jakarta itu Jokowi menyoroti kesenjangan infrastruktur dan fasilitas pendidikan. Khususnya yang terjadi antara wilayah perkotaan dan daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Ia menegaskan bahwa ini menjadi tugas menteri pendidikan untuk mencari solusi.

"Saya kalau ke daerah mampir ke SMK, saya lihat SMK di sebuah kabupaten kemudian saya bandingkan dengan SMK yang di kota memang gap sarana prasarana jauh berbeda. Ini menjadi tugas menteri pendidikan ,” tutur Presiden Jokowi

Menanggapi hal tersebut, Nadiem menyebut, Kurikulum Merdeka saat ini sudah diterapkan di 80 persen sekolah di Indonesia. Harapannya seluruh sekolah bisa menerapkan kurikulum ini yang memberi keleluasaan kepada para pendidik untuk menciptakan pembelajaran berkualitas sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar.

Nadiem meyakini, guru di seluruh Indonesia tidak ingin kembali ke awal setelah berupaya sekuat tenaga selama empat tahun terakhir.

"Saya yakin, ibu dan bapak tidak mau kehilangan kesempatan untuk berinovasi di dalam kelas yang sekarang dimungkinkan dengan Kurikulum Merdeka. Materi yang tadinya begitu padat, semua guru hanya kejar tayang karena harus pindah ke materi berikutnya, sekarang disederhanakan," katanya.

Ia menegaskan, Kurikulum Merdeka berpusat pada kemerdekaan guru, memberi kebebasan kepada guru untuk menjadi co-creator kurikulum. Sehingga jauh dari kesan stres.

Saat ini juga sudah dihadirkan aplikasi Merdeka Mengajar. Ada 3 juta guru di Indonesia yang telah menggunakan platform ini untuk transisi ke kurikulum baru.

"Saat ini juga sudah ada 50 ribu guru penggerak di lapangan yang menyalakan api perubahan di masing-masing daerah. Tahun depan akan ada 100 ribu guru penggerak yang insyaallah akan dijadikan kepala sekolah di seluruh Indonesia dan pengawas di seluruh Indonesia," kata Nadiem.

Ketua Umum Pengurus Besar PGRI Unifah Rosyidi menilai, ada solusi untuk mengurangi tingkat stress guru. Salah satunya, mengangkat guru honorer menjadi guru Aparatur Sipil Negara Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (ASN PPPK).

"Kami hanya bisa memohon ada kiranya saudara-saudara kami yaitu guru-guru swasta, guru-guru TK, para tenaga kependidikan di Indonesia, memohon untuk diberikan ruang dan kesempatan untuk menjadi ASN P3K," ucapnya.

Selain itu, PGRI juga mengajukan permohonan kepada Presiden agar guru honorer yang diangkat dapat dikembalikan ke sekolah-sekolah yang menjadi penyangga pendidikan nasional.

Langkah ini akan memberikan stabilitas dan keberlanjutan proses pembelajaran di berbagai daerah. Utamanya di sekolah-sekolah yang mengandalkan kontribusi besar dari guru honorer sebagai pemerataan pendidikan dapat terwujud secara lebih merata di seluruh Indonesia.

Khususnya para guru swasta yang diangkat menjadi P3K dapat kiranya dikembalikan di sekolah-sekolah swasta yang menjadi penyangga utama untuk pendidikan nasional,” ucap dia.

Ia mengatakan keberadaan guru honorer yang diangkat sebagai PPPK bukan hanya membawa manfaat individu, tetapi juga berdampak positif pada sistem pendidikan secara keseluruhan.

Ketua DPR Puan Maharani mengajak semua pihak memperhatikan kesejahteraan guru. Ia juga menggarisbawahi kurikulum merdeka di sekolah saat ini.

Menurutnya, kurikulum merdeka bukan hanya tentang pembebasan dari belenggu kurikulum konvensional, tapi juga agar ada ruang lebih bagi guru untuk membimbing muridnya sesuai dengan minat dan bakat anak.

Puan mengingatkan pentingnya perbaikan mutu dan kualitas SDM pendidik untuk menunjang target Indonesia Emas 2045. "Sebagai pendidik, guru harus menjadi pribadi yang baik dan memiliki pengetahuan ide  nljiwa intelektual yang tinggi. Sehingga saya harap jangan ada lagi guru yang terintimidasi dalam memberikan ilmu pengetahuannya," katanya.

Intimidasi yang dimaksud Puan termasuk dalam hal kompetensi dan kualifikasi guru. Dengan mutu dan kompetensi yang baik, menurutnya, peran guru dapat semakin dimaksimalkan dalam upaya mencetak generasi Indonesia yang unggul.

Intimidasi yang dialami guru juga dalam hal kesejahteraan. Khususnya bagi guru yang saat ini masih menjadi honorer yang mengabdi di pelosok negeri dengan keterbatasan sarana.

“Masih banyak guru yang mengajar di daerah terpencil kurang mendapat perhatian dalam hal kesejahteraan. Padahal mereka rela berkorban hidup dan bekerja dalam keterbatasan demi mengabdikan diri mendidik putra/putri bangsa. Mereka lah pahlawan pendidikan di era masa kini,” pungkasnya. 

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo