Survei LSI: Elektabilitas PDIP dan Gerindra Hanya Selisih 1 Persen
JAKARTA - Mimpi PDIP untuk menang Pemilu tiga kali berturut-turut alias hattrick terancam gagal. Sebab, elektabilitas Banteng rawan dikejar Partai Gerindra. Saat ini, jarak keduanya tinggal 1 persen.
Perbedaan tipis elektabilitas PDIP dan Gerindra ini terpotret dalam hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dilakukan pada 3-5 Desember 2023. Survei melibatkan 1.426 responden yang dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening. Margin of error survei plus minus 2,6 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Hasilnya, elektabilitas PDIP masih ada di peringkat pertama dengan 19,7 persen. Namun, posisinya rawan disalip Gerindra, yang elektabilitasnya saat ini mencapai 18,2 persen. Gerindra juga sedang berada di momentum bagus, karena posisinya sedang naik terus. Sedangkan PDIP sedang dalam momentum kurang baik.
“Pilihan terhadap PDIP cenderung menurun, terutama sejak September- Desember. Sementara Partai Gerindra secara konsisten terus mengalami peningkatan, dari 12 persen pada Januari 2023 menjadi 18 persen di Desember 2023,” ujar Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan, dalam siaran persnya, Minggu (10/12/2023).
Posisi ketiga diisi Partai Golkar dengan 10,5 persen. Di bawahnya ada PKB 8,5 persen, NasDem 5,8 persen, PKS 5,5 persen, Demokrat 5,4 persen, dan PAN 4,1 persen. Sisanya, berada di bawah ambang batas parlemen sebesar 4 persen, yakni PPP 2,3 persen, PSI 2,1 persen, Perindo 2,1 persen, dan Hanura 0,7 persen.
Djayadi menerangkan, angka-angka tersebut diperoleh berdasarkan hasil wawancara terhadap 83 persen dari total populasi survei. “Itu yang harus menjadi catatan,” pesannya.
Hasil survei LSI ini tentu harus menjadi catatan bagi PDIP jika ingin mempertahankan kemenangan. Pada Pemilu 2014, PDIP berhasil mendapatkan 23.681.471 suara atau 18,95 persen suara nasional. Jumlah itu bertambah banyak pada Pemilu 2019 dengan raihan 27.053.961 suara atau 19,33 persen. Berdasarkan catatan itu, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri meminta kader maupun simpatisannya untuk berjuang lebih keras dan meraih hattrick pada Pemilu 2024.
Lalu, kenapa elektabilitas PDIP saat ini cenderung turun LSI? Direktur Eksekutif Trias Politik Strategis Agung Baskoro menganalisa, hal itu terjadi karena kampanye PDIP kerap menyerang pemerintahan Presiden Jokowi. Serangan ini menjadi bumerang politik karena justru memberikan insentif elektoral bagi Gerindra.
“Menimbang sampai hari ini PDIP masih berada dalam kabinet, sebagian publik bertanya-tanya mengapa langgam politik PDIP seperti bermain dua kaki atau koalisi rasa oposisi,” ujar Agung, Minggu malam (10/12/2023).
Secara elektoral realitas politik, kata Agung, PDIP, yang mengusung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, sedang bingung dalam menentukan branding politik. “Sehingga publik tak melihat ada nilai tambah dari Ganjar-Mahfud,” nilai Agung.
Di sisi yang lain, tak bisa dipungkiri bahwa dukungan Jokowi ke Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka berdampak signifikan mengangkat elektabilitas Gerindra. Sedangkan PDIP seperti kekurangan sumber daya.
Karena itu, Agung menyarankan, sebaiknya PDIP mengambil jalan kompromi selagi masih ada dalam kabinet ketimbang menempuh jalan konfrontatif. “Sebab, bila terus dilanjutkan, perolehan PDIP dalam Pileg 2024 menjadi terancam,” pungkasnya.
Menanggapi hal ini, politikus senior PDIP Andreas Hugo Pareira mengaku tidak khawatir partainya gagal meraih hattrick. Dia bilang, hasil survei itu tidak bisa jadi patokan suara pemilih nasional. Dia yakin, elektabilitas PDIP tidak akan terkejar Gerindra.
“Nanti (PDIP) bisa naik lagi, karena hasil survei ini kan tergantung siapa yang survei. Jadi kita tunggu saja lembaga-lembaga survei yang melakukan survei secara independen,” ucapnya, kepada Rakyat Merdeka, Minggu (10/12).
Sementara, politisi Gerindra Sumbar Andre Rosiade menilai, peningkatan elektabilitas partainya disebabkan gaya politik yang santuy dan santun. Dia menyebut, masyarakat tidak lagi tertarik dengan gaya politik yang saling serang dan mencaci.
Dia menyebut, program makan siang dan pembagian susu gratis yang disusun Prabowo-Gibran membuat Gerindra mendapat insentif elektoral. Ditambah lagi adanya kerja keras para kader di daerah yang massif.
“Ini menambah optimisme kami. Kami percaya cara berkampanye yang santun dan santuy serta mengajak pemilih riang gembira membawa keuntungan,” pungkasnya.
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Internasional | 1 hari yang lalu