4 Siswi Labschool Cirendeu Diterima Universitas Bergengsi di Dunia
CIPUTAT TIMUR - Sekolah Menengah Atas (SMA) Labschool Cirendeu, Ciputat Timur, Tangerang Selatan (Tangsel) telah berhasil mencetak generasi lulusan yang terbaik sekaligus sangat membanggakan.
Hal tersebut terbukti, 4 siswi lulusan Labschool Cirendeu pada tahun ini berhasil diterima di Universitas bergengsi di dunia.
Bahkan yang lebih hebatnya lagi, keempat siswinya tersebut diterima melalui jalur program Beasiswa Indonesia Maju (BIM) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Keempat anak tersebut, di antaranya Abia Tsabitah Ali siswi kelas XII IPS 1 yang berhasil diterima di Hong Kong University of Science and Technology jurusan Business and Management, Rayyana Amaluna Suha Abidin siswi kelas XII MIPA 4 yang berhasil diterima di Hong Kong University jurusan Biological Science.
Kemudian Azkiya Syahma Erindra siswi kelas XII MIPA 3 yang diterima di University of Queensland-Bachelor of Advanced Science in Psychology, dan terakhir Naila Putri Alifah siswi kelas XII IPS 1 yang diterima antara University of Toronto George-Social Science atau University of British Columbia-Bachelor of Arts.
Ketua BPH Labschool Cirendeu, Prof. Dr. Arissetyanto Nugrogo, M.M mengungkapkan, prestasi yang berhasil diukir oleh keempat siswinya tersebut jelas menjadi sesuatu yang sangat membanggakan.
"Tentunya saya sebagai ketua yayasan yang mengelola SMP dan SMA ini kita mendorong tumbuh kembangnya, serta minat semua anak didik kita yang sekolah di sini itu agar bisa optimal talentanya. Baik itu kompetensi kognitifnya, psikomotorik, dan afeksinya," jelas Prof Aris saat dijumpai di Labschool Cirendeu, Rabu (15/5/2024).
Ia bersyukur, tahun ini ada empat anak didiknya yang berhasil meneruskan pendidikannya di luar negeri. Tentunya, mereka akan menjadi motivasi bagi adik-adik kelasnya agar semakin giat dalam mengikuti pembelajaran.
"Jadi tahun ini ada empat orang, setelah tahun lalu itu 1, berarti kan ada peningkatan 4 kali lipat. Di saat sekolah kita baru menginjak 3 tahun, sudah ada 4 orang yang lolos BIM. Itu kan tidak mudah meraihnya dan bersaing dengan seluruh anak se-Indonesia," ungkapnya.
Lebih lanjut, Kepala Sekolah SMA Labschool Cirendeu, Raidil Fitran mengungkapkan hal yang sama. Tak ada hal lain yang Ia rasakan selain penuh rasa senang dan bangga terhadap keempat siswinya tersebut.
"Kami sangat mengapresiasi sekali prestasi dari mereka. Karena memang tidak mudah, dari ribuan siswa dari seluruh Indonesia. Alhamdulillah mereka bisa menunjukkan prestasinya. Mereka ini angkatan kedua. Tentunya sangat bangga sekali, kami seluruh warga sekolah," ungkap Raidil.
Raidil mengatakan, prestasi ini tentu tidak dapat diraih dengan instan. Ia menyaksikan betul perjuangan keempat anak didiknya itu agar bisa lolos dalam program BIM ini.
Kemudian di sisi lain, kata Raidil, pihak sekolah juga tidak tinggal diam. SMA Labschool Cirendeu berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan dukungan dalam bentuk apapun kepada anak didiknya agar bisa meraih cita-cita yang diinginkan.
"Tentu kami sangat mendukung dan peduli sekali sehingga sekolah membuat kebijakan bahwa anak ini harus dijaga dan dibimbing dari semua aspek. Baik dari akademik, psikologis, dan mental mereka. Bahkan kita punya tim untuk mengawal mereka," ungkap Raidil.
Ia mengatakan, pendampingan juga terus diberikan semenjak keempat anak ini melakukan pendaftaran awal.
"Kita fasilitasi agar mereka bisa konsentrasi melakukan proses BIM. Pertama buat kebijakan. Kemudian program, kemudian nanti ada tim. Kita siapkan ada guru khusus membimbing. Itu sih yang kita lakukan. Termasuk orang tua juga berperan sekali," paparnya.
Raidil berharap, keempat anak didiknya ini bisa bertahan dan tetap berprestasi di masing-masing perguruan tingginya nanti.
"Pesan saya yang jelas pertama, harus tetap menjaga jati diri. Sebagai orang Indonesia, kemudian jati diri agama. Dengan nilai-nilai ke-Indonesiaan dan keagamaan di manapun berada," pesannya kepada para anak didiknya yang akan melanjutkan pendidikan di luar negeri.
Sementara itu, Hesty Wulandari, guru Bahasa Inggris yang juga menjadi pembimbing keempat siswi berprestasi tersebut mengungkapkan, bahwa bakat mereka sebenarnya sudah terlihat sejak duduk di bangku kelas X.
"Awalnya angkatan mereka yang mendaftar itu ada 40 anak. Tapi ada yang gak jadi, dan sebagainya seleksi alam. Sampai akhirnya yang bisa upload berkas dan ke tahap berikutnya itu total ada 17 anak. Kemudian ada tes segala macam, dan yang lolos empat anak ini," tuturnya.
Hesty mengungkapkan, perjalanan keempat anak ini hingga diterima di Universitas ternama di dunia sungguh tidak mudah.
Setelah melakukan pendaftaran, kata Hesty, mereka harus menjalani serangkaian tes dan tahap persiapan hingga hampir dua tahun lamanya. Sepanjang perjalanan itu pun, Hesty ikut mendampingi mereka.
Selain menjadi sosok guru di kelas, Hesty juga selalu bersiap menjadi pendamping keempat anak tersebut dalam segala keperluannya pada program BIM ini.
Menurutnya kepada empat anak ini, Ia menerapkan pendekatan yang sedikit berbeda dengan anak lainnya.
"Personal aproach ada, terus dari segi kognitif pengamatan sehari-hari juga ada. Keempat anak ini di kelas memang selalu peringkat kelas. Memang selain pembelajaran di kelas, proses BIM ini memang cukup menyita waktu mereka," jelasnya.
Oleh sebab itu, hal pertama yang Ia lakukan adalah menjaga dan membentuk mental keempat siswi berprestasi ini.
"Yang pertama itu mental. Jadi bukan hanya kemampuan Bahasa Inggris. Jadi sebenarnya kalau kemampuan Bahasa Inggris bisa dipelajari, tetapi mental yang pertama. Ketika anak ini mentalnya gak ada, dan menemukan kesulitan ya sudah pasti Mental itu nomor satu. Kemudian yang kedua, dari segi personality-nya mereka sendiri. Saya ini melihat anak ini tidak hanya soal kepintarannya tapi all package, baik personality-nya dia, kemudian bagaimana behaviour-nya dia, kemudian bagaimana pergaulan dia kepada teman, ke guru dan segala macam. Itu yang terpenting," terang Hesty.
Kini, keempat anak tersebut telah berhasil masuk di perguruan tinggi yang dicita-citakannya. Hesty pun turut bangga.
"Saya sih cuma bilang ke mereka gini, cara mereka bersyukur satu. Ikuti semua apa yang diminta dan jaga perilakunya. Karena selama mereka masih sekolah, nilai rapot masih ada di tangan Ibu guru. Karena kalau nilai rapot tidak sesuai itu tidak bisa lolos. Standarnya mereka itu tinggi, 90," pesannya.
Hesty berharap, keberhasilan yang telah diraih oleh keempat siswinya ini dapat menjadi motivasi bagi adik-adik kelasnya.
"Alhamdulillah untuk angkatan ini, yang mendaftar itu ada 75 orang. Kemudian karena kurasinya oleh Dapodik jadi yang bisa valid sertifikatnya itu hanya 13 siswa. Kemudian yang lolos berkas, bisa mengikuti tes seperti interview dan segala macam, itu hanya 3," pungkasnya.
Pos Tangerang | 13 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Galeri | 23 jam yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 jam yang lalu
TangselCity | 23 jam yang lalu