Jokowi-Mega Makin Jauh Dan Sulit Disatukan
JAKARTA - Hubungan antara Presiden Jokowi dengan Megawati Soekarnoputri benar-benar makin jauh dan sulit disatukan kembali. Puncaknya, pada kegiatan Rakernas di Ancol pada akhir bulan nanti, PDIP sengaja tidak mengundang Jokowi.
Sejak hajatan Pilpres 2024, hubungan antara PDIP dan Jokowi memang sudah tidak baik. Majunya putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming sebagai Cawapres dari Prabowo disebut jadi pemicunya. Gibran dan Jokowi dianggap melawan keputusan partai yang sudah lebih dulu mengusung Ganjar Pranowo-Mahfud MD sebagai Capres-Cawapres.
Sebenarnya, pasca Pilpres Jokowi coba memperbaiki hubungan. Eks Gubernur DKI itu ingin bertemu dengan Mega. Namun, hingga kini pertemuan keduanya tidak kunjung terwujud.
Bahkan, Presiden terpilih Prabowo Subianto juga kena imbasnya. Upaya Prabowo untuk bertemu Mega dan merangkul PDIP ke dalam pemerintahan, belum juga dapat balasan. Padahal, baik PDIP maupun Gerindra sama-sama mengklaim tidak punya masalah.
"Pak Prabowo akan bisa menjembatani kembali, merajut kembali, hubungan Pak Jokowi dengan PDIP,” kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Habiburokhman, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (26/3/2024).
Bukan kali ini saja Jokowi berniat menemui Mega. Sebelumnya, Jokowi meminta bantuan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk menjembatani pertemuannya dengan Mega. Namun, pertemuan keduanya juga tak kunjung terwujud. Belakangan, PDIP malah mengeluarkan pernyataan bahwa Jokowi bukan lagi kader PDIP.
Setelah tidak mengakui sebagai kader, PDIP juga tidak mengundang Jokowi untuk hadir di Rakernas ke-5 yang digelar akhir bulan ini. Padahal biasanya di acara-acara penting, Banteng selalu mengundang Jokowi.
Yang jelas, Presiden dan Wakil Presiden tidak diundang. Kenapa? Karena beliau sudah sangat sibuk dan menyibukkan diri. Lagipula, pesertanya hanya internal PDIP," kata Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat di kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (16/5/2024).
Ini, kali kedua Jokowi absen pasca hubungannya dengan PDIP sudah tidak harmonis. Sebelumnya, pada peringatan hari ulang tahun (HUT) PDIP ke-51 Januari lalu, PDIP pun tidak mengundang Jokowi.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro menilai, hubungan Jokowi dan Mega lebih runyam dibanding Mega dan Presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Karenanya untuk sementara ini, Agung yakin Jokowi tidak bakal bisa ketemu Mega.
"Apalagi Pilpres bagi PDIP belum selesai karena PDIP gugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Ditambah lagi, keluarga Solo sudah dikeluarkan pasca putusan MK (yang memenangkan Prabowo-Gibran)," ucap Agung kepada Redaksi.
Agung mengibaratkan hubungan Mega dan Jokowi sudah seperti minyak dan air. Sulit untuk disatukan. "Relasi PDIP dan Jokowi sudah selesai alias game over," sambung Agung.
Benarkah Jokowi-Mega sudah game over?
Politisi PDIP Aryo Seno Bagaskoro tidak menampik hubungan bosnya dengan Jokowi sudah game over. Perjalanan Pilpres, singgung Seno, menjadi pangkal masalah antara Mega dan Jokowi. Di mana, PDIP melihat Jokowi menggunakan kekuasaan untuk memenangkan anaknya.
"Dari Pemilu kemarin, kita melihat berbagai upaya abuse of power yang berakibat pada backsliding substansi demokrasi. Itu bukan lagi asumsi, tapi tercermin dari putusan pelanggaran etik di MK dan KPU, serta dissenting opinion para hakim MK di sidang PHPU," beber Seno kepada Redaksi.
Karenanya, Seno mengklaim mayoritas kader PDIP berharap Mega mengambil keputusan untuk berada di luar pemerintahan Prabowo-Gibran. "Apalagi, secara historis kami memiliki legitimasi sejarah pernah memiliki pengalaman melawan rezim Orde Baru yang bercorak otoriter," pungkas dia.
Lifestyle | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu