TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Damkar DKI Sering Pakai Air Got, Hidran PAM Sering Mampet

Oleh: Farhan
Jumat, 14 Juni 2024 | 12:20 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mengaku kesulitan mendapatkan air dari hidran saat memadamkan api. Hal itu terjadi karena distribusi airnya sering mampet.

Hal itu diungkapkan Dinas Gulkarmat DKI melalui akun media sosialnya.

“Beberapa sumber air dari hidran kota di Jakarta, pasokan airnya terkadang kurang me­madai untuk digunakan dalam proses pemadaman,” kicau Pem­adam Jakarta melalui akun @humasjakfire di platform X, Selasa (11/6/2024).

Pernah pakai hidran tapi pa­sokan air warga malah terganggu. Jadi nggak bisa mandi, masak, dan lain-lainnya,” tambahnya.

Padahal, Gulkarmat seperti pelanggan pada umumnya, yak­ni membayar untuk setiap meter kubik air yang digunakan.

Untuk mengatasi masalah itu, pihak Gulkarmat mengaku punya cara sendiri untuk me­mastikan air selalu tersedia saat dibutuhkan.

Solusinya kita bangun hidran mandiri di wilayah rawan keba­karan risiko berat/sangat berat,” jelasnya.

Hidran mandiri itu selain untuk pemadaman, bisa dipakai juga untuk warga.

“Bisa tanya lebih lanjut, ya ke Satgas Gulkarmat Kelurahan di tempat kalian,” ungkapnya.

“Tenang, kami pastikan selalu sediakan air di unit kami. Kalau kurang, biasanya kami cari sum­ber air dari kali/sungai, kolam renang, bahkan air selokan,” terangnya.

Kepala Dinas Gulkarmat DKI Jakarta Satriadi Gunawan mengatakan, saat ini baru ada seki­tar 600 titik hidran kota di lima wilayah kota administrasi DKI Jakarta. Jumlah tersebut masih jauh dari ideal. Selain itu, tidak semua hidran yang ada tersebut berfungsi dengan baik.

“Pasokan air kurang, tergan­tung daerahnya. Kita tergantung sama PAM (Perusahaan Air Mi­num) Jaya, yang bisa mengatur (pasokan air) itu,” kata Satriadi saat dihubungi Redaksi, Rabu (12/6/2024).

Satriadi menyebut, hidran kota yang suplai airnya kurang memadai itu mayoritas berada di wilayah pesisir Jakarta. Untuk mengatasi permasalahan ini, dia mengaku terus berkoordinasi dengan PAM Jaya.

Dia berharap, regulasi hidran kota ini seperti di luar negeri, yakni memisahkan pipa air hid­ran kota dengan pipa air minum rumah tangga.

“Ini memang mekanisme sangat rumit. Tapi di luar negeri bisa, hidran kota punya jalur sendiri, ada pipa khusus untuk air minum dan pipa khusus un­tuk Damkar,” ujarnya.

Makanya, lanjut Satriadi, hid­ran kota di luar negeri, tekanan airnya sangat kuat.

“Power-nya dari hidran, kalau nonton film kartun (semprotan air hidran) sampai bisa mengangkat mobil. Nah kalau kita kan harus nyedot, karena pasokan airnya terbatas,” jelas dia.

Padahal untuk penggunaan air hidran kota, Dinas Gulkarmat harus membayar. Nominal­nya tergantung pemakaian dan abodemen.

“Kita dapat tagihan dari mereka ya kita bayar. Pembayaran di masing-masing Sudin (Suku Dinas Gulkarmat), bukan di Dinas,” ungkap Satriadi.

Nominal pembayaran peng­gunaan air hidran kota itu, lanjut dia, bervariatif.

“Misalnya kita gunakan 10 ribu liter ya kita bayar nanti, tapi kalau nggak ada kebakaran ya tidak bayar. (Nominal pem­bayaran) Kayaknya sih sampai puluhan juta, tergantung pe­makaian,” bebernya.

Untuk mengantisipasi kurang­nya sumber air, Gulkarmat DKI Jakarta memiliki sejumlah sarana dan cara alternatif dalam menang­gulangi kebakaran. Seperti meng­gunakan sumber air alam.

“Air kali dan got bisa kita gunakan, termasuk kolam renang. Sah-sah saja kita pakai dalam keadaan darurat,” terangnya.

Selain itu, membangun hidran mandiri. Terutama di daerah yang jauh dari sumber air, jauh dari pos pemadam atau padat hu­nian yang membuat unit Damkar tidak bisa masuk. Hidran man­diri dibangun tandon di bawah atau di atas serta disiapkan unit pompa. Radius jangkauannya sekitar 5 kilometer (km).

Namun pembangunan hid­ran mandiri ini, kata Satriadi, terkendala dengan penyediaan lahan. Untuk membangun hidran mandiri dibutuhkan lahan sekitar 50 meter persegi.

“Bangun hidran di daerah pa­dat hunian susah mencari lahan,” ucapnya.

Tahun ini, Gulkarmat DKI Jakarta akan membangun lima hidran mandiri di masing-masing wilayah Sudin. Satriadi berharap, ke depan ada keten­tuan per berapa kilometer harus ada hidran kota.

“Tapi bukan hanya hidrannya saja ya, pasokan airnya pun mencukupi,” tandasnya.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta Dwi Rio Sambodo mengatakan, Komisi A sudah berkali-kali membahas dengan eksekutif terkait pembangunan hidran untuk menunjang kerja petugas Damkar.

“Tinggal bagaimana ekse­kutif menindaklanjuti secara teknis dan mengeksekusi serta berkomunikasi dengan PDAM,” kata Rio kepada Rakyat Merde­ka, Rabu (12/6/2024).

Diungkap Rio, Komisi A Bi­dang Pemerintahan yang tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) meliputi pemadam kebakaran dan penanggulangan bencana, menyadari betul pentingnya sarana dan pasokan air pada hidran kota.

“Komisi A setiap rapat kerja se­lalu mengevaluasi dan memonitoring terkait hal itu. Sekarang bagaimana teknis eksekusinya oleh eksekutif,” ujarnya.

Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan ini mendukung akses khu­sus pipa hidran kota. Pipa air hidran kota tidak digabungkan dengan akses air ke warga. Se­hingga Damkar memperoleh suplai air yang cukup dan pasokan air ke warga juga tidak terganggu.

“Selama ini kita mendorong supaya Gulkarmat melakukan upaya kerja sama dengan pihak terkait, misalnya PDAM. Se­hingga kebutuhan-kebutuhan untuk menunjang kerja bisa dipersiapkan secara komprehen­sif,” tandasnya

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo