Konsep Manajemen Tuhan dengan Kehidupan Manusia
HIDUP adalah pilihan, hidup adalah perjalanan, hidup adalah pengorbanan, kesemuanya ini memerlukan proses, proses yang panjang dan melelahkan baik dalam menata proses kehidupan vertikal, terlebih lagi dalam menata kehidupan horizontal.
Menata kehidupan vertikal, jauh lebih mudah bila dibandingkan dengan menata kehidupan horizontal, dalam kehidupan vertikal, kita dihadapkan kepada satu pilihan yaitu harus harus tepat berada dalam lingkup manajemen Tuhan, masalahnya apakah kita akan mampu untuk memahami, menghayati, dan menerapkan serta tetap berada dalam manajemen Tuhan, atau justru tertarik dan sekaligus berpindah ke jalur-jalur manajemen setan, sudah barang tentu untuk memilih dan tetap dalam manajemen Tuhan kuncinya terletak kepada kemampuan dan kemauan kita masing-masing, sebagai manusia kita semua telah dibekali dengan berbagai kemampuan untuk menentukan pilihan, tentu pilihan yang memiliki nilai-nilai kebaikan dan kemaslahatan dunia akhirat, sedangkan aspek kemauan merupakan energi yang dimiliki oleh setiap manusia yang kekuatannya berbeda-beda dan sekaligus merupakan serta menjadi pembeda antara satu manusia dengan manusia lainnya dalam segala hal proses kehidupan.
Kehidupan manusia tidak dapat dipungkiri dekat kaitannya dengan manajemen tuhan. Manajemen tuhan bagaikan agama sebagai acuan dan pegangan manusia dalam kehidupan individu maupun masyarakat (Jalaluddin, 2015). Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat supranatural yakni seakan menyertai kehidupan manusia yang luas, hubungan agama memiliki nilai setiap gerakan manusia serta dampak bagi kehidupan sehari-hari berupa kebaikan maupun keburukan, sesuai buah hasil perbuatannya masing-masing.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis kajian pustaka (library research). Kajian pustaka ialah sebuah teknik penelitian dengan melakukan pengumpulan informasi data, penulusaran materi baik dari perpustakaan atau sumber dari internet terhadap konsep manajemen tuhan terhadap kehidupan manusia (Sari, 2020).
Metode penelitian kualitatif merupakan sebuah cara pengumpulan data secara alamiah (Setiawan, 2018), dengan mendeskripsikan hasil penelitian (Lincoln, 1994). Penelitian kualitatif memiliki karakteristik yang bersifat deskriptif yaitu menekankan pada naratif atau kata-kata, tidak menekankan gambar (Bogdan, 1982). Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah pengumpulan buku, jurnal, dan sumber lain yang berkaitan dengan manajemen tuhan. Kemudian dianalisis secara deskriptif dengan mengungkapkan fakta suatu kejadian dan dibentuk pernyataan kata-kata (Mirzaqon. T, 2017). Dengan demikian kajian pustaka yang peneliti gunakan efektif dan efisien dalam menganalisis konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Setiap manusia selalu dihadapkan kepada perjalanan hidup yang berliku, tak terkecuali apakah dia “manusia kecil atau manusia besar", hanya saja dalam menghadapi kompleksitasnya beban kehidupan tersebut setiap orangpun memiliki caranya sendiri-sendiri, keadaan ini dapat terjadi karena secara individualitas manusia unik dan senantiasa berbeda, tidak ada yang sama sekalipun dia kembar satu telur. Perbedaan ini justru memberikan kekuatan serta stimulus kepada setiap manusia untuk mengembangkan dirinya kearah yang lebih baik dan dengan kesempurnaan kecerdasan yang dimilikinya, khususnya secara spiritual memberikan keyakinan bahwa setiap liku dan rumitnya kehidupan pasti dapat diatasi dengan baik, keyakinan ini akan semakin kuat apabila kita dapat menghayati dan mengamalkan secara mendalam dan khusuk setiap ajaran dan nilai-nilai religi yang kita yakini dan menjadi landasan dan pendorong bagi manusia untuk memperoleh keberhasilan dalam setiap perjuangan. Rumus Energi Spiritual (RES) = (1+2) + (6+5) = ENERGI SPIRITUAL (ES).
Dalam Islam dikenal dengan istilah yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari umat manusia yaitu: persepsi atau paradigma (nafs lawwamanah) dan emosi (nafs amarah) serta suara hati spiritual (nafs mutmainnah). Ketiga hal ini sering membawa kita keliru dalam memaknainya, yaitu apakah emosi, persepsi ataukah suara hati.
Sebelum diuraikan tentang perkembangan manusia, ada baiknya terlebih dahulu secara singkat kita mengingat kembali apa dimaksud dengan manusia. Banyak pendapat para ahli tentang konsep manusia, di antaranya adalah menurut pandangan kaum psikologi modern di mana manusia dipandang sebagai “materialis" atau objek semata sedangkan pandangan kamu idealis, manusia dipandang sebagai kesadarannya yaitu sebagai objek dan sekaligus objek, sedangkan menurut Plato, manusia harus dipelajari baik dalam kehidupan pribadi, kehidupan sosial dan politiknya, begitupun menurut pandangan kaum filsafat eksestianlisme yaitu manusia tidak hanya ada atau berada di dunia ini tetapi ia secara aktif “mengada“, di mana manusia tidak semata-mata tunduk pada kodratnya sehingga secara pasif menerima keadaannya. Akan tetapi, ia selalu secara sadar dan aktif menjadikan dirinya sesuatu yang bermakna dan bernilai baik bagi dirinya, maupun bagi orang lain dan lingkungannya, oleh sebab itulah secara syariat perkembangan manusia ditentukan oleh dirinya sendiri dan secara hakikat perkembangan manusia ditentukan oleh penciptanya.
Rumus Manusia Sempurna : MS = (1Q+EQ)+(SQ1+SQ2)= “Sukses” (sudadio, 2013)
Bila ada manusia yang ada dimuka bumi ini tidak berbudaya, maka ia bukan manusia, lantas manusia yang bagaimana yang sempurna? Sesungguhnya tidak terlalu sulit untuk menemukan sosok figur manusia yang kultur energi, sebagai dasar kita untuk memberikan penilaian adalah kita harus memahami hakikat budaya itu sendiri.
Adapun nila-nilai energi yang melekat pada kebudayaan adalah terdapat empat nilai energi yaitu : a) Cipta (C), hakikatnya adalah kemampuan manusia untuk memproduksi energi pikiran ataupun ideas, sudah barang tentu yang diharapkan adalah “ideas positif energi” (berfikir), b) Karya (K), hakikatnya adalah kemampuan manusia untuk memproduksi energi penggerak untuk senantiasa berikhtiar guna mencari kehidupan yang layak, sudah barang tentu kehidupan yang diridhoi oleh Allah Swt (materi), c) Karsa (K), hakikatnya adalah kemampuan manusia untuk memproduksi energi prakarsa, mengingat prakarsa cenderung banyak campur tangan nafsu, maka sudah barang tentu yang diharapkan adalah prakarsa positif sebagai faktor pendorong dalam mengejar dan mendapatkan sesuatu yang diharapkan dengan cara-cara yang diajarkan oleh Tuhan (nafsu), dan d) Rasa (R), hakikatnya adalah kemampuan manusia untuk memproduksi suara hati, tentu tidak perlu diragukan lagi bila itu datangnya dari suara hati dapat dipastikan tidak ada campur tangan setan, karena qalbu salim tidak pernah berbohong.
Pada hakikatnya manusia terlahir “suci". Tuhan tidak pernah menciptakan manusia “kotor atau manusia jahat" kalaupun satu saat ia ternyata kotor atau jahat, itu dipastikan sebagai akibat pengaruh faktor internal dan eksternal yang tidak mampu untuk menciptakan harmonisasi dan adaptasi dengan berbagai keadaan dan godaan.
Penampilan seseorang secara utuh dapat digambarkan sebagai suatu lingkaran yang di dalamnya terdapat tiga lapisan. Lapisan yang paling luar menunjukkan kepribadian (yang juga berisi identitas dan tempramen), lapisan berikutnya adalah karakter dan lapisan paling dalam adalah jati diri.
Bagian awal telah diuraikan bagaimana menata energi spiritual sehingga dapat mencapai pada tingkat tertinggi yaitu ”pencapaian derajat sebagai manusia yang suci“ karena hanya manusia sucilah yang akan mampu melihat Tuhan.
Tuhan menyenangi keteraturan, dan membenci kesemrawutan, dengan keteraturan akan menciptakan situasi yang damai, serta tentram lahir dan batin, sehingga kondisi damai dan tentram ini akan mendorong kita untuk menciptakan dan berbuat sesuatu
Sistem alam raya memiliki “ruh” yang apabila terganggu harmoninya alam akan menunjukkan kuasanya, atas dasar ini tidak ada yang bisa dan dapat menjamin umat manusia masuk surga bila ia sendiri bertindak semena-mena terhadap lingkungan di manapun dan sebagai apapun manusia tersebut, bahkan semakin kuasa ia semakin dituntut untuk bertindak dan berbuat sekaligus menjaga harmonisasi dengan lingkungannya.
Sebaliknya tidak sedikit dan banyak terjadi justru manusia menjatuhkan pilihan hidupnya yang justru memilih untuk menjalin hidup yang harmoni dengan (setan) syaitan yang merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang justru memiliki sifat angkuh dan sombong serta tinggi hati dan senantiasa menyebar hawa “panas“ pada setiap tampilan di manapun dan dalam kondisi apapun, bahkan semakin “besar" (Sudadio, 2022).
Maka dapat disimpulkan mengenai konsep manajemen tuhan dengan kehidupan manusia yang mempunyai keterikatan dalam beraktivitas sehari-hari berupa energi spiritual yang harus dimiliki individu dengan cara penanganan dan keyakinannya masing-masing, suara hati dapat menjadikan bentuk perjalanan kehidupan manusia, kesempurnaan manusia sebagai makhluk yang unik harus mampu menjadi individu yang bernilai dalam mencapai kesuksesan, energi budaya ternilai dari cipta, karya, karsa, dan rasa. Poros sukses manusia dipengaruhi faktor lingkungan dan kepribadian, energi kacang panjang yang mempunyai tiga lapisan sebagai perumpamaan jati diri manusia, kemudian manajemen tuhan yang menyukai keteraturan hidup tentram lahir dan batin sebagai bentuk harmoni kehidupan tanpa menggunakan manajemen setan yang dapat menjatuhkan pilihan hidup manusia menjadi kesemrawutan.(*)
(Prodi Teknologi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)
Daftar Pustaka:
Bogdan, R. C. dan B. K. S. (1982). Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Allyn and Bacon, Inc.
Jalaluddin. (2015). Psikologi Agama: Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi. Rajawali Press.
Lincoln, D. and Y. (1994). Handbook of Qualitative Research. Sage.
Mirzaqon.T, A. dan B. P. (2017). Studi Kepustakaan Mengenai Landasan Teori dan Praktik Konseling Expressive Writing. Jurnal BK Unesa, 8(1).
Sari, M. (2020). Penelitian Kepustakaan ( Library Research ) dalam Penelitian Pendidikan IPA. Jurnal Penelitian Bidang IPA Dan Pendidikan IPA, 6(1), 41–53.
Setiawan, A. A. dan J. (2018). Metodologi Penelitian kualitatif. CV Jejak.
Sudadio. (2022). Culinov Preneurship: Hari Depan yang Ceria Satu Langkah dari Dirimu. Untirta Press.
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pendidikan | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 22 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu