Perseteruan Makin Panas PKB Dan PBNU
JAKARTA - Perang antara PBNU yang dipimpin Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dengan PKB yang dipimpin Muhaimin Iskandar (Cak Imin) semakin panas. Kedua belah pihak tak ragu-ragu melontarkan serangan keras. Terbaru, saat ditanya persoalan ini, Gus Yahya menganalogikan mobil rusak. Imin langsung membalas sindiran Gus Yahya ini.
Pernyataan nyelekit Gus Yahya itu, disampaikan saat menghadiri pelantikan Pengurus Wilayah NU Jawa Tengah di Semarang, Sabtu (3/8/2024). Usai acara, awak media menanyakan soal manuver PBNU yang membentuk Tim Lima yang ingin merebut PKB dari Cak Imin.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Gus Yahya menganalogikan dengan produsen mobil. Kata dia, baru-baru ini ada produsen mobil asal Jepang yang memproduksi mobil anyar. Mobil ini laris di pasaran. Laku keras. Namun, belakangan diketahui, mobil tersebut memilki masalah mendasar yang harus diperbaiki.
“Karena ada kesalahan sistem di mobilnya, maka ditarik kembali produknya untuk diperbaiki,” kata Gus Yahya.
PBNU memang telah membentuk Tim Lima. Target pembentukan tim ini adalah merebut PKB dari kendali Cak Imin. Karena selama di bawah Cak Imin, PKB makin melenceng dari cita-cita awal perjuangan PBNU.
Sepekan bekerja, tim ini telah memanggil sejumlah tokoh antara lain eks Sekjen PKB Lukman Edy. Setelah Lukman, Tim Lima berencana memanggil Sekjen PKB Hasanuddin Wahid. Hasanuddin dipanggil untuk datang ke Ruang Rapat Lantai 5 Gedung PBNU Jalan Kramat Raya Nomor 164 Jakarta Pusat, Senin (5/8).
Tim Lima berencana mengundang banyak tokoh baik yang masih aktif di PKB maupun yang saat ini sudah tidak lagi di PKB, tapi memiliki kesejarahan dengan PKB.
Hasil kajian dari tim ini selanjutnya akan dibawa ke Pleno PBNU untuk diambilkan keputusan organisasi.
Sebelum memberikan keterangan kepada wartawan, Gus Yahya juga memberikan arahan kepada para pengurus PWNU Jateng. Gus Yahya menegaskan agar NU harus berada di atas negara. Tidak boleh di bawah partai.
Gus Yahya menyampaikan, PBNU jangan di bawah partai itu adalah ungkapan dari Mustasyar PBNU Ahmad Mustofa Bisri atau yang karib disapa Gus Mus. “Saya dan teman-teman PBNU sowan mustasyar KH Mustofa Bisri, mohon pesan, wasiat beliau kepada kami. Dan beliau mengatakan NU harus berada di atas negara,” kata Gus Yahya.
Kata dia, pesan Gus Mus itu dapat diartikan NU harus menundukkan kepentingannya. Termasuk mengatasi berbagai macam kepentingan parsial yang ada di Indonesia.
Menurutnya, pesan Gus Mus akan membawa NU mampu untuk terus berkontribusi menyangga keutuhan bangsa dan NKRI. “Jadi di bawah negara saja tidak boleh, apalagi di bawah partai, tidak boleh. Ini penting untuk dipahami,” kata Gus Yahya.
Lantas apa tanggapan Cak Imin? Lewat akun X miliknya @cakimiNOW, bos PKB tak kalah keras menanggapi serangan Gus Yahya. Imin bilang, pestasi perolehan PKB pada Pemilu 2024 diakui semua pihak.
Keberhasilan itu patut disyukuri, karena kader-kader PKB tidak lagi bergantung pada siapapun. Padahal, saat pemilu, PKB coba digembosi Gus Yahya dan Sekjen PBNU Syaifullah Yusuf atau Gus Ipul. Namun, perolehan PKB justru meningkat tajam.
“Omongan Yahya dan Saipul nggak laku. Yang rusak itu Yahya sama Saiful, kok PKB ditarik-tarik untuk ikut rusak. Apa nggak semakin menurunkan tingkat kepercayaan pada PBNU? Melanggar khittoh yang ditegaskan mereka sendiri,” cuit Imin.
Wakil Ketua DPR ini menilai, politisasi yang dilakukan PBNU terhadap PKB sama sekali tidak berdampak. “Emang siapa lu.. Anda sopan kami segan. Kalau nggak sopan jangan ajak-ajak kite,” sindir Imin.
Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid ikut gerah melihat PBNU yang terus-terusan mengganggu PKB. Sebagai ormas keagamaan, harusnya PBNU sesuai dengan jalur perjuangannya. Tidak usah masuk ke dunia politik yang bukan pakemnya PBNU.
“PBNU itu ada istilahnya tidak berpolitik, kok sekarang berpolitik. Itulah yang dilihat alat politik. NU dijadikan alat politik hari ini oleh dua orang mungkin, orang per orang, bukan NU secara nasional,” kata Jazilul kepada wartawan di DPP PKB, Jakarta Pusat, Jumat (2/8/2024).
Jazilul atau akrab disapa Gus Jazilul menilai polemik PKB dengan PBNU bermula dari manuver PBNU. Menurut dia, pengurus PBNU sudah mulai mengurusi politik dan ikut campur dalam keputusan DPR. Ia pun tak setuju jika ada rembuk untuk meredakan perseteruan ini.
“Enggak perlu (rembuk bersama) hentikan saja kekisruhan itu. Kita di jalur masing-masing sajalah. Jangan hanya ngomong di depan semua (PBNU) tidak akan berpolitik. Buktinya hari ini PBNU berpolitik. Itu kan namanya mencla-mencle,” bebernya.
Dihubungi terpisah, Pengamat politik Dedi Kurnia Syah mengatakan wacana PBNU merebut PKB sebagai hal yang tak masuk akal dan absurd. Menurut dia, PKB memang didirikan oleh tokoh-tokoh NU. Tapi kedua organisasi ini tak punya hubungan struktural. Keduanya entitas yang berdiri sendiri.
“Struktur PKB tidak berada di dalam tubuh NU. Tidak berada di dalam tubuh PBNU, sehingga mengupayakan untuk mengembalikan PKB itu sesuatu yang tidak masuk akal,” kata Dedi.
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pendidikan | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 18 jam yang lalu
TangselCity | 16 jam yang lalu
TangselCity | 19 jam yang lalu