TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Polusi Udara Dari Sektor Transportasi, Motor Dan Truk Menjadi Penyumbang Terbesar

Oleh: Farhan
Selasa, 15 Oktober 2024 | 09:31 WIB
Ilustrasi. Foto : Ist
Ilustrasi. Foto : Ist

JAKARTA - Sepeda motor dan truk menjadi penyumbang polusi udara terbesar di Jakarta dari sektor transportasi. Hal itu didasarkan hasil pemetaan sumber emisi sektor transportasi di Jakarta yang dilakukan United States Agency for International Development (USAID) dalam program Clean Air Catalyst (CAC).

Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta Afan Adriansyah Idris mengatakan, berdasarkan hasil riset UAID kendaraan berat, terutama truk, menjadi penyumbang terbe­sar emisi partikulat, NOx dan SO2 di Jakarta. Kemudian, sepeda motor menjadi penyum­bang terbanyak emisi CO dan NMVOC.

Menurut Afan, hasil pemetaan yang dihasilkan USAID telah memberikan informasi mendasar yang diperlukan Pemprov Jakarta untuk memahami sumber polusi di Jakarta. Utamanya dari sektor transportasi. Hasil pemetaan ini akan menjadi dasar pengembangan kebijakan pengendalian polusi, yang lebih tepat sasaran.

“Dengan data ini, Jakarta lebih siap menghadapi tantangan ter­kait polusi udara di masa depan,” ujar Afan dalam keterangan tertulisnya, Senin (14/10/2024).

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jakarta Asep Kuswanto menambahkan, Pemprov telah merancang sejumlah kebi­jakan untuk menekan polusi dari sektor transportasi. Di antaranya, DLH sudah menambah jumlah stasiun pemantau kualitas udara yang dapat diakses masyarakat secara real-time melalui udara.jakarta.go.id, memperluas uji emisi kendaraan secara berkala, serta meningkatkan pengawasan terhadap industri yang berpo­tensi mencemari lingkungan.

Adanya data tambahan terkait sumber polusi di sektor transpor­tasi dari USAID, pihaknya bisa memperkuat langkah melalui bauran kebijakan yang lebih tepat untuk menekan polusi.

“Saat ini kami sedang mem­persiapkan rencana memperluas kawasan rendah emisi untuk mengurangi tingkat polusi udara secara signifikan,” ujarnya.

Sementara, Project Manager USAID CAC Satya Budi Utama mengklaim, data yang dihasil­kan lembaganya memberikan gambaran lebih jelas menge­nai tantangan polusi udara di Jakarta, khususnya dari sektor transportasi.

Pihaknya juga menyarankan sejumlah skenario yang bisa ditempuh untuk mengendalikan polusi udara, seperti penerapan standar bahan bakar Euro IV dan penggunaan filter partikel diesel (DPF).

Penerapan standar bahan ba­kar Euro IV mampu menurunkan emisi polutan, seperti PM10 dan PM2.5 hingga 70 persen pada tahun 2030.

“Penurunan ini akan memberi kontribusi pada perbaikan kesehatan masyarakat. Khususnya dalam menekan angka penyakit pernapasan dan penyakit kardio­vaskular,” jelas Satya.

Diketahui, kualitas udara di Jakarta sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, Senin (14/10/2024), kualitas udara di Jakarta tembus 10 besar sebagai kualitas udara terburuk di dunia berdasarkan data situs pemantau kualitas udara, IQAir.

IQAir menyatakan, pada pu­kul 06.00 WIB, Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada pada angka 153 atau masuk dalam kategori tidak sehat. Kualitas udara kategori tidak sehat adalah udara tidak sehat bagi kelompok sensitif, serta bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan maupun nilai estetika.

Di media sosial X, perbincan­gan soal kualitas udara di Jakarta juga ramai diperbincangkan.

“Mungkin inilah (polusi) yang bikin anak gue sudah sembuh dari batuk pilek,” ujar akun @iniittia.

“Sebetulnya kalau kita mau tahu kualitas udara di Jakarta, gampang kok. Lu naik motor dari Blok M ke Tambora, terus balik lagi ke Blok M. Terus, usap deh jidat dan pipi pakai kapas di Blok M. Pasti item,” timpal akun @banggloog.

Akun @pendekaarma­lamms bersedia menggunakan transportasi masal dan mening­galkan kebiasaan menggunakan sepeda motor menuju kantor. Masalahnya, pada jam-jam be­rangkat kantor, kendaraan trans­portasi massal selalu penuh.

“Please deh jangan salahin motor. Gue juga mau kok naik kereta atau busway. Tapi, penuh­nya itu loh. Soalnya, yang pakai kendaraan massal itu bukan cuma warga Jakarta, tapi juga Depok, Tangerang dan Bekasi,” tulisnya.

Akun @forrghitt0 meminta Pemprov Jakarta melakukan kerja sama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) yang menyang­ga Jakarta untuk mengurangi polusi kendaraan dari sektor transportasi.

“Kan bisa tuh Jaklinko ma­suk ke Depok, Tangerang dan Bekasi. Kerja sama dengan Pemda-Pemda di sekitar Jakarta, kalau mereka nggak ya ‘batu’,” usulnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo