TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Nobar Bandung

Oleh: Dahlan Iskan
Kamis, 17 Oktober 2024 | 12:30 WIB
Dahlan Iskan
Dahlan Iskan

SERPONG - Sayang. Kota Qingda jauh sekali dari tempat saya sekarang: Nanchang .

Keinginan pembaca Disway agar saya menonton timnas sepak bola bertanding di sana sulit terpenuhi. Saya harus terbang dulu ke Shanghai satu jam. Lalu terbang lagi ke Qingdao : doa jam.

Memang banyak pilihan mau lewat mana. Tapi lewat Shanghai tetap yang tercepat. Bisa juga naik kereta cepat: masih 7 jam.

Saya di pedalaman Tiongkok . Qingdao di pantai timur sisi utara. Kotanya menghadap ke Korea --kalau Anda berdiri di pantainya dalam posisi menghadap serong ke utara.

Saya menonton siaran langsungnya saja. Sambil ingin tahu bagaimana komentator luar negeri melihat tim kita. Yang lebih penasaran lagi: ingin tahu nama-nama pemain kita dalam bahasa Mandarin.

Sayangnya saya sendiri tidak seperti Anda: saya belum hafal nama-nama pemain nasional kita. Maka ketika nama-nama itu disebut dalam bahasa Mandarin saya tidak tahu siapa yang dimaksud.

Beda kalau komentator TV Tiongkok menyebut nama Luo Na Er Duo . Saya tahu maksudnya: Ronaldo .

Kadang-kadang nama itu disebut lengkap. Lebih sering disebut nama panggilannya: C-Luo. Tulisannya: C-罗. Singkatan dari 罗纳尔多.

Panggilan C-Luo diciptakan agar orang Tiongkok keluar dari kesulitan akibat banyaknya orang yang bernama mirip Ronaldo.

Maka Ronaldinho di Tiongkok memanggil Xiao Luo . Luo-muda. Sedang Ronaldo Luis Nazario de Lima dipanggil Da Luo . Luo-senior. 小罗。大罗。

Anda pasti masih ingat siapa Ronaldo Luís Nazario de Lima (大罗). Saya tidak perlu menjelaskan siapa penyerang timnas Brasil itu.

Saya juga sudah biasa mendengar siapa yang dimaksud komentator dengan nama Mo Sa La He (模洒拉河). Jangan Anda artikan tiap hurufnya. Biar teliti Wilwa yang menjelaskan.

Anda pun bisa menebak: Mo Sa La He itu pasti Mohammad Salah -nya Liverpool .

Sayang yang kedua, saya keburu meninggalkan Fuqing . Kalau masih di Fuqing saya bisa nobar dengan para pelajar Indonesia di sana. Pasti seru.

Hari Minggu lalu saya berkumpul dengan mereka. Makan siang bersama. Sekitar 30 orang pelajar hadir --lima di antara mereka memakai Jilbab.

Di situ saya kenal Julian Chandra , ketua persatuan pelajar Indonesia di Fujian. Ia lulusan SMK Cibinong yang kini mengambil prodi manajemen keuangan.

Malamnya saya mengumpulkan pelajar Indonesia lagi. Di kota Fuzhou. Satu jam dari Fuqing. Julian ikut ke Fuzhou. Makan malam lagi. Di restoran Indonesia di Fuzhou.

Nama restonya: Bandung (万隆). Pemiliknya memang asal Bandung : Hartanto Wiratama Tanto . Ia punya istri orang Xiamen .

Hartanto kini menjadi ketua Warung Kopi Fujian (lihat Disway kemarin), menggantikan Christopher Tungka.

Coba saja masih di Fuqing, atau di Fuzhou, bisa nobar seru di resto Bandung. Ups...tidak bisa. Tanto sendiri sudah punya tiket terbang ke Qingdao: nonton timnas langsung di Qingdao.

Tapi aku di Nanchang. Nonton sendirian. Tidak mau minta diadakan nobar. Kalau pun ingin nobar pasti yang lain pro Tiongkok --alangkah tersiksanya batin.

Yang juga menyesal tidak bisa nonton ke Qingdao tidak hanya saya. Juga seorang dokter Sahabat Disway: dr Jagaddhito . Ahli jantung. Aktivis mahasiswa saat di Unair. Lalu ambil spesialis jantung di UGM. Sekarang ia bertugas di RSUD Brebes, Jateng.

Jagaddhito akan sekolah di Qingdao --di Ri Zhao, dekat Qingdao. Beberapa hari lagi ia berangkat. Tiket sudah terbeli. Tidak bisa dimajukan.

Jagadito --putra mantan rektor ITS Prof Priyo Suprobo-- akan menjadi dokter Indonesia angkatan pertama yang disekolahkan ke Tiongkok. Ada 70 dokter di angkatan pertama ini. Pertanda di soal kedokteran pun Indonesia mulai kiblatain: barat dan timur.

Jagaddhito akan Ditempatkan di rumah sakit kabupaten Ri Zhao, sekitar 50 dari Surabaya --kalau Qingdao diibaratkan Surabaya.

Saya tahu kota itu. Meski rumah sakit tingkat kabupaten tapi mutunya tidak kelas Lampung Timur.

Di RS itu bertugas seorang dokter yang layak kalau hanya mau bertugas di Beijing atau Shanghai.

Ia pilih di kabupaten: Prof Dr Jun Bo Ge. Anda sudah tahu siapa ia: ahli jantung terkemuka yang namanya sampai masuk daftar Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok --entah apakah ada lembaga seperti ini di Indonesia.

Saya berdoa di masjid Fuzhou: agar sahabat Disway itu sempat dimentori oleh Prof Jun Bo.

Di sana nanti dia pasti diberi nama Mandarin. Saya tidak akan menyarankan pilih nama apa. Biarlah mentornya di sana yang memilihkan. Asal jangan Sa La He. 

Komentar:
Berita Lainnya
Dahlan Iskan
Liem Din
Rabu, 16 Oktober 2024
Dahlan Iskan
Warung Kopi
Selasa, 15 Oktober 2024
Foto : Ist
Kabinet Langsung Tancap Gas
Minggu, 13 Oktober 2024
Prof. Dr. Muhadam Labolo
Produk Akhir Revolusi Mental
Jumat, 11 Oktober 2024
Dahlan Iskan
Tomboy Jago
Jumat, 11 Oktober 2024
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo