AS Gelar Pilpres, Trump Atau Harris Pemenangnya?
AMERIKA SERIKAT - Besok, Selasa (5/11/2024), rakyat Amerika Serikat (AS) akan menentukan pilihannya. Apakah Donald Trump atau Kamala Harris yang akan jadi presiden? Lalu, kalau bagi Indonesia, siapa yang paling menguntungkan ya?
Ada 244 juta warga AS yang memiliki hak pilih dalam Pilpres ini. Tidak seperti di Indonesia yang menggunakan proses pencoblosan, di negeri Paman Sam tersebut, pemilihan dilakukan dengan mesin elektronik.
Mengenai peta dukungan, berdasarkan hasil survei yang dipublikasikan Des Moines Register/Mediacom Iowa Poll, Sabtu (2/11/2024), Harris unggul tipis dari Trump di Negara Bagian Lowa. Hal ini cukup mengejutkan, mengingat di Pilpres 2016 dan 2020, Trump menang mudah di sana.
Survei ini dilakukan pada 28-31 Oktober dengan 808 responden yang memiliki hak suara. Harris mendapat 47 persen, sementara Trump 44 persen.
Menjelang Pilpres, situasi di AS agak mencekam. Banyak pusat bisnis di Ibu Kota AS memilih tutup hingga pelantikan. Pengamanan pada sejumlah tempat, termasuk Gedung Putih ditambah, karena kekhawatiran potensi terulangnya kerusuhan seperti pada Pilpres 2020. Saat itu, tepatnya 6 Januari 2021, pendukung Trump menyerbu Gedung Capitol AS dan membuat rusuh agar kemenangan Joe Biden dibatalkan.
Berkaca dari kondisi tersebut, Pemerintah Kota Washington telah memperingatkan tentang situasi keamanan yang tidak menentu pada hari H, dan mungkin seminggu setelah pemungutan suara. “Dalam banyak hal, persiapan kami untuk tahun 2024 dimulai pada 7 Januari 2021,” kata Asisten Administrator Kota Washington, Christopher Rodriguez, dalam pengarahan dewan kota tentang persiapan pemilu.
Lalu, akan seperti apa hasil Pilpres AS? Pakar hubungan internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, memprediksi, siapa pun pemenangnya, selisihnya akan tipis. Sekitar 1,5 persen. Kondisi ini berpotensi membuat pihak yang kalah mendesak penghitungan ulang.
“Keadaan seperti ini akan memperlambat keputusan siapakah presiden Amerika Serikat selanjutnya,” ular Rezasyah, saat dihubungi Redaksi, Minggu malam (3/11/2024).
Mengenai lebih baik Trump atau Harris untuk Indonesia, Rezasyah mengulasnya dari sisi latar belakang. Kata dia, secara psikologis, Indonesia akan lebih nyaman berurusan dengan Presiden AS yang berlatar belakang Partai Republik. Sebab, Presiden dari Republik biasanya tidak meributkan masalah domestik, seperti HAM dan demokratisasi, yang terjadi pada masa kini dan masa lalu.
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Prof Hikmahanto Juwana punya analisis lain. Menurutnya, berdasarkan hasil beberapa lembaga survei, Harris punya peluang menang lebih besar dari Trump. Namun, siapa pun yang menang, Hikmahanto berpesan agar Indonesia bisa beradaptasi dengan kebijakan Presiden AS yang akan datang.
Menurut Hikmahanto, kebijakan yang diterbitkan Presiden AS berdampak besar di dunia. “Sangat besar dan signifikan, karena pengaruhnya tidak hanya ke Indonesia, tapi juga dunia,” terangnya.
Sementara, Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, Rolliansyah Soemirat, memastikan, Indonesia tidak mau mencampuri “dapur” AS dalam Pilpres. Makanya, dia tidak bisa menjawab, lebih menguntungkan Trump atau Harris bagi Indonesia. “Kami tidak dalam posisi menjawab pertanyaan seperti itu,” ujar pria yang akrab disapa Roy, saat dihubungi Redaksi, Minggu malam (3/11/2024).
Ia menegaskan, Pemerintah Indonesia tidak ikut campur dan mengomentari dinamika yang terjadi di negara lain, termasuk AS. Yang akan dilakukan Indonesia akan menjalin sinergi dengan Presiden AS terpilih nanti.
“Yang pasti akan terus komunikasi dan mendorong kerja sama dengan siapa pun yang menjadi pemerintah yang sah di negara lain,” tegas Roy.
Olahraga | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu