TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Snack Latiao Mengandung Bakteri Bacillus Cereus, BPOM Tarik Dari Peredaran

Oleh: Farhan
Senin, 04 November 2024 | 11:06 WIB
Snack Latiao. Foto : Ist
Snack Latiao. Foto : Ist

JAKARTA - Panganan ringan alias snack asal Tiongkok, Latiao, sedang viral. Kepopuleran snack ini bukan karena rasanya, tapi kasus keracunan yang terjadi di sejumlah provinsi.

Latiao merupakan jajanan berwarna oranye dengan tekstur kenyal, dan rasa pedas gurih. Jajanan yang ditaburi biji wijen ini berasal dari Provinsi Henan, Tiongkok.

Belakangan, snack ini populer, karena banyak orang Indonesia gemar menyantap makanan pedas dan gurih. Tapi, di balik kepopulerannya, jajanan ini membawa dampak serius bagi kesehatan. Beberapa melaporkan Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan (KLB KP), yang menyebabkan anak-anak dilarikan ke rumah sakit.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Taruna Ikrar mengatakan, berdasarkan hasil uji laboratorium, produk Latio tercemar bakteri Bacillus Cereus. Karenanya, Latio diduga menjadi penyebab KLB KP di 7 wilayah di Indonesia (Lam­pung, Sukabumi, Wonosobo, Tangerang Selatan, Bandung Barat, Pamekasan, dan Riau).

"BPOM resmi mengumumkan penarikan produk pangan ola­han impor, Latiao, asal Tiongkok, karena menjadi penyebab keracunan," ujar Ikrar dalam keterangan resminya, dikutip Minggu (3/11/2024).

Lebih lanjut, dia mengatakan, BPOM telah melakukan uji laboratorium terhadap sejumlah produk Latiao. Mereka adalah Luvmi Hot Spicy Latiao, C&J Candy Joy Latiao, KK Boy Latiao, dan Lianggui Latiao. Keempat produk itu positif mengandung bakteri berbahaya, yang menyebabkan gejala kera­cunan berupa sakit perut, pusing, mual, dan muntah.

"Saat ini, terdapat 73 jenis produk Latiao yang terdaftar di BPOM. Berdasar temuan kami ini, masyarakat yang sudah membeli produk Latio sebaiknya tidak usah dimakan, dibuang saja agar tidak sakit," cetusnya.

Demi melindungi masyarakat, sambung Ikrar, BPOM telah mengamankan seluruh produk Latiao dari peredaran. Selain itu, pihaknya juga telah menang­guhkan sementara registrasi dan importasi produk pangan olahan Latiao sebagai upaya kehati-hatian, sampai proses pemeriksaan dan pengujian selesai.

"Dari 4 produk yang kami temukan di lapangan, jumlahnya masih bisa berkembang. Kami ingin melindungi rakyat, sehing­ga BPOM mengambil tindakan cepat bersama pihak terkait di masing-masing wilayah melalui pengambilan sampel dan pengujian laboratorium," ucapnya.

Secara khusus, tambah Ikrar, BPOM juga mengimbau masyarakat, terutama kelompok rentan seperti anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, dan lanjut usia, untuk menghindari pangan olahan pedas menyengat. "Kenali pangan olahan yang aman, dan perhatikan cara penyimpanan pangan sesuai anjuran produ­sen," tandasnya.

Terpisah, Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Agus Sujatno mengatakan, pihaknya meng­apresiasi ketegasan dan langkah yang diambil BPOM dalam kasus Latiao. "Langkah BPOM melarang peredaran produk la­tiao patut diapresiasi,” ujarnya,

Agus juga meminta BPOM terus melakukan uji labolatorium terhadap produk-produk pangan yang beredar di masyarakat, khususnya seluruh produk Latiao yang kini telah beredar. Dia pun meminta mayarakat tak lagi membeli produk Latiao, meski baru empat merk yang telah memiliki hasil uji labolatorium.

"Kami berharap, BPOM men­gumumkan seluruh hasil uji labolatorium produk pangan kepada publik. YLKI juga me­ngusulkan kepada pemerintah untuk membuka akses poin atau pos pengaduan sebagai tindak lanjut KLBKP akibat Latiao yang terkontaminasi Bacillus Cereus," pintanya.

Di media sosial X, beragam tanggapan muncul terhadap produk impor Latiao.

Akun @04JoFiKa meni­lai, Indonesia seharusnya bisa memproduk jajanan kemasan yang lebih sehat, dan berhenti mengimpor jajanan dari luar yang belum tentu sehat.

"Snack model begini saja kok harus import? Efek Tiktok nih. Tapi, sampai bikin anak-anak keracunan. Ayolah, mustahil penduduk 180 juta jiwa nggak bisa buat snack yang lebih sehat, bergizi, dan enak untuk dikon­sumsi," ujarnya.

"Di stasiun dan warung-wa­rung dekat SD banyak yang jual nih Latiao. Informasi semacam ini harusnya diperintahkan agar disebarluaskan oleh Kelurahan hingga RT/RW,” timpal ujar akun @groeme66r5.

Sementara itu, akun @horeeggetar mendesak importir produk-produk Latiao harus diseret ke ranah hukum. Sebab, mereka sudah teledor, tidak memantau produk yang diimportnya. "Improtirnya harus di proses hukum nih. Mereka sudah teledor, menyababkan kasus keracunan," cuitnya.

Akun @muzaamroot55 me­minta Pemerintah memberikan perhatian kepada para produ­sen panganan ringan dalam negeri,agar bisa bersaing dengan produk impor. Dia meyakinu, pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam ne­geri, bisa menghasilkan produk snack yang lebih sehat dan ber­daya saing tinggi.

"Sebagai pelaku UMKM, kami hanya kurang perhatian. Kami bisa kok buat produk seje­nis yang lebih sehat dan bergizi. Makanya, kasih kami bantuan permodalan, perlindungan, agar bisa terus tumbuh dan berkem­bang, hingga bersaing dengan hasil produksi negara lain," harapnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo