Nilai Tukar Rupiah Tembus Rp 16.000, Airlangga: Nanti Kita Lihat..
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus melemah. Dalam beberapa terakhir, 1 dolar AS sudah tembus Rp 16 ribu. Menanggapi itu, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bilang, pelemahan itu tidak bisa dilihat hanya sehari atau dua hari ini. “Nanti kita lihat,” katanya.
Nilai tukar rupiah tembus Rp16 ribu per dolar AS dalam beberapa hari terakhir. Rupiah dibuka di posisi Rp 16.028 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Selasa (17/12/2024) pagi. Mata uang Garuda turun 26 poin atau minus 0,17 persen.
Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan hari ini (17/12/2024), rupiah melemah hingga 0,41 persen ke level Rp 16,060 per dolar AS. Pelemahan ini adalah yang terdalam sejak 6 Agustus 2024 dengan sebelumnya berada pada posisi Rp16.160 per dolar AS.
Menurut Airlangga, Pemerintah masih terus memantau pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Tidak bisa, pelemahan itu hanya di lihat dalam waktu singkat. Termasuk, perkembangan pasar saham yang juga tidak bisa dilihat dalam perdagangan singkat.
“Kita lihat, kita nggak lihat sehari. Kayak stock market ngga bisa dilihat cuman sehari,” ungkap Menko Airlangga di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (17/12/2024).
Sementara terkait dengan penyebab pelemahan rupiah, Airlangga menegaskan akan melihat perkembangan lebih lanjut. “Kita lihat nanti,” tegasnya.
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa pelemahan rupiah masih lebih terkendali dibandingkan mata uang negara lain di tengah tren penguatan dolar AS. Menurut Perry, penguatan dolar ini dipicu oleh sejumlah faktor, termasuk kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS dan meningkatnya defisit fiskal AS hingga 7,7 persen.
Defisit yang melebar mendorong pemerintah AS untuk menerbitkan lebih banyak surat utang, yang pada akhirnya menarik arus modal global kembali ke AS (capital reversal). Kondisi ini diperparah oleh tingginya suku bunga di Negeri Paman Sam, yang membuat dolar AS semakin kuat.
“Dolar sebelum Trump terpilih berada pada level 101 terhadap mata uang negara-negara maju, kini telah naik ke 107,” ungkap Perry dalam sebuah seminar nasional
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan, rupiah masih berpotensi terus melemah karena sentimen positif yang diterima dolar AS. “Dolar AS terlihat melakukan konsolidasi terhadap nilai tukar lainnya menjelang pengumuman kebijakan moneter AS pada 19 Desember,” ujarnya, seperti dikutip Antara, Selasa (17/12/2024).
Di samping itu, Federal Reserve (The Fed) diperkirakan bakal memangkas suku bunga acuan di bulan ini sebesar 25 basis points (bps). Namun, ke depan, The Fed mungkin akan memberikan sinyal menahan suku bunga lebih lama karena data ekonomi AS yang menunjukkan perbaikan.
Misalnya, ialah data Purchasing Managers Index (PMI) komposit AS bulan Desember yang semalam dirilis sebesar 56,6, lebih bagus dari sebelumnya, yaitu 54,9. Data inflasi AS juga menunjukkan kesulitan untuk bergerak lebih rendah dari sebelumnya.
“Pergerakan rupiah versus dolar AS mungkin bisa menguat karena harga di sekitar area resisten penting Rp 16 ribu per dolar AS,” kayanya.
Namun, karena sentimen terlihat masih positif untuk dolar AS, rupiah masih bisa melemah lagi. “Peluang penguatan ke arah Rp 15.950 per dolar AS, dengan potensi pelemahan ke arah Rp 16.020 per dolar AS pada hari ini,” ungkap Ariston.
Pengamat komoditas dan mata uang Lukman Leong memprediksi hal yang sama. Kata dia, dalam sepekan ini, penguatan dolar AS terhadap berbagai mata uang utama dunia diperkirakan akan masih berlanjut, yang menyebabkan nilai rupiah yang tetap tertekan.
“Investor mengantisipasi RDG BI (Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia) dan FOMC (Federal Open Meeting Committee) untuk petunjuk kebijakan ke depannya,” kata Lukman, seperti dikutip Bloomberg Technoz, Minggu (15/12/2024)
Lukman memperkirakan, regulator moneter di Indonesia akan tetap mempertahankan suku bunga. Sedangkan The Fed diperkirakan akan memangkas 25 bps.
Para investor saat ini masih menunggu data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) AS untuk mengukur tingkat inflasi di negeri Adikuasa tersebut.
“Data lainnya yaitu data perdagangan Indonesia pada November. Kecuali ada kejutan dovish dari The Fed dan data PCE AS yang lebih lemah, maka rupiah diperkirakan masih akan cenderung tertekan pekan depan,” terang dia.
Pelemahan, prediksi Lukman, masih berada di area Rp 16.000-an karena Bank Indonesia masih akan mengintervensi pasar. Mengenai faktor yang mempengaruhi nilai rupiah di akhir tahun dan menjelang perayaan Natal ini akan didominasi faktor-faktor eksternal, di antaranya keperkasaan AS, China, dan kondisi geopolitik di Timur Tengah dan perang di China.
“Walau data-data ekonomi domestik juga ikut mempengaruhi, namun tidak terlalu signifikan. Akhir tahun biasanya agak tenang atau minim data-data ekonomi, namun akan ada beberapa data dan even ekonomi penting minggu depan,” tutup dia.
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Politik | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu