Rutin Nyalakan Meriam Sebagai Penanda Waktu Buka Puasa
Melihat Tradisi Warga Lebak Di Bulan Ramadan

LEBAK - Sejumlah warga di Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, masih menjaga tradisi menyalakan alat tradisional Meriam sebagai penanda datangnya waktu maghrib atau buka puasa selama bulan suci Ramadhan ini.
Alat meriam yang terbuat dari pipa besi berukuran panjang dua meter lebih itu hanya dinyalakan setahun sekali oleh warga di wilayah tersebut, yakni hanya pada bulan Ramadhan saja.
Selain itu, meriam juga dinyalakan hanya untuk memberikan tanda kepada masyarakat yang sedang melaksanakan ibadah puasa, bahwa terdengarnya suara ledakan meriam tersebut menandakan waktu magrib atau buka puasa telah tiba.
Seperti yang dilakukan oleh sejumlah warga di lingkungan Masjid Agung Al-Araaf di Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.
Setiap menjelang waktu buka puasa, sejumlah warga di kawasan Masjid tersebut mulai mempersiapkan meriam. Tepat pada pukul 18.15 WIB waktunya buka puasa, sumbu meriam itu dibakar dan mengeluarkan suara ledakan yang menggelegar.
DKM Masjid Agung Al-A'araf, Rangkasbitung, Taufik mengungkapkan, bahwa menyalakan meriam sebagai datangnya waktu buka puasa, sudah sejak puluhan tahun lalu dilakukan warga kawasan Masjid Agung Al-A'araf ini.
“Kalau menurut cerita orang tua dulu, meriam ini sudah digunakan warga sejak tahun 1970. Dan sekarang masih digunakan untuk menandakan datangnya waktu buka puasa,” kata Taufik, Selasa (11/3).
Katanya, suara ledakan meriam itu terdengar sampai 3 kecamatan di Lebak, yakni Rangkasbitung, Kalanganyar dan Cibadak.
Taufik juga menjelaskan, untuk mempersiapkan menyalakan meriam itu butuh waktu dua menit. Mulai dari memasukan minyak tanah dan karbit ke dalam meriam. “Kemudian menyiapkan kain yang sudah dibakar untuk menyalakan meriam ini,” imbuhnya.
Senada, salah seorang warga sekitar, Chandra mengatakan, berdasarkan cerita orang tua di sini, bahwa tradisi menyalakan meriam tersebut sudah dilakukan sejak tahun 1970 oleh warga sebagai penanda waktu buka puasa.
“Sudah dari dulu, ketika memberikan tanda datangnya waktu buka puasa, warga di kampung ini menyalakan meriam. Jadi, ketika sudah terdengar suara meriam ini artinya waktu buka puasa sudah tiba,” katanya.
Meriam itu akan dibunyikan sebanyak dua kali, yakni waktu berbuka dan waktu imsak. Kata dia, suara meriam ini cukup keras sehingga bisa terdengar hingga ke beberapa daerah.
“Meriam ini digunakan pada saat bulan Ramadan saja, karena sejak dahulu keberadaan meriam ini difungsikan sebagai penanda waktu berbuka puasa atau magrib dan waktu Imsak,” katanya lagi.
Lanjut dia, selain menjadi tradisi, sekarang ini menyalakan meriam menjadi tontonan banyak warga lainnya, kareba mungkin penasaran ingin melihat dan mendengar suaranya meriam tersebut.
“Iya, kalau menjelang waktu Magrib, banyak warga khususnya anak-anak datang ke sini untuk menyaksikan meriam ini dinyalakan,” tandasnya.
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 13 jam yang lalu