Anies Butuh Dongkrak Sakti
JAKARTA - Seperti apa nasib politik Anies Baswedan setelah lengser dari DKI-1? Apakah akan meredup karena kehilangan panggung politik bergengsi yang selama ini ikut mendongkrak elektabilitasnya sebagai capres? Agar namanya tidak meredup di sisa waktu 2 tahun jelang Pilpres 2024, Anies butuh dongkrak sakti.
Bulan depan, tepatnya 16 Oktober 2022, Anies resmi pensiun dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. DPRD Jakarta juga sudah menggelar rapat parpipurna untuk memberhentikan Anies bersama Wakil Gubernur Riza Patria dari jabatannya. Rapat paripurna pemberhentian Anies itu dipimpin langsung Ketua DPRD DKI, Prasetyo Edi Marsudi. Anies dan Riza hadir dalam rapat tersebut.
"Pemberhentian Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah diumumkan oleh Pimpinan DPRD dalam Rapat Paripurna dan diusulkan oleh Pimpinan DPRD kepada Presiden melalui Menteri untuk Gubernur dan/atau Wakil Gubernur serta kepada Menteri melalui Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat," papar Pras, panggilan akrab Prasetyo Edi Marsudi saat memimpin rapat, Selasa (13/9).
Selain itu, DPRD DKI juga telah menerima surat dari Kementerian Dalam Negeri Nomor 131/2188/OTDA tanggal 24 Maret 2022 tentang Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Yang Masa Jabatannya berakhir Pada Tahun 2022.
Untuk diketahui, Anies selama ini masuk dalam bursa tokoh yang punya elektabilitas moncer dalam survei capres oleh berbagai lembaga. Sepak terjang Anies selama 5 tahun terakhir dalam memimpin Jakarta, jadi penyumbang terbesar Anies masuk dalam 3 tokoh dengan elektabilitas tertinggi bersama Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Dengan pensiun sebagai gubernur, Anies bakalan nganggur hingga dua tahun ke depan menjelang Pemilu dan Pilkada 2024. Padahal, di sisa 2 tahun ini, Anies masing butuh panggung untuk mendongkrak elektabilitasnya yang masih tertinggal dari Prabowo dan Ganjar.
Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menyarankan Anies mulai keluar ‘kandang’ dari Jakarta. Dengan tidak menjadi gubernur, kata dia, Anies akan lebih leluasa berkunjung ke daerah-daerah untuk menarik simpati dari masyarakat.
"Bisa juga dengan bergabung bersama relawan-relawan untuk road show ke desa-desa," kata Ujang saat dihubungi kemarin.
Menurutnya, Anies tipikal pemimpin yang mudah membaur dengan rakyat. Anies bisa berinteraksi dengan rakyat, dan bisa berkomunikasi dengan media. "Intinya, harusnya panggung yang bisa untuk menjadi jembatan dengan rakyat dan jembatan ke media. Insya Allah elektabilitasnya akan tetap terjaga," sebut dia.
Direktur Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai, nasib politik Anies di Pilpres 2024 tergantung pada elektabilitasnya. Kata dia, bila dalam 2 tahun ini, elektabilitasnya malah meredup, Anies bakal sulit mendapatkan tiket capres.
"Tentu menjadi pertaruhan besar bagi Anies setelah tak lagi jadi gubernur. Apakah elektabilitasnya tetap stabil atau justru terjun bebas," kata Adi.
Selama ini, kata dia, banyak pejabat yang awalnya punya elektabilitas tinggi, tiba-tiba meredup setelah tak lagi menjabat. Penyebabnya, tak lain dari panggung politik yang selama ini membuat namanya moncer sudah berakhir.
“Semua tergantung Anies, bagaimana merawat stamina politiknya. Intinya, setelah 16 Oktober Anies bukan lagi gubernur yang pastinya tak lagi jadi pusat sorot kamera," jelasnya.
Apalagi, lanjut dia, Pemilu 2024 masih sekitar 2 tahun lagi. Tentunya tidak mudah bagi Anies untuk menjaga namanya tetap menyala tanpa embel-embel jabatan publik. Menurutnya, Anies harus bisa menciptakan momentum politik. “Nama Anies bisa tenggelam jika tak bermanuver," katanya.
Adi menilai, panggung politik yang paling realistis bagi Anies adalah deklarasi resmi dari partai sebagai capres 2024. Sehingga, Anies bisa tetap leluasa bergerak dan menjadi sorotan publik.
“Saya memprediksi, NasDem berpeluang besar untuk mendeklarasikan Anies sebagai capresnya usai tak lagi menjabat sebagai gubernur DKI,” tegasnya.
Apa tanggapan NasDem? Ketua Ketua Fraksi NasDem di DPRD DKI, Wibi Andriano mengakui, komunikasi partainya dengan Anies bakal lebih meningkat usai 16 Oktober 2022. “ Ya mungkin selesai menjabat akan lebih banyak pertemuan dengan Partai Nasdem," kata Wibi.
Dia menegaskan, sejauh ini, Anies sudah menerima dirinya akan diusung NasDem sebagai capres. Namun, Wibi tidak bisa memastikan, apakah ketika diusung NasDem, Anies akan menjadi kader atau tetap tokoh non parpol.
"Mungkin kita biarkan dulu beliau menyelesaikan (amanat sebagai gubernur) di tanggal 16 Oktober. Mungkin setelah itu akan lebih (lobi politiknya)," kata Wibi.
Sementara itu, Partai Demokrat yang selama ini juga sering menduetkan Anies dengan Agus Harimurti Yudhoyono, memberikan kabar positif. Jelang pelaksanaan Rapimas yang digelar hari ini dan besok, Demokrat mengakui, nama Anies makin kencang disuarakan kader partai untuk dicapreskan.
Hal ini dibenarkan Juru Bicara DPP Partai Demokrat, Herzaky Putra Mahendra. Kata dia, banyak kader partainya di daerah yang mendorong Anies untuk dipasangkan dengan AHY, Ketum Partai Demokrat.
Namun, urusan capres-cawapres, kata dia, hingga kini belum diputuskan Demokrat. Menurutnya, kendati hasil Rapimnas nantinya akan memunculkan nama AHY dan Anies, hal itu tetap akan dibicarakan dengan Majelis Tinggi Partai (MTP) yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Kita mekanismenya ditentukan oleh MTP Majelis Tinggi Partai dan belum ada rapat pembahasan mengenai ini," ungkapnya. (rm.id)
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Olahraga | 13 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu