Puan Predeksi Pemudik Turun, Kaitkan ke Kondisi Ekonomi

JAKARTA - Ketua DPR Puan Maharani mengomentari jumlah pemudik Lebaran 2025 yang diprediksi turun dibandingkan tahun lalu. Menurut Puan, hal itu tak terlepas dari kondisi ekonomi masyarakat saat ini.
Berdasarkan data Kementerian Perhubungan (Kemenhub), jumlah pemudik pada tahun ini diperkirakan sebanyak 146,48 juta orang, turun 24 persen dibandingkan tahun 2024, yang mencapai 193,6 juta pemudik.
Puan memandang, penurunan tersebut tidak lepas dari tantangan ekonomi yang tengah dirasakan masyarakat. “Kondisi ini mencerminkan kesulitan ekonomi yang semakin dirasakan masyarakat, termasuk oleh kelompok kelas menengah,” ujar Puan, dalam keterangannya, Rabu (26/3/2025).
Selain jumlah pemudik yang menurun akibat tantangan ekonomi, Puan juga mengutip data Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia yang menunjukkan perputaran uang selama Lebaran 2025 diprediksi hanya Rp 137,975 triliun. Angka ini juga lebih rendah dibandingkan Lebaran 2024 yang sebesar Rp 157,3 triliun.
Ketua DPP PDIP ini lantas meminta Pemerintah turun tangan dan memastikan bantuan sosial (bansos) menjelang Lebaran dapat terdistribusi tepat waktu dan tepat sasaran. "Keadaan ini harus direspons oleh Pemerintah agar tidak semakin banyak masyarakat yang turun kasta dari sisi kelompok ekonomi,” pintanya.
Menurut Puan, Pemerintah harus hadir dengan solusi nyata dan membantu mengurangi beban hidup masyarakat di tengah himpitan ekonomi. Kata Puan, jangan sampai wong cilik menanggung semua bebannya sendirian. "Apalagi sebentar lagi Lebaran, pastinya ada banyak kebutuhan yang dirasakan rakyat," ungkapnya.
Puan menambahkan, Pemerintah telah menargetkan dua program bansos bisa tersalurkan jelang Idul Fitri 1446 Hijriah, yakni Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Putri Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri ini itu pun memastikan bahwa DPR akan terus memantau distribusi bansos ini agar dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat.
"Kami di DPR akan terus mengawal dan memastikan kebijakan ini benar-benar dijalankan demi kesejahteraan rakyat,” pungkasnya.
Wakil Ketua Komisi V DPR Saiful Huda turut memberikan pandangan terkait fenomena penurunan jumlah pemudik. Ia menilai, perubahan pola konsumsi masyarakat, seperti penerapan gaya hidup hemat atau frugal living, menjadi salah satu penyebabnya.
Kata Huda, hal ini membuat antusias mudikn2025 berbeda dengan tahun sebelumnya. "Jadi, beberapa pihak ada uangnya, tapi mereka tidak mau menggunakan. Lebih baik ditabung dan mereka merencanakan mungkin ada opsi lain nanti untuk bisa bersilahturahmi dengan keluarganya di kampung," nilai Huda, Kamis (27/3/2025).
Huda menyebut, kondisi ini menggambarkan kehati-hatian masyarakat dalam mengantisipasi ketidakpastian ekonomi ke depan. Masyarakat lebih memilih menahan pengeluaran untuk berjaga-jaga di masa yang akan datang. "Sedang tren memang frugal living ini, dalam situasi tingkat kehati-hatian untuk mengantisipasi soal masa depan situasi ke depan," tandasnya.
Dari pihak Pemerintah, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara-negara Asia Tenggara seperti Singapura dan Malaysia. Pertumbuhan ekonomi di Tanah Air masih di atas 5 persen dan mampu mengungguli negara-negara tetangga.
Dalam rangka menjaga kondisi tersebut, Tito juga mengimbau Pemda memperkuat daya beli masyarakat jelang perayaan Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah. "Upaya ini dapat dilakukan dengan menyalurkan bantuan sosial, baik tunai maupun non-tunai kepada masyarakat yang membutuhkan," ujar Tito, lewat akun Instagram pribadinya @titokarnavian.
Tito juga meminta kepala daerah di seluruh Indonesia melakukan rapat internal untuk mengoptimalkan target pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dengan demikian, Pemda dapat memberikan stimulus positif bagi perekonomian daerah dan memperkuat daya beli masyarakat.
"Selain itu, saya juga memastikan bahwa ketersediaan bahan pangan menjelang Lebaran relatif terkendali. Terlebih, saat ini mendekati panen raya beras dan jagung. Hal ini tentunya akan membuat ketersediaan pangan tercukupi," ungkapnya.
Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub Budi Rahardjo menyampaikan, berdasarkan survei Badan Kebijakan Transportasi Kemenhub yang dilakukan pada pertengahan Februari 2025, jumlah penduduk yang melakukan perjalanan mudik diprediksi sebesar 52 persen. Angka itu turun dari tahun 2024 yang mencatatkan ada 64 persen mobilitas penduduk.
Budi menyebut, jumlah pemudik Lebaran 2025 diperkirakan 146,48 juta orang, turun 24 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai 193,6 juta pemudik. Dalam survei ini, Kemenhub tak menelusuri penyebab terjadinya penurunan jumlah pemudik.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang mengungkapkan, ada lima alasan utama berkurangnya pemudik Lebaran 2025. Pertama, jarak libur Natal dan Tahun Baru dengan Idul Fitri kali ini sangat berdekatan. Kedua, ada pengaruh dari kondisi ekonomi Indonesia. Banyak masyarakat memilih berhemat, terlebih mesti menyiapkan biaya untuk tahun ajaran baru dalam beberapa bulan ke depan.
Ketiga, saat ini tengah marak kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Keempat, terjadi penurunan daya beli masyarakat. "Kelima, faktor cuaca yang turut mempengaruhi niat masyarakat untuk pulang kampung," ujar Sarman.
Pengamat ekonomi Prof Ida Bagus Raka Suardana menyampaikan, secara tradisional, perayaan keagamaan seperti Idul Fitri dan Nyepi yang berdekatan, seharusnya dapat mendorong aktivitas ekonomi melalui peningkatan konsumsi dan mobilitas masyarakat. Namun, realitas yang terjadi justru menunjukkan geliat ekonomi tidak sekuat yang diharapkan. Meskipun Pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan, seperti diskon tarif tol, kebijakan work from anywhere (WFA), dan cuti bersama yang lebih panjang.
"Tingkat konsumsi masyarakat melemah karena mereka lebih fokus pada penghematan dan pengelolaan keuangan yang lebih ketat,” ujar Suardana, dalam keterangannya, Kamis (27/3/2025).
Suardana menambahkan, kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan Pemerintah menyebabkan berkurangnya belanja negara, yang berdampak pada rendahnya peredaran uang di masyarakat. Di saat harga kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, dan gula mengalami kenaikan, pendapatan masyarakat tidak mengalami peningkatan yang sepadan.
Oleh karena itu, Suardana menduga, saat ini banyak masyarakat yang memilih untuk menghemat pengeluaran dibanding melakukan kegiatan yang konsumtif seperti mudik. "Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran akan kondisi ekonomi yang tidak menentu, sehingga masyarakat cenderung lebih fokus pada penghematan dan pengelolaan keuangan yang lebih ketat," pungkasnya.
Nasional | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 18 jam yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Internasional | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu