TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Horor Macet di Pelabuhan Priok: Sopir Truk Jengkel & Lelah

Reporter: Farhan
Editor: AY
Sabtu, 19 April 2025 | 09:15 WIB
Kereta Api juga ikut terjebak kemacetan di Tanjung Priok. Foto : Ist
Kereta Api juga ikut terjebak kemacetan di Tanjung Priok. Foto : Ist

JAKARTA - Dalam tiga hari terakhir, lalu lintas di wilayah Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, macet parah. Saking parahnya, ambulans tidak bisa gerak. Banyak sopir truk ngomel-ngomel karena berhenti di jalan berjam-jam.

 

Kemacetan horor ini terjadi sejak Rabu (16/4/2025). Tol yang mengarah ke Pelabuhan Tanjung Priok macet hingga 9 km. Imbasnya, jalan arteri Yos Sudarso, Marunda, Enggano, dan Plumpang terkena imbasnya.

 

Kendaraan yang melintas di jalur ini terjebak berjam-jam. Tidak terkecuali ambulans yang tengah membawa pasien menuju RS Koja. Saking macetnya, pasien harus diturunkan dari ambulans dan didorong di atas ranjang menembus kemacetan di antara truk-truk besar. 

 

"Ambulans dilaporkan terjebak macet di Jalan Jampea Akses Tanjung Priok, seorang pasien yang hendak dilarikan ke RS Koja diturunkan di jalan. Tepatnya jalur lambat dekat gerbang Tol Koja Barat," tulis keterangan unggahan video Instagram @jakut.info.

 

Dalam video yang beredar, pasien laki-laki terbaring pasrah di ranjang khas RS. Petugas medis agak kesulitan mendorong ranjang, karena saking macetnya. Sesekali, petugas itu mengatur laju motor untuk dapat bergantian melintas agar nyawa pasien terselamatkan.

 

Sopir truk yang biasa bolak-balik ke Pelabuhan Tanjung Priok, jengkel dengan kemacetan ini. Biasanya kepadatan hanya terjadi di pelabuhan menuju New Priok Container Terminal (NPCT).

 

"Kemacetan efeknya sampai Marunda, Bekasi, Cikunir, Cengkareng. Ke mana-mana," tutur Jayadi, seorang sopir truk, agak ngomel. Jalur yang biasanya bisa ditempuh 30 menit, menjadi 6 jam.

 

Akibat macet parah ini, para sopir tidak hanya capek, tapi juga harus menanggung kerugian. Gara-gara terjebak macet, masa berlaku gate pass untuk akses pelabuhan mereka habis.

 

Salah satunya dialami Agil, salah satu sopir truk. Gate pass miliknya kedaluwarsa lantaran terlalu lama terjebak di jalan menuju Pelabuhan Tanjung Priok. "Kamis (17/4/2025) pukul 23.59 WIB sudah mati. Harus perpanjang lagi, keluar biaya lagi," omelnya.

 

Ade, sopir truk lainnya, menyebut kemacetan ini paling parah yang pernah dialaminya selama melayani jasa angkutan. "Ini paling parah, sejarah ini tahun 2025," ucapnya, sambil menggelengkan kepala.

 

Truk sampai tak bergerak. Ade pun istirahat di kabin. "Kalau lagi macet gini ya dipakai buat nyantai, tiduran aja sih,” ucapnya.

 

Dari pihak pelabuhan, Direktur Utama PT Pelindo, Arif Suhartono, menjelaskan, kejadian ini bukan dikarenakan persoalan teknis. "Kami sampaikan tidak ada permasalahan dengan sistem yang ada pada terminal," ujar Arif, Jumat (18/4/2025).

 

Kata Arif, penyebab utama kemacetan adalah meningkatnya jumlah kendaraan yang akan mengambil dan mengirim peti kemas, khususnya ke terminal NPCT1. Pada situasi normal, jumlah kendaraan yang beroperasi biasanya 2.500. Namun, kemarin tembus 4.000.

 

Untuk mengatasi kemacetan itu, Pelindo menghentikan sementara operasi kapal, sehingga terminal fokus melayani operasional lapangan. Langkah ini mempercepat proses bongkar muat kendaraan yang sudah mengantre menuju pelabuhan.

 

Pelindo juga menyiapkan rencana cadangan bila kemacetan belum terurai. Jika di terminal NPCT1 masih penuh, diputuskan untuk digeser ke terminal lain. "Sejak kemarin kami pantau dan tadi pagi arus sudah mulai lancar," katanya.

 

Selain menghentikan sementara operasional kapal, kata Arif, untuk sementara Pelindo juga membatasi jumlah kontainer yang akan masuk dan keluar. Pembatasan akan diberlakukan sampai situasi normal kembali. 

 

Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjung Priok, M Takwim Masuku menjelaskan, kemacetan dipicu peningkatan kegiatan di pelabuhan jelang libur panjang: 18, 19, dan 20 April 2025. Padahal, sistem di area common gate dan NPCT1 berfungsi normal.

 

Takwim mengatakan, kemacetan terjadi sejak Rabu (16/4/2025) malam. Tepatnya, ketika 3 kapal besar bersandar di NPCT1 dengan total volume bongkar muat mencapai lebih dari 4.000 TEUs.

 

"Hal tersebut menyebabkan peningkatan volume kegiatan yang sangat signifikan dari yang biasanya berkisar antara 2.000-2.500 TEUs dan merupakan salah satu penyebab kemacetan yang terjadi," urainya.

 

Untuk mengatasi kemacetan, pihak KSOP telah mengalihkan kendaraan yang menuju NPCT1 diarahkan masuk ke area pelabuhan untuk dilakukan penguraian. Sedangkan untuk kemacetan dari arah Ancol, pihak KSOP mengantisipasi kendaraan untuk ke buffer area di Inggom, sambil menunggu kondisi lalu lintas di luar pelabuhan membaik. 

 

"Kami juga terus berkoordinasi dengan Polres Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelindo Regional 2 Tanjung Priok untuk mengurai kemacetan," tambahnya.

 

Dari pihak kepolisian, Kasat Lantas Polres Jakarta Utara, AKBP Donni Bagus Wibisono mengungkapkan, kemacetan terjadi di beberapa titik, terutama di Pos 9 Pelabuhan Tanjung Priok dan area depan NPCT 1. Kendaraan besar mendominasi jalur masuk pelabuhan.

 

KSOP bersama Polres Pelabuhan Tanjung Priok dan pihak terkait terus bekerja sama untuk mengurai kemacetan dan memastikan kondisi lalu lintas di sekitar pelabuhan kembali normal. "Kami melakukan koordinasi intensif untuk mempercepat penguraian kemacetan di sekitar pelabuhan," jelasnya.

 

Sementara, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), Gemilang Tarigan, menyebut ada dua penyebab kemacetan horor di Pelabuhan Tanjung Priok. Pertama, karena pembatasan operasional truk selama 16 hari pada periode Lebaran 2025. Kedua, para pelaku usaha memaksimalkan waktu penangguhan kenaikan tarif impor yang dilakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Dengan begitu, barang dagangan mereka tidak terkena tarif resiprokal yang tinggi.

 

Tarigan mengestimasi, kerugian yang dialami pengusaha truk akibat kemacetan ini mencapai Rp 120 miliar. Khususnya dari 16-17 April 2025. "Kita akan minta ganti rugi pelabuhan, ke NPCT1," cetusnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit