TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Haji 2025

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Bulog Catat Rekor, Serap Gabah Petani 2 Juta Ton

Reporter: Farhan
Editor: Redaksi
Jumat, 09 Mei 2025 | 11:26 WIB
Panen raya di Purbalingga, Jawa Tengah. Foto : Ist
Panen raya di Purbalingga, Jawa Tengah. Foto : Ist

JAKARTA - Perum Bulog mencatat rekor bersejarah dalam sektor pangan nasional. Yakni, hingga Awal Mei 2025, berhasil menyerap 2 juta ton beras dari hasil pertanian di dalam negeri.

 

Keua Asosiasi Ekonomi Poli­tik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan, sektor pertanian muncul sebagai jawara baru sum­ber pertumbuhan ekonomi Indo­nesia, dari sisi lapangan usaha.

 

Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (5/5/2025), dari total pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 sebesar 4,87 persen, sebanyak 1,11 persennya dikontribusikan oleh sektor pertanian.

 

Pertumbuhan tertinggi itu, kata Khudori, mengalahkan industri pengolahan dan perdagangan.

 

“Sektor pertanian bisa tumbuh tinggi karena ditopang panen raya padi dan jagung pada kuartal I-2025. Selain itu, subsektor tana­man pangan tumbuh hingga 42,26 persen year on year (yoy), juga didorong peningkatan permintaan domestik,” ujar Khudori kepada Redaksi, kemarin.

 

Khudori menjelaskan, bila dibandingkan dengan produksi beras dan jagung (pipilan kadar air 14 persen) pada kuartal I-2024, total masing-masing hanya 5,6 juta ton dan 3,4 juta ton.

 

Sedangkan pada triwulan I-2025, produksi beras dan jagung (pipilan kadar air 14 persen) masing-masing naik menjadi 9,04 juta ton dan 4,64 juta ton.

 

“Ada kenaikan yang lumayan tinggi karena beberapa faktor,” katanya.

 

Ia menjelaskan, faktor-fak­tor yang dimaksud antara lain produksi beras dan jagung di tiga bulan pertama tahun ini tinggi, karena luas panen dan tanam yang juga tinggi.

 

Khudori menjelaskan, selama 3 sampai 4 bulan lalu, iklim atau cuaca saat tanam padi dan jagung dalam kondisi normal. Berbeda halnya dengan tahun 2024, luas tanam rendah karena 3 sampai 4 bulan (September-Desember 2023), atau sebelum Januari-Maret 2024, iklim atau cuacanya tidak normal.

 

Karena ada El Nino sejak Juni 2023 dan berlanjut hingga April 2024,” jelasnya.

 

Akibat El Nino, sambung dia, wilayah-wilayah produksi padi dan jagung di berbagai daerah yang tidak ada jaminan pasokan air, akhirnya tidak baik hasil panennya.

 

“Inilah yang membuat produksi padi dan jagung tertekan akibat dampak El Nino itu,” katanya.

 

Karena faktor iklim atau cuaca ini, membuat pola produksi bergeser. Yang mana pada 2024, puncak panen padi pada April dan jagung pada Februari.

 

Sedangkan pada 2025, puncak panen padi dan jagung bergeser sebulan lebih awal, atau Maret dan April. Sementara puncak panen jagung pada Februari.

 

Karena pergeseran puncak panen, bisa dipahami jika per­tumbuhan triwulan I-2025 be­gitu tinggi,” ungkapnya.

 

Tak hanya itu, faktor lainnya juga dikarenakan Pemerintah menggencarkan program pompa­nisasi, penggunaan alat dan me­sin pertanian (alsintan), hingga mengembalikan alokasi subsidi pupuk menjadi 9,5 juta ton.

 

Bahkan, Presiden Prabowo Subianto juga melakukan penye­derhanaan mekanisme subsidi pupuk.

 

Sejak tahun lalu sampai seka­rang, Kementerian Pertanian memfokuskan anggaran dan sum­ber daya manusia untuk menggen­jot produksi padi dan jagung.

 

Jadi wajar saja jika kedua komoditas itu mengalami per­tumbuhan tinggi,” kata Khudori.

 

Terpisah, Direktur Pengadaan Perum Bulog Prihasto Setyanto menyampaikan, hingga saat ini realisasi pengadaan gabah atau beras dalam negeri tahun 2025, tembus 2.000.524 ton setara beras.

 

Dengan tambahan serapan ini, kata Prihasto, stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) mencapai 3,6 juta ton hingga 8 Mei 2025.

 

“Ini merupakan pencapaian tertinggi dalam 57 tahun berdirinya Bulog. Kami berhasil menyerap lebih dari 2 juta ton se­tara beras dari hasil petani dalam negeri hingga awal Mei 2025,” ujar Prihasto kepada Redaksi, kemarin.

 

Prihasto menegaskan, penca­paian ini menunjukkan komit­men Bulog dalam mendukung petani nasional, sekaligus men­jaga ketahanan pangan nasional.

 

Stok tersebut siap digunakan untuk mendukung berbagai program Pemerintah sesuai penugasan.

 

Adapun realisasi penyaluran Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) tahun 2025 se­banyak 181.173 ton. Sementara sepanjang 2024, realisasi penyaluran bantuan pangan mencapai 1.970.881 ton.

 

Pihaknya akan terus melan­jutkan penyerapan hasil panen petani secara optimal, guna memastikan harga gabah tetap menguntungkan petani. Sekaligus menjaga ketersediaan beras yang cukup bagi masyarakat.

 

“Sesuai penugasan Pemerin­tah, kami membeli gabah kering panen dari petani dengan harga Rp 6.500 per kilogram (kg),” katanya.

 

Langkah itu direalisasikan me­lalui Tim Jemput Gabah Perum Bulog, bekerja sama dengan pe­nyuluh pertanian dan Bintara Pem­bina Desa (Babinsa) di lapangan.

 

Kami pastikan, Bulog terus melakukan penyerapan sampai seluruh gudang penuh,” janjinya.

 

Saat ini Bulog memiliki 476 komplek gudang dan ada beberapa gudang yang sewa bersama mitra dan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) lainnya.

 

Pihaknya juga terus melaku­kan penyerapan gabah kering panen melalui petani langsung, kelompok tani dan gabungan kelompok tani.

 

“Kami juga melakukan pe­nyerapan beras, bekerja sama dengan para penggilingan padi di seluruh Indonesia, mulai dari skala penggilingan kecil hingga besar,” imbuhnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit