Make Pertamina Great Again

JAKARTA - Sejarah Pertamina mencatat pasang surut yang signifikan. Pada era 1970-an, di bawah kepemimpinan Ibnu Sutowo, Pertamina menjadi kebanggaan nasional dengan produksi minyak mencapai 1,2 juta barel per hari, jauh melampaui kebutuhan domestik. Indonesia bahkan menjadi eksportir utama minyak mentah. Namun, kondisi berbalik.
Kini, produksi Pertamina anjlok hingga sekitar 600 ribu barel per hari dan kerap diwarnai isu mafia impor, korupsi, serta beban utang.
Tragisnya, Petronas perusahaan minyak Malaysia yang dulunya belajar dari Pertamina kini jauh melampaui kita dengan struktur korporasi yang ramping dan modern.
Melihat kondisi ini, saya, selaku Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi (PHE), terinspirasi oleh satu mantra: Make Pertamina Great Again! Inspirasi ini muncul dari percakapan visioner dengan Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, Direktur Utama Pertamina Hulu Energi, Awang Lazuardi, serta diskusi intens dengan sesama komisaris dan pimpinan subholding.
Pada 24 Juli 2025, dalam pertemuan empat mata yang akrab dengan Dirut Pertamina Simon Aloysius Mantiri, kami mencapai kesepahaman kuat untuk membangkitkan Pertamina. Bukan sekadar slogan, melainkan komitmen kerja dengan program konkret, kerangka waktu, metrik evaluasi, dan semangat kolaborasi.
Kami membahas tiga agenda utama untuk mewujudkan kebangkitan ini:
1. Target Produksi 1 Juta Barel per Hari
Ini bukan sekadar mimpi. Dengan dukungan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR), eksplorasi aktif, percepatan perizinan, dan sinergi yang lebih kuat antara Pertamina dan SKK Migas, target ini sangat realistis dan bisa dicapai.
2. Keterlibatan Swasta Seluas Mungkin
Negara tidak bisa sendirian. Kita membutuhkan energi kewirausahaan, inovasi teknologi, dan efisiensi biaya dari sektor swasta. Pelibatan ini harus tetap dalam koridor pengawasan, transparansi, dan berpihak pada kepentingan nasional. Mekanisme pelibatan swasta perlu dirinci, seperti insentif fiskal untuk investasi EOR, skema revenue-sharing yang transparan, serta platform real-time monitoring untuk mencegah korupsi pengadaan.
3. Ekosistem Energi yang Berkeadilan
Kebangkitan energi bukan hanya soal volume produksi, tapi juga keadilan sosial. Masyarakat dan daerah penghasil harus diberdayakan. Program CSR Pertamina mesti menjangkau pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dan ekonomi lokal. Pertamina harus berakar pada imajinasi bangsa. Dalam ranah CSR dan sponsor, Pertamina perlu menghidupkan inisiatif budaya, seperti "Pertamina Peduli Budaya" yang mendukung Festival Budaya Tahunan mencakup film, musik, dan sastra.
Sebelumnya, saya juga berdiskusi dengan Dirut PHE, Awang Lazuardi, untuk menyusun langkah strategis non-konvensional. Kami percaya kemandirian energi tercapai melalui ekosistem kolaboratif, membuka partisipasi luas bagi swasta dalam pengembangan hulu migas.
Dewan Komisaris PHE, yang kini berjumlah delapan tokoh luar biasa saya menyebutnya "The Fantastic Eight" didampingi komite ahli berpengalaman. Struktur subholding juga direvitalisasi dengan semangat efisiensi dan transparansi.
Mandat Peradaban dan Inovasi Masa Depan Kemandirian energi adalah mandat peradaban.
Ini menentukan apakah Indonesia bisa menentukan nasibnya sendiri atau terus bergantung pada pasar global dan tekanan geopolitik. Jika ingin "Make Pertamina Great Again", perusahaan ini harus tumbuh sebagai gerakan nasional simbol bahwa bangsa ini sanggup berdiri di atas kakinya sendiri.
Selain peningkatan produksi, Pertamina harus berani bergerak menuju energi terbarukan dan teknologi hijau. Investasi strategis dalam energi bersih seperti biofuel, geothermal, dan energi surya akan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan menempatkan Indonesia sebagai pionir energi berkelanjutan di Asia Tenggara. Ini langkah krusial untuk masa depan yang ramah lingkungan dan tangguh terhadap dinamika geopolitik energi global.
Kita juga bisa membangun Pertamina Energy Innovation Hub, ekosistem riset yang menggabungkan akademisi, startup energi, dan industri. Di sisi birokrasi, diperlukan kebijakan fast-track untuk simplifikasi izin migas menjadi izin terpadu, dipayungi UU khusus yang melindungi reformasi dari fluktuasi politik.
Keterkaitan budaya dan energi dapat diperkuat melalui narasi bahwa festival budaya bukan hanya CSR, tetapi investasi sosial untuk membangun identitas nasional.
Jika semboyan "Make Pertamina Great Again" berhasil, itu karena kerja bersama: pemerintah pusat dan daerah, sektor swasta dan komunitas, insan teknis dan pelaku budaya, yang bergerak dalam satu semangat: merah putih.
Opini | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 23 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pendidikan | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu