Setelah Pencapresan Anies, Soliditas Kabinet Diuji
JAKARTA - Partai NasDem resmi mendeklarasikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon presiden untuk Pilpres 2024. Keputusan NasDem ini tentu akan membuat suhu politik memanas, juga berpengaruh ke soliditas kabinet. Karena, sekarang parpol-parpol pendukung pemerintah mulai terpecah-pecah membangun koalisi Pilpres.
Seperti yang sudah bisa ditebak, NasDem akhirnya mengusung Anies sebagai capres. Deklarasi digelar di Gedung NasDem Tower, Gondangdia, Jakarta, kemarin. Acara deklarasi dipimpin langsung Ketua Umum NasDem, Surya Paloh. Disaksikan segenap jajaran pengurus DPP NasDem.
Anies selaku tokoh yang dicapreskan, tiba di NasDem Tower pukul 09.20 WIB. Dia datang seorang diri. Mengenakan setelan jas berwarna hitam lengkap dengan celana bahan berwarna senada. Tak ada pernyataan yang disampaikan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu, kepada awak media. Dia hanya melambaikan tangan dan mengucapkan salam. Anies kemudian mengarah ke lift didampingi kader NasDem.
Sebelum acara dimulai, Anies bertemu dulu dengan Paloh ,didampingi beberapa petinggi NasDem. Meskipun pertemuan itu tertutup, foto saat Anies dan Paloh berada di meja makan, banyak tersebar di media sosial. Mereka ngobrol sambil menunggu waktu pukul 10.00 WIB, jadwal dimulainya acara.
Lebih 5 menit dari jadwal yang ditentukan, Paloh yang didampingi Anies memasuki venue utama acara. Kedatangan keduanya disambut gemuruh dan teriakan presiden oleh pengurus dan relawan Anies.
Acara dimulai dengan pembacaan doa. Yang bertugas membacakan doa adalah Ketua DPP NasDem, Effendi Choiri atau akrab disapa Gus Choi. Disusul pemutaran lagu Indonesia Raya dan mars NasDem. Setelah itu, baru lah sambutan yang disampaikan Paloh.
Sebelum memulai sambutannya, Paloh mengajak seluruh hadirin yang datang untuk mengheningkan cipta atas tragedi berdarah yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Setelah itu, barulah politisi berdarah Aceh itu, mulai menyampaikan pidato politiknya
Tanpa basa-basi, Paloh langsung to the point menjawab rasa penasaran publik kenapa dirinya menunjuk Anies sebagai capres. Kata dia, Anies memiliki kesamaan jalan dan tujuan dalam mengawal perjalanan bangsa Indonesia ke depan, secara utuh. Ukurannya harus lebih dari kategori baik.
“Kenapa Anies Baswedan? Jawabannya adalah why not the best,” kata Paloh.
Politisi dengan brewok tebal itu yakin, Anies mampu membawa perubahan yang lebih baik bila diberi amanah memimpin Indonesia. Paloh berpesan, apa yang sudah berhasil, harus diteruskan. Sedangkan apa yang belum berhasil, harus segera diperbaiki.
“Insya Allah, jika saudara Anies Rasyid Baswedan ini terpilih menjadi presiden, pimpin lah bangsa ini menjadi bangsa yang lebih bermartabat. Bangsa yang juga mampu membangun karakter," tambahnya
Usai Paloh, giliran Anies yang diberikan kesempatan untuk berbicara. Tanpa berpanjang-panjang kata, Anies menyambut baik amanat yang diberikan NasDem untuk dirinya. Anies menerima tugas tersebut dan menyatakan diri siap maju sebagai capres 2024 dari NasDem.
"Insya Allah, niat baik keinginan luhur yang menjadi cita-cita kita, akan bisa terwujud sebagaimana kata orang Aceh, jadda wa jaddi, meunan ta pinta meunan jadi,” ucap Anies. “Bismillah kami terima, kami siap jalan bersama,” sambung mantan rektor Universitas Paramadina itu.
Usai sambutan keduanya, barulah digelar konferensi pers kepada awak media. Di momen konferensi pers inilah, media bertanya langsung tentang berbagai hal terkait pencapresan Anies. Mulai dari jadwal deklarasi yang dimajukan, hubungan Paloh dengan Jokowi, hingga koalisi yang akan dibangun NasDem bersama Demokrat dan PKS.
Soal pemajuan jadwal deklarasi dari 10 November menjadi 3 Oktober, Paloh mengaku tidak ada yang spesial. Alasannya, NasDem tak memiliki birokrasi yang rumit untuk dukung-mendukung calon. Kalau sudah yakin, langsung umumkan.
Paloh juga membantah bila percepatan pencapresan Anies itu dikaitkan dengan KPK yang saat ini tengah mengusut perkara penyelenggaraan Formula E.
“Apa kaitannya dengan KPK. Tidak ada itu,” tegas Paloh.
Soal hubungan dengan Presiden Jokowi, bos Media Group itu bilang tidak ada masalah. Selama ini, dirinya selalu menjalin komunikasi dengan Jokowi. Termasuk soal sikap NasDem yang mengusung Anies sebagai capres.
Apa tanggapan Jokowi?
“Beliau ucapkan Ya baik, bagus. Saya menghargai itu. Saya pikir ini lebih dari cukup," ungkap Paloh.
Eks politisi Golkar ini juga memastikan, usai pencapresan Anies ini, NasDem akan tetap menjadi bagian dari partai pendukung pemerintah.
"NasDem ingin mempertegas komitmennya untuk tetap mendukung pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin sampai akhir masa jabatan," tegas dia.
Soal koalisi, Paloh yakin pencapresan Anies akan diterima oleh parpol lain. Termasuk PKS dan Demokrat yang sama-sama juga sudah membuka pintu koalisi. Namun, urusan cawapres, Paloh mengaku tidak mau ikut campur. Katanya, biar itu menjadi tugas Anies untuk mencari siapa pendamping yang dianggapnya cocok untuk dilamar sebagai cawapres.
Namun, Paloh mengakui, keputusan yang diambil ini tentu tidak akan menyenangkan banyak pihak. Tentu akan ada yang memuji, juga menyerang. Akan muncul serangan, fitnah dan macam-macam kepada NasDem.
“Makanya, saya tegaskan kepada seluruh kader agar bersiap atas segala kemungkinan yang datang,” ujar Paloh.
Di tempat terpisah, Sekjen NasDem yang juga Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate menyinggung alasan partainya mengusung Anies. Kata dia, Anies bukanlah orang baru di NasDem. Gubernur DKI itu merupakan salah deklarator dan pernah membacakan manifesto NasDem. Bahkan menjadi bagian dari organ sayap NasDem sebelum diresmikan jadi partai politik.
"Jadi Pak Anies itu dipilih dari kontemplasi yang dalam oleh ketum, yang dalam. Dan sampai pada pilihan 'primus inter pares', yang terbaik dari yang baik-baik," terang Plate.
Bagaimana analis politik melihat soliditas kabinet setelah pencapresan Anies? Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic), Ahmad Khoirul Umam memberikan gambaran. Kata dia, keputusan NasDem mengusung Anies patut dihargai. Sekalipun resikonya berat.
Kenapa? Karena dengan mengusung Anies, NasDem seolah melawan arus yang ada di internal pemerintah. Anies merupakah tokoh yang dipersepsikan publik berasal dari kubu oposisi.
"Bukan tidak mungkin posisi NasDem di pemerintahan diperhitungkan," pungkas Khoirul.
Apalagi di internal parpol pemerintah, sudah ada dua poros koalisi yang terbentuk. Pertama Koalisi Indonesia Bersatu yang dibentuk Golkar-PAN-PPP. Kedua, poros koalisi Gerindra-PKB, dua parpol yang juga bagian dari parpol pendukung pemerintah. Ditambah PDIP yang masih sibuk mencari kawan koalisi.
Sedangkan NasDem yang merupakan bagian dari pemerintah, justru tidak masuk dalam poros koalisi manapun. NasDem justru dekat dengan 2 parpol oposisi, Demokrat-PKS.
“Tentu ini seperti melawan Istana. Akan ada serangan bagi NasDem ke depannya,” pungkasnya.
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu