Sejak Ada Sekolah Rakyat, Kini Bisa Makan Tiga Kali Sehari
JAKARTA — Program Sekolah Rakyat yang digagas Presiden Prabowo Subianto terus menorehkan hasil nyata. Di berbagai daerah, anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem kini punya kesempatan menempuh pendidikan yang layak. Bagi mereka, Sekolah Rakyat bukan sekadar tempat belajar, tapi juga ruang untuk bermimpi dan menata masa depan.
Salah satunya dirasakan oleh Rifki Nurwan Aziz, guru muda di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 13 Bekasi, Jawa Barat. Lulusan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung yang sempat menempuh studi di Australia ini memilih pulang ke Tanah Air untuk mengajar di Sekolah Rakyat.
“Program ini punya tujuan besar — memutus rantai kemiskinan lewat pendidikan. Saya ingin jadi bagian dari perjuangan itu, memberi motivasi agar anak-anak percaya diri dan berani bermimpi,” ujar Rifki, Sabtu (25/10/2025).
Selama lebih dari tiga bulan mengajar, Rifki menyaksikan perubahan besar pada siswanya. Mayoritas muridnya berasal dari keluarga pemulung di kawasan Bantar Gebang, Bekasi.
“Dulu mereka pemalu dan minder. Sekarang mereka berani tampil, bahkan ikut paduan suara dan latihan silat,” tutur Rifki dengan bangga.
Menurut Rifki, perubahan itu menjadi bukti bahwa Sekolah Rakyat tepat sasaran. Program ini bukan hanya menyediakan pendidikan gratis, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya diri, harga diri, dan semangat baru bagi anak-anak dari keluarga tak mampu.
“Anak-anak ini belajar bukan cuma soal pelajaran umum, tapi juga belajar bersyukur dan berani bermimpi. Karena kemiskinan bukan alasan untuk berhenti berharap,” tegasnya.
Mimpi dari Bantar Gebang
Salah satu murid Rifki, Alfia Rahma (15), adalah contoh nyata dari perubahan itu. Putri seorang pemulung asal Sumur Batu, Bantar Gebang, kini tinggal di asrama SRMA 13 Bekasi.
“Kalau di rumah, makan cuma dua kali sehari, itu pun sedikit. Di sini bisa makan cukup dan belajar dengan nyaman,” ucap Alfi polos.
Alfi bercita-cita menjadi polisi wanita (Polwan) agar bisa membanggakan kedua orang tuanya. “Saya mau jadi Polwan pertama di keluarga saya,” ujarnya mantap.
Ayahnya, Rahmat, tak kuasa menahan haru. “Alhamdulillah, saya merasa dipedulikan pemerintah. Sekolah Rakyat membantu anak-anak kami agar tidak mewarisi nasib orang tuanya,” katanya lirih.
Kisah serupa datang dari Jumaroh (15), teman sekelas Alfi. Anak pemulung ini nyaris putus sekolah karena tak mampu membayar SPP.
“Aku dulu makan cuma sekali, kadang dua kali. Sekarang bisa tiga kali sehari dan belajar di tempat besar dan lengkap,” ujarnya sambil tersenyum.
Jumaroh kini punya dua cita-cita: menjadi atlet pencak silat dan ilmuwan biologi. “Orang tua pengin aku jadi anak pertama di keluarga yang kuliah tinggi,” katanya penuh semangat.
Sang ayah, Subur (63), ikut terharu. “Dulu saya pikir pendidikan anak paling mentok SMA. Tapi sekarang dia bisa bermimpi tinggi. Terima kasih Pak Prabowo,” ucapnya sambil menahan air mata.
Pesan dari Bandung untuk Presiden
Baru-baru ini, Presiden Prabowo Subianto menerima sepucuk surat dari Muhammad Daffa Raasyid, siswa Sekolah Rakyat Menengah Pertama di Bandung Barat. Surat tulisan tangan itu berisi ucapan selamat ulang tahun dan rasa terima kasih atas kesempatan bersekolah yang Daffa dan teman-temannya rasakan.
Dalam unggahan di akun resmi Sekretariat Kabinet (@sekretariat.kabinet), Jumat (24/10/2025), tampak Prabowo tersenyum hangat saat membaca surat tersebut. “Selembar kertas berjuta arti, dari siswa Sekolah Rakyat di Bandung Barat,” tulis keterangan unggahan itu.
Komitmen Pemerintah Terus Berlanjut
Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) memastikan bahwa program Sekolah Rakyat akan terus diperkuat sebagai model pendidikan sosial bagi keluarga kurang mampu.
“Sekolah Rakyat ini masih tahap rintisan, jadi banyak dinamika. Tapi kami akan terus memperbaikinya agar makin baik,” ujarnya.
Saat ini, sebagian kegiatan belajar masih berlangsung di gedung sementara. Tahun depan, Kemensos menargetkan pembangunan gedung permanen dengan dukungan APBN. “Tanahnya disiapkan oleh pemerintah daerah,” jelasnya.
Sekjen PBNU itu menegaskan, pembangunan sekolah akan diprioritaskan di daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi berdasarkan data Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Kemensos.
“Fokusnya agar anak-anak dari keluarga miskin tetap bisa bersekolah, sekaligus membangun karakter sosial yang kuat,” tutup Gus Ipul.
Sekolah Rakyat bukan hanya tentang belajar membaca dan menulis — tapi tentang memberi harapan, membuka pintu masa depan, dan memastikan setiap anak Indonesia punya kesempatan yang sama untuk bermimpi.
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu



