Koalisi Anies Belum Sepakat Tak Berarti Retak
JAKARTA - Keseriusan NasDem-Demokrat-PKS membentuk Koalisi Perubahan untuk mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden mulai diragukan.
Karena sampai sekarang, ketiganya tak kunjung juga deklarasi. Namun, ketiganya membantah kecurigaan tersebut. Belum deklarasi bukan berarti retak, tapi hanya belum sepakat.
Kalau maunya NasDem, hari ini merupakan jadwal deklarasi bersama Demokrat-PKS untuk resmi mengusung Anies sebagai capres.
Namun, keinginan partai besutan Surya Paloh itu tak sejalan dengan Demokrat-PKS. Kedua partai ini mengaku pembahasan ketiga partai masih belum tuntas, sehingga menolak untuk deklarasi.
Juru Bicara PKS, M. Kholid menegaskan, sampai saat ini ketiga partai masih intens melakukan komunikasi. Masing-masing parpol masih mematangkan konsep koalisi sebelum benar-benar melakukan deklarasi.
“Ada beberapa hal yang perlu kami sampaikan terkait deklarasi 10 November. Pertama, tanggal 10 November adalah usulan dari Partai NasDem. Kami sangat menghormati usulan tersebut,” kata Kholid kepada wartawan di Jakarta, kemarin.
Dijelaskan Kholid, pihaknya masih akan mematangkan pembahasan di koalisi. Termasuk mengenai platform, desain pemerintahan, strategi pemenangan dan figur yang bakal diusung sebagai capres dan cawapres di 2024.
“NasDem, Demokrat dan PKS memahami pembahasan yang dilakukan tim kecil masih belum tuntas,” lanjutnya.
Meskipun belum deklarasi, Kholid membantah bila Koalisi Perubahan sudah bubar. Menurutnya, masing-masing parpol masih mencari titik temu kepentingan di dalam koalisi yang bakal dibentuk.
“Ini merupakan proses yang alamiah dalam membangun koalisi. Karena maksud dari koalisi adalah bertemunya titik kepentingan semua pihak yang akan berkoalisi, yang merepresentasikan aspirasi masing-masing konstituennya,” jelas dia.
Demokrat juga ogah disebut hubungan Koalisi Perubahan retak. Juru Bicara Demokrat, Herzaky Mahendra Putra menyatakan partainya bersama NasDem dan PKS memang tak mau terburu-buru menggelar deklarasi. Mengingat masih banyak hal harus dibahas oleh tim kecil dari masing-masing parpol.
“Persiapan pembentukan koalisi memakan waktu yang tidak sebentar. Tentu butuh waktu dalam persiapannya,” imbuh politisi jebolan Universitas Indonesia itu.
Seperti Kholid, Herzaki juga menegaskan, bila komunikasi ketiga parpol tidak pernah putus Dia menyatakan, dalam berbagai pertemuan tim kecil, mereka juga membahas soal permasalahan bangsa. Misalnya kenaikan harga berbagai bahan pokok yang menyebabkan masyarakat merasakan kesulitan ekonomi dalam dua tahun terakhir.
Tentunya kami masih berproses. Mana pasangan yang benar-benar wajah dari perubahan itu sendiri, dan berpeluang besar mendulang kemenangan di Pilpres 2024 serta mendukung pemenangan kami bertiga di Pileg 2024,” tandas dia.
Sementara NasDem lebih banyak bicara perihal mekanisme deklarasi Koalisi Perubahan yang rencananya digelar hari ini, tapi batal. Ketua DPP NasDem, Willy Aditya menerangkan deklarasi Koalisi Perubahan kemungkinan akan dilakukan akhir tahun. “Untuk 10 November batal,” terang Willy.
Alasan batalnya karena PKS masih harus menggelar rapat majelis syuro pada Desember nanti. Selain itu, Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) juga baru pulang ke Tanah Air dari pada 10 November.
Apa NasDem kecewa? Diungkapkan Willy, pihaknya menghormati mekanisme yang ada di masing-masing parpol calon mitra koalisi.
"Ya kita tunggulah ya, tentu kita harus menghormati mekanisme partai, bagaimana masing-masing partai,” katanya.
Namun, anggota Komisi XI DPR itu memastikan komitmen yang terbangun oleh masing-masing parpol calon penggagas Koalisi Perubahan semakin mengerucut. Saat ini ketiga parpol hanya tinggal menuangkan kesepahaman dalam bentuk kesepakatan formal.
“Paling cepat akhir tahun (deklarasi). Namun tidak tertutup kemungkinan one by one. Setelah NasDem, Demokrat, mungkin PKS. Jadi tidak mesti deklarasi bersama,” jelas dia.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin menduga alotnya komunikasi ketiga parpol itu tak lepas dari sosol cawapres yangakan mendampingin Anies. PKS mengakukan eks Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan sebagai cawapes.
Sedangkan Demokrat sejauh ini masih kekeuh untuk mengusung Agus Harimurti Yudhoyono menjadi cawapres.
“Padahal Aher (Ahmad Heryawan) tidak menjual. Namun karena kader yang dijualnya tinggi, maka mahal juga dalam konteks berkoalisi. Makanya tarik ulur penerapan koalisi belum terlaksana,” pekik Ujang kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Namun, Ujang meyakini Koalisi Perubahan pasti akan terbentuk. Komposisinya masih sama: NasDem, Demokrat, dan PKS.
"Saya rasa mungkin saja setelah November bisa deklarasi koalisi. Toh masih lama pendaftaran capres-cawapres. Jadi kalaupun tidak deklarasi hari ini, tidak ada masalah. Waktu masih panjang,” tukas dia.
Pakar komunikasi politik, Lely Arianne menilai batalnya deklarasi koalisi ketiga parpol tersebut besok lebih dikarenakan masalah kepentingan.
"Politik itu kan pertemuan dan pertentangan dua kepentingan, hasil akhirnya adalah kompromi,” kata Lely tadi malam.
Hitungannya, koalisi NasDem-PKS dan Demokrat ini agak rumit. Karena sejatinya, PKS yang sejak awal ingin mengusung Anies malah ‘keduluan’ oleh NasDem. Sehingga diperlukan kompromi di panggung belakang, agar kepentingan terakomodir.
“PKS dapat apa belum ketemu. Dengan positioning PKS yang diduluin NasDem ini menjadi satu persoalan yang belum muncul dalam kompromi itu. Sementara AHY ngebet banget Cawapres,” jelasnya.
Sumber berita rm.id :
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
TangselCity | 9 jam yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu