Rapatkan Barisan Koalisi
Jokowi Pake Jurus Ngopi
JAKARTA - Pasca PDIP resmi mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai capres, tensi politik di tanah air langsung naik. Koalisi parpol yang sudah terbentuk, diprediksi bisa berubah. Demi menjaga soliditas pemerintah, Presiden Jokowi langsung bergerak. Dalam waktu dekat, Jokowi akan kumpulkan para pimpinan partai untuk rapatkan barisan koalisi. Presiden akan ajak para bos-bos parpol itu ngopi bareng.
Rencana pertemuan ini, diungkapkan oleh Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Kemarin, pria yang akrab disapa Zulhas itu bertemu dengan Jokowi di Istana Negara Kepresidenan, Jakarta. Sebelum Zulhas, Ketum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo lebih dulu dipanggil Jokowi ke Istana.
Namun, usai bertemu hampir 1 jam, Hary Tanoe membantah bila kehadirannya ke Istana terkait urusan politik. Bos MNC Group itu berkilah, kalau pertemuannya dengan Jokowi terkait silaturahmi dalam nuansa Idul Fitri.
Silaturahmi aja. Ini kan abis Lebaran, ya namanya Lebaran kan, sowan biasa,” jawab Hary usai bertemu Jokowi.
Keterangan lebih jelas justru diungkap Zulhas yang menghadap Jokowi usai Hary Tanoe. Menteri Perdagangan itu tak membantah bila ada urusan politik yang dibahasnya dengan Kepala Negara. Bahkan, lanjutnya, Jokowi berencana mengundang para pimpinan parpol koalisi pendukung Pemerintah untuk bersilaturahmi.
Karena yang mengundang Jokowi, Zulhas tidak mengetahui secara rinci, kapan dan dimana pertemuan itu berlangsung.
Mudah-mudahan nanti cari waktu yang tepat, Bapak (Presiden Jokowi) akan mengundang ketua-ketua umum partai untuk silaturahim,” ungkapnya.
Zulhas tak ragu menyebut, bahwa rencana pertemuan Jokowi dengan para ketua umum partai koalisi itu sebagai acara minum kopi bersama. “Bapak juga mengundang ketua umum partai untuk ngopi bareng,” katanya.
Apa yang dibahas, memang masih belum ada yang mengetahui. Namun, eks Ketua MPR itu menduga, ajang silaturahmi dengan pimpinan parpol koalisi pendukung Pemerintah akan membahas masa depan koalisi besar. “Nanti kita ketemu dulu,” cetusnya.
Sebelum pertemuan itu berlangsung, Zulhas menyebut elit Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang beranggotakan PAN, Golkar, dan PPP akan lebih dulu mengadakan pertemuan. Rencananya, pertemuan elit KIB ini akan berlangsung di kediaman Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Kamis (27/4).
Soal KIB, Zulhas lebih berani berani berbicara. Ia mengatakan, ketiga partai akan membahas perkembangan situasi politik nasional. Termasuk, pencalonan Ganjar Pranowo sebagai capres dari PDIP.
“Ini kan ketemuan KIB. Habis itu tadi Bapak (Presiden) juga mengundang ketum partai untuk ngopi bareng,” ucap mantan Ketua MPR RI itu.
Sementara itu, Plt Ketua Umum PPP M Mardiono akan memanfaatkan momentum silaturahmi tersebut untuk melapor sikap partainya yang mendukung Ganjar ke Jokowi. Mengingat, PPP merupakan parpol koalisi pendukung Pemerintah.
Mardiono juga menyebut akan berkunjung ke DPP PDIP. Selain itu, PPP juga akan berkomunikasi dengan rekan-rekan KIB tentang keputusan mengusung Ganjar sebagai capres.
“DPP PPP juga akan melakukan komunikasi poltik dengan ketua umum KIB. Sekaligus akan menyampaikan ketetapan rapimnas sebagai sahabat terbaik PPP selama setahun ini,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno tak kaget dengan jurus Jokowi mengajak pimpinan parpol dengan cara ngopi. Menurutnya, Jokowi ingin mengkonsolidasikan partai-partai pendukungnya, minus NasDem.
Terlihat, bahwa Jokowi punya kepentingan mensukseskan Ganjar untuk mendapatkan dukungan maksimal dalam memenangkan Pilpres 2024. Menurut Adi, ada dua hal yang ingin disampaikan Jokowi kepada pimpinan parpol.
Pertama, menanyakan sikap parpol pendukungnya, khususnya yang sampai saat ini belum menentukan pilihan politiknya. Kedua, merumuskan untuk menyatukan kepentingan politik partai-partai pendukungnya.
Termasuk, bagaimana sikap Golkar atas deklarasi Ganjar sebagai capres. Apakah akan bergabung dengan PDIP, atau tetap berupaya mendapatkan tiket pencapresan Airlangga. Begitu juga dengan Gerindra dan PKB, apakah akan bergabung atau melanjutkan poros Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya.
“Dalam konteks itu, sepertinya Jokowi perlu berbicara dari hati ke hati dengan ketum partai pendukung pemerintah, mengenai sikap politik mereka menuju 2024,” pungkas Adi. (RM.id)
Olahraga | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 21 jam yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu