Kualitas Udara Jakarta Memburuk
10 Ribu Warga Diduga Meninggal Akibat Polusi
JAKARTA - Polusi udara di Jakarta kembali memburuk dalam sepekan terakhir. Situs pencatat kualitas udara di kota besar dunia IQAir mencatat Index United States (AQI US) kualitas udara Ibu Kota kerap berada di atas 150 atau berada di zona merah, yang berarti tidak sehat.
Rinciannya, Selasa (25/7), AQI US Jakarta mencapai 164. Lalu, Rabu (26/7) dan Kamis (27/7) mencapai 161 poin. Jumat (28/7) berada di 158.
IQAir menyebut, polutan utama udara Jakarta adalah PM2,5 dengan konsentrasi 47 mikrogram per meter kubik. Nilai ini 9,4 kali lebih tinggi dari panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta Justin Adrian ikut menyoroti kondisi ini. Anggota Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini mencecar Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dalam rapat kerja membahas dan mengevaluasi laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD (P2APBD) Tahun Anggaran 2022 pada Rabu (26/7).
“Bapak tahu nggak berapa jumlah penduduk Jakarta meninggal dunia karena polusi udara? Nggak tahu? Ini saya kasih tahu,” kata Justin.
Berdasarkan penelitian Environmental, Climate and Urban Health Division Vital Strategies Singapura dan tim di jurnal Environmental Research and Public Health Februari 2023, lanjut Justin, sedikitnya ada 111 ribu kematian per tahun di Jakarta.
“Dari 111 ribu kematian yang terjadi di Jakarta, 10 persen atau 10 ribu kematian per tahun itu diduga akibat polusi udara,” jelasnya.
Karena itu, Justin meminta DLH berperan aktif dalam penanganan dan perbaikan kualitas udara.
“Dengan anggaran 5 tahun terakhir Rp 12 triliun, paling tidak (DLH) bisa menjadi pelopor pengendalian kendaraan bermotor di Jakarta. Tidak hanya sebatas melakukan uji emisi dan lain sebagainya,” katanya.
Sebelumnya, dalam Paripurna Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD (P2APBD) Tahun Anggaran 2022, Fraksi PSI juga menyoroti polusi udara dan pencemaran lingkungan di Jakarta.
PSI menyebut, akibat kualitas udara yang buruk ini, hampir setiap hari warga Jakarta baik orang dewasa, anak, sampai janin, terpapar polusi secara intens dan berada pada risiko tinggi terpapar penyakit kronis gangguan pernapasan.
“Salah satu penyebab polusi udara tersebut disinyalir berasal dari tingginya emisi gas buang kendaraan bermotor serta emisi pembangkit listrik di sekitar Jakarta,” kata Eneng Melianasari yang membacakan Pemandangan Fraksi PSI.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta saat ini, lanjut dia, terdapat 26,4 juta kendaraan bermotor di Jakarta. Angka tersebut belum memasukkan kendaraan dari luar Jakarta yang masuk ke Jakarta setiap harinya.
Selain itu, polusi udara juga berasal dari pembakaran terbuka, terutama sampah dan juga berasal dari hasil buangan industri.
Hal ini menunjukkan adanya urgensi khusus terkait penanganan polusi udara dengan kebijakan yang dapat berfokus kepada penanganan emisi dari sumber kendaraan bermotor, penanganan sampah, dan pengawasan aktivitas industri.
Namun Fraksi PSI menilai, hingga saat ini belum ada kebijakan yang komprehensif mengenai penanganan polusi udara dari sumber-sumber polutan tersebut.
“Sebagai contoh, kebijakan uji emisi yang telah ditetapkan sejak awal 2021 belum berdampak luas pada penekanan polusi udara. Karena belum ada penegakan hukum yang berarti untuk kendaraan yang tidak sesuai standar emisi,” jelas dia.
Fraksi PSI menyayangkan kurangnya peran DLH, yang memiliki anggaran mencapai Rp 4 triliun setiap tahunnya, dalam mengatasi pencemaran dalam skala lebih luas, tidak hanya terkait pencemaran udara saja.
Seperti kasus pencemaran teluk Jakarta akibat tingginya konsentrasi paracetamol yang justru ditemukan oleh peneliti BRIN bersama University of Brighton.
“Ini menunjukkan luputnya peran Dinas Lingkungan Hidup yang seharusnya bertanggung jawab pada pemantauan kualitas lingkungan yang ada di Jakarta,” tandasnya
Belum Optimal
Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengakui pihaknya belum optimal menanggulangi polusi udara.
“Strategi penanggulangan polusi udara sepanjang 2022 hingga saat ini di Jakarta masih belum optimal,” kata Heru di Gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (24/7).
Namun, Heru mengatakan, Pemprov telah melakukan berbagai upaya intervensi aktivitas dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Seperti penerapan kebijakan ganjil genap, uji emisi kendaraan, penerapan disinsentif tarif parkir terhadap kendaraan yang belum dan tidak lulus uji emisi.
Kemudian, pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) serta penyediaan bus listrik Transjakarta. Lalu, pemantauan industri melalui Continuous Emission Monitoring System (CEMS) dan pemantauan kualitas udara periodik melalui Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) stasioner dan mobile.
Menurut Heru, upaya tersebut efektif untuk meminimalisir polusi udara.
Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto mengungkapkan, sektor transportasi menjadi penyebab utama buruknya kualitas udara Jakarta.
“(Setidaknya) 70 persen pencetus kualitas udara buruk di Jakarta itu dari transportasi. Jadi, kalau ingin memperbaiki kualitas udara, maka kurangi mobilitas menggunakan mobil pribadi,” kata Asep di Jakarta, Rabu (26/7).
Asep menyebut, tingkat mobilitas masyarakat yang mulai menguat juga berpengaruh pada tingkat kualitas udara.
“Mobilitas masyarakat menggunakan transportasi juga semakin tinggi. Hal itu sangat berpengaruh terhadap kualitas udara Jakarta,” tutur dia.
Selain itu, aktivitas pembangunan infrastruktur dan konstruksi di Jakarta juga turut mempengaruhi kualitas udara.
“Pembangunan Jakarta biasanya tengah tahun hingga akhir sedang tinggi-tingginya, sehingga pembangunan konstruksi pun sangat berpengaruh terhadap kualitas udara,” ucapnya.
Memburuknya kualitas udara ini, lanjut Asep, juga disebabkan cuaca yang memasuki musim kemarau.
“Sekarang sampai September musim kemarau, sehingga polusi semakin tinggi,” tandasnya
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Olahraga | 12 jam yang lalu
Pos Banten | 10 jam yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 9 jam yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu